Rudolfo berada di Amsterdam, Juli 1871 --- ia sudah tidak memperdulikan apakah Ke-kaisaran Jerman dan Pemerintah Bismark akan mengalami kemajuan seperti yang dijanjikan atau bagaimana --- ia baru saja mendapat penegasan bahwa suatu konsortium Bavaria, Swiss dan Jerman, telah mendapatkan konsesi di Netherlandche Indie. Sekarang ia harus mencari informasi untuk kapal yang menuju ke Timur.
Dari banyak pilihan route , Rudolfo sudah memutuskan mengikuti pelayaran kapal Inggris yang bertolak dari pelabuhan Dartmouth. Ia tidak memperdulikan tawaran kapal Belanda yang akan berlayar via Madras --- Ia lebih tertarik kapal Inggris yang akan menuju Ceylon.
Ia mempunyai sahabat yang bekerja di perkebunan teh di daerah Tamilnadu --- ia memerlukan orientasi di perusahaan perkebunan Inggris di sana. Ia tidak mempunyai minat untuk menyinggahi daerah koloni Inggris di India. Ia ingin mempelajari administrasi Inggris yang telah bercokol sejak pertengahan tahun 1600-an di Pulau Ceylon itu.
Rencananya dari Ceylon, Rudolfo akan memasuki koloni Inggris yang lebih di timur lagi, Penang. Ia mempunyai minat yang besar untuk bertualang di daerah Orang Melayu dan Jawa. Dua bangsa yang telah dipelajarinya banyak sekali selama ia di Bremen dan Amsterdam.
Rudolfo juga tidak berminat dengan kapal yang melewati Terusan Suez yang baru saja dibuka 2 tahun lalu, tahun 1869. Dalam pelayarannya itu ia ingin mendapatkan informasi route perdagangan melalui Tanjung Harapan.
Ia mendapatkan pilihan ada 3 kapal Inggris yang akan menuju ke Timur, yang bertolak dari Dartmouth. Ia memilih kapal yang akan berangkat dalam 10 hari ini. Kapal itu akan singgah di Casablanca, Conakri, Monrovia di Liberia, Pointe-Noire, Cape Town, Antananarivo, Aden, Goa lantas ke Ceylon.
Kapal itu bernama Sweyn Forkbeard --- pemiliknya Orang Denmark –Inggris. Kapal itu terutama untuk mengangkut kargo kepentingan pemerintah Kolonial Inggris --- ia berlayar pergi pulang hanya Inggris-Ceylon. Dari Ceylon ia mengangkut teh, dan pulang ke Inggris melalui Terusan Suez, agar menyingkat waktu tempuh pelayaran.
Rudolfo juga beruntung di kapal ini ia mendapat lowongan sebagai tenaga pengatur palka --- ia bertanggung jawab atas persediaan Air Tawar dan Bahan makanan. Dalam pelayaran ini mereka membawa tekstil untuk Casablanca dan Goa. Di Conakri mereka akan mengangkut barang tambang untuk dibawa ke Capetown.
Sungguh rencana perjalanan yang sangat mengasyikan dalam bayangan Rudolfo --- udara musim panas sungguh menyegarkan. Burung-burung pantai yang berwarna hitam putih melayang-layang mengintai ikan di permukaan laut --- terlihat kapal-kapal kecil yang melayari pantai Perancis ke Inggris, dan pulang pergi demikian.
Dartmouth, 21 Juli 1871 kapal mengangkat sauh --- pelan-pelan kapal meninggalkan pantai Inggris Raya. Rudolfo mencoba menaiki tangga menuju buritan kapal untuk memastikan bahwa pail air yang akan digunakan dalam pelayaran sampai ke Moroko. Lantas ia kembali ke kabinnya untuk mencatat pelayaran itu.
Ia meninjau ke keluar tingkap --- kapal telah bergerak ke Selatan --- di sana ia melihat beberapa kapal dengan bendera Inggris dan Belanda.
Kapal Belanda yang menuju Amsterdam pasti dari Deli di Sumatera --- kapal itu terutama mengangkut tembakau Deli yang sangat terkenal dalam perdagangan dunia saat itu.
Rudolfo mengenang beberapa catatan tentang hasil perkebunan yang banyak sekali diangkut Orang Eropa dari Sumatera untuk kebutuhan konsumsi Orang Eropa --- atau juga karet untuk industri ban dan moulding di seluruh kota-kota industri di Belanda, Jerman atau Inggris. Pengusaha-pengusaha Eropa benar-benar beruntung menanam modal di Sumatera.
Ia ingat teh juga dihasilkan oleh perkebunan Belanda di Sumatera --- bukan hanya di Ceylon. Dia membuka catatan lain Sumatera juga menghasilkan kelapa sawit --- yang dulunya bibit di angkut dari Afrika. Ya, karet itu dulu bibitnya dari Amerika Selatan. Sungguh beruntung Kerajaan Belanda melakukan pertukaran Pulau Sumatera dengan Semenanjung Melayu , Penang, dan Tumasik.
Ia menyandarkan dirinya di dinding kabin --- ia bernasib baik mendapat pekerjaan yang hanya mengatur logistik kapal --- khusus kargo ia baru sibuk menjelang dan selama bongkar muat. Pekerjaan fisik dan administrasi semacam itu tidak akan mengganggu dirinya --- itu pekerjaan opsir Prusia selama ia menjalani dinas di kemiliteran selama hampir 15 tahun.
Ia merasa beruntung tidak mempunyai sangkut paut keluarga --- ia bercerai dengan Benardette, setelah menikahi wanita itu selama 7 tahun.
Kini ia menduda untuk tahun ketiga……………….. ia tersenyum membayangkan para wanita yang dikencani atau ditiduri selama masa petualangannya sebagai duda ini. Bebas, lebih bebas !
Ia tidak menyesal menjadi duda, kini ia akan bertualang ke dunia yang konon wanitanya………sangat eksotis dan pintar-pintar bermain cinta. Ia teringat cerita pelaut Belanda di café di pinggir kade , gudang tembako yang harum, aroma tembako sejak kita berjalan jauh dari gudang itu.
“U akan tahu nanti, bahwa wanita Jawa adalah perempuan penghibur laki-laki yang sangat patuh dan sopan santun --- aku pasti tidur dua tiga malam bersama mereka bila singgah di Sunda Kelapa , Tuban atau Pajaratan --- mereka memang mempunyai bahasa yang saling berlainan, ya dialek atau langgam bahasanya. Tetapi itu …………..pelayanan seksnya luar biasa. Mereka perempuan yang tidak banyak menuntut, patuh.”
Rudolfo tersenyum. Ia menyimpan buku catatan itu di bawah bantalnya --- ia mengenakan jaket dan topi bulunya. Ia ingin meninjau lautan Eropa yang akan ditinggalkannya, dari haluan. Di sana ada bendera Union Jack yang berkibar. Ia menjadi mengenang Ratu Inggris yang sedang berkuasa. Ratu Victoria --- Ratu yang banyak membawa perubahan bagi Inggris. Ia menjadi trend-setter wanita Inggris bahkan melewati selat, untuk memasuki alam pikiran wanita di Eropa Daratan.
Memang Ratu Victoria membawa perubahan besar bagi Inggris, di masanya inilah Inggris mencapai puncak kekuatan ekonomi, politik dan budaya. Para pengusaha Inggris memajukan pemasangan rail kereta api di Koloni=koloninya, selain di Inggris sendiri.
“Ya, rail Kereta api “ – inilah salah satu proyek yang akan diincer Rudolfo di Pulau Jawa atau di Pulau Sumatra. Ia telah membuat banyak catatan tentang proyek ini. Ia mendengar di perkebunan tebu di Jawa memerlukan rel dan Muntik untuk operasi panen tebunya…………..
Di haluan terasa terpaan angin begitu kencang --- langit semu putih kebiruan --- rambut Rudolfo yang panjang terurai berkibar seperti juga bendera-bendera di banyak untaian tali-temali
“Eropa selamat tinggal --- aku akan bertualang ke Timur !” itu kata hati Rudolfo --- ia masih berumur 32 tahun --- ia lelaki sehat dan cerdas. Ia merasa tiada beban yang ditinggalkan. Ia memasuki dinas militer pun karena tiada seorang ibu atau wanita yang menghalanginya. Dua perang besar yang diikutinya --- memberikan ia dengan Medali Keberanian --- ia mempunyai referensi yang unggul untuk diajukan di manapun.
Bernardette, perempuan Inn yang dinikahinya pun sebenarnya --- sebagai penghargaan bagi Atasannya yang menyodorkannya --- memang perkawinan itu nyatanya tidak membahagiakan mereka berdua.
“Adios !” Tujuh tahun dalam perkawinan, ia tidak mengerti mengapa ia tidak menemukan kebahagiaan di sana ? Apakah karena ia seorang serdadu yang berasal dari panti Asuhan Anak Yatim --- yang selalu merindukan pengakuan dan penghargaan. Ia tidak menemukan dalam perkawinannya itu.
[MWA](DamarKurung Nyai Moravia – 03/03 Bersambung)
*)Foto ex Internet
[caption id="attachment_141657" align="aligncenter" width="200" caption="Rudolfo selalu ber-imajinasi, bahwa konon Wanita Jawa-lah sosok Perempuan yang, Ngajeni, Ngabekti dan Ngrumati. Aaaaaaah."][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H