Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Patah Hati --- suatu Kenangan tentang tidak kesampaian [Hello Hari Ini – 12]

1 September 2011   15:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:18 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sudah lama Kata Majemuk ini tidak mengandung arti apa pun --- iseng mengkoleksi lagu Nostalgia dari The Beatles, The Bee Gees, Leo Sayer, plus lagu jaman kini, lagu dari Ahmad Dhani dan Cinta Laura, serta Paris Hilton  Semua ada 54 lagu perbendaharaan di Flash Disc.

 

Sudah berhari-hari lagu itu secara shuffle mengiringi jam-jam kerja.  Nikmat saja.

 

Memang termasuk lagu Patah Hati --- sayangnya tidak dinyanyikan oleh Rahmat Kartolo, penyanyi yang mempopulerkannya sekitar tahun  1966. Jadi tidak sangat mengesankan.

 

Badan segar, pikiran terang --- suasana Hari Raya.  Sudah 2 hari menikmati macam-macam makanan dari khazanah kuliner Indonesia.  Memang sengaja memilih kuliner yang jarang bisa dinikmati.  Apa saja ?

 

Banyaklah, macam-macamlah.  Pokoknya hati cerah, happy.

 

Tidak mau menonton TV --- acaranya itu-itu saja Arus Mudik dengan selingan kasus korupsi dan penipuan Mafia Pemilu.   Muak !

 

Ada dua buku yang telah lama dibeli --- dapat giliran dibaca, tentang Sastra, dan satu lagi tentang Makhluk Gaib.  Ada ?  Enggak peduli, soal makhluk Gaib, kita  berpegang saja pada Orang Inggris. Orang Inggris adalah bangsa yang paling percaya hantu. Mereka melestarikan cerita hantu dan bangunan sejarah yang dikaitkan dengan hantu --- menjadi bagian Budaya mereka.

 

Eh, giliran lagu Patah Hati menyeruak diantara Yellow Submarine dan lagu Paris Hilton, Stars are blind.   Aduh lagu Patah hati itu tidak sreg penyanyinya ……………….. tetapi tidak terasa kata-katanya menggetarkan,  segera mental berkabut dan hiruk pikuk, flash-back  ke tahun 1966.

 

“Kamu Martin ?  Kok Orangnya gering dan kecil “  Itulah  “pernyataan seorang gadis” yang semula mencari-cari idolanya --- pemimpin gerakan mahasiswa di Era Orde Baru.

Martin hanya tersenyum --- dua remaja itu segera akrab …………… dan berpacaran.  Tetapi gadis itu terkadang judes dan menggemaskan

Martin menelpon dari Warung Cina di Gendingan.   Sungguh ganas jawaban Sang Gadis

“Kowe iki kok mekso-mekso wong sih ?”   Pahit --- demonstrasi , apel, resolusi tetap intensip.

 

Ada Kontingen KAMI Jakarta ke Jawa Tengah --- mengunjungi dan memberi bantuan atas Bencana Banjir Solo.   Sang Gadis mengejar-ngejar salah satu anggota Kontingen KAMI Jakarta, yang ganteng , gagah dan Orang Jakarta.

 

Martinus berlanglang buana ke seluruh pelosok Jawa Tengah dalam rangka gerakan Orde Baru.  Martin ingat pesan Jenderal Nas --- “Saya bangga dengan anak-anak KAMI Jakarta dan Bandung, tetapi saya lebih bangga dengan anak-anak Yogya dan Semarang --- berjuang ditengah-tengah kekuatan PKI dan Orde Lama………..”

 

Kedua Sejoli itu bertaut lagi, dan percintaan makin panas --- mereka telah merencanakan pernikahan. Lho  ?

 

Keluarga Sang Gadis gaduh, karena anak gadisnya ingin menikah dengan pemuda pengangguran. Puah !    Memang waktu itu banyak mahasiswa pengangguran nekat nikah --- hidup seadanya.

 

“Mami senang pada Martin --- tetapi Marny adalah anak yatim, bungsu mami, Kuliah kamu masih lama.  Perkawinan kamu pasti tidak akan sukses.  Dan Marny tidak mungkin menunggu kamu tammat. Kapan tammatnya ?   Apa kamu bisa langsung mendapat pekerjaan ?”

 

Mami kasih waktu satu hari untuk kamu berdua --- semua kakaknya dan seluruh keluarga besar akan segera menerima lamaran Keluarga Haji Sulchan.  Setelah hari ini kalian tidak boleh bertemu lagi. Marny akan segera dinikahkan !”

 

Martinus hanya tertunduk, ia sangat menghormati mami --- ya, memang mami benar.  Martinus dapat mengerti sikap dan keputusan mami.

 

Martinus tidak sakit hati --- Cuma ia makin menderita, dia mengalami patah hati,  makin hari makin parah.   Surat Undangan beredar mendebarkan dan pahit sekali dirasakannya ---- tarub terpasang di Jalan Halmahera.   Aduh, sakit sekali .

 

Banyak teman gadis-gadis menghibur Martinus --- sekilas dan sekejap terlalai dan terlena.  Tetapi hati yang patah makin parah …………….

 

Lagu India Jobhi Kasmein, meningkah kenangan  --- duet penyanyi India menyanyikan lagu dengan gembira  …………Aaaaaaaaaaaaaaaa Aaaaaaaaaaaaaa, lantas The Beatles dengan Hey Jude --- lagu-lagu yang merona dalam kepatahan hati di tahun-tahun itu, dan bertahun-tahun. 

 

Cinta tergantikan, tetapi kenangan percintaan yang panas itu, diakhiri dengan kepatahan hati.  Membekas.

 

Pernah merasakan ‘patah hati”  ?  --- Pahit dan pedih sekali.  Anehnya obat kepedihan itu cukup membaca Nomor Telepon rumahnya, sudah mengobati hati nan lara. Gila !    Sementara ini kembali lagu India menghibur : Dhoina ---  duet juga ………. Kuchtun, kuchtum ……..ditingkah suara  suling dan mandolin Aaaaaaaaaaaaaa Aaaaaaaaaaaaa Aaaaaaaaaaa  Dhoina da katam katom  pe hai Dhoina, oh Dhoina     [MWA].

 

[caption id="attachment_128892" align="aligncenter" width="298" caption="Lagu Stars are blind dan Lagu India Chori Chori, Choki, Choki --- baur membaur dalam Kenangan masa lalu. Aaaaaaaa Aaaaaaaa."][/caption]   *)Foto ex Internet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun