[caption id="attachment_132633" align="aligncenter" width="400" caption="Rupiah digulung, masukkan ke Kardus, kirim ke Kantor Manteri --- Dollar ditumpuk di BI untuk menjamin Impor dan L/C tahun depan."][/caption]
Selalu tersanjung itu bagus --- brand image positif, ya segayalah dengan “politik Pencitraan dalam PanggungPolitik Indonesia”.Awal tahun entah dihadiri oleh PresidenRI atau pun cukup Menkeu.Bagus, pasar yang emerging, mengkonon Je !
Hebat, dua tiga tahun ini telah melejit --- para Fund Manager,Manager Investasi, dan Relation Manager--- bersorak-sorak mengelu-elukan pertumbuhan “investasi portofolio itu” .Memang di sana diminati oleh Kaum Spekulan.Pasar Spekulatif.
Apa beda Pasar Modal dengan Perjudian di Las Vegas, Monako atau Genting High-land di Malaysia ?Jelas ada bedanya secara teoritis, pada Pasar Modal risiko bisa diukur --- Measureable Risk.Judi untuk senang-senang.Blooong.
Bagaimana agar penjualan tetap tinggi --- ya, sama saja dengan Penjualan kaos kaki Rp. 10.000 dapat 3 pasang.Risiko dapat dua-dua untuk kaki kiri bisa terjadi.Lha, maksudnya ?
Pasar Modal juga harus dibalut dan dikemas dengan “iming-iming”---‘Saham Domestik masih menarik’kata Research Analyst.Kemudian ditingkahi pula oleh Perusahaan Manajemen Investasi lain : “kami berkeyakinan ……….. Reksa danaitu diperkirakan memberikan indikasi imbalan 8 persen per tahun, dengan proteksi nilai investasi awal 100 persen pada tanggal jatuh tempo………” (?). Okay !?
Tetapi ada pula berita bahwa, terdapat UnusualMarket Activity (UMA). Ya, memang ada saja tipu-tipu, goreng mengoreng,rumor, seduksi arah pasar regional atau dunia lain --- terutama para investor Indonesia.Karena yang datang membawa ‘hot money’ adalah pemain handalan.Orang Indonesia yang masuk menjadi investor, mudah dibujuk oleh rumor.Panik !
Aduh : “ Nilai Tukar Rupiah dan IHSG sama-sama melemah “Mengapa(enggak tahu, katanya-katanya) ?
Hot money mencari alternatif --- ‘mesureable risk’.Habis Perekonomian Amerika Serikat melemah, Negara-negara Eropa bangkrut.Default terhadap pembayaran Utang yang akan jatuh tempo.Bank-bank di sana terkapar.Di sini Saham Perbankan, bagaimana ?Sektor perbank pekan lalu (awal pekan ini) kena imbas juga, melemah turun.
Untuk mengamankan Kurs IDR --- Bank Indonesia bermain di pasar.Rupiah tentram, besok --- pekan depan, tahun depan(?).
Bank Dunia telah mengingatkan bahwa Negara-negara Berkembang harus siap-siap menghadapi “Resesi Global” .Ampun Mbah !
Ini berita Kompas (Harian, 22/9) : “ Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup Rp. 9.019 per dollar. Turun 1,4 persen dari penutupansebelumnya…………….Pelemahan rupiah itu yang terbesar di antara mata uang Asia lainnya, yang rata-rata melemah di bawah 1 persen…………”.
Selanjutnya Kompas, “ Sedangkan IHSG terperosok kembali ke level 3.600-an…….”Pernyataan IMF mengenaiestimasi pertumbuhan ekonomi global yang menurun.Menjadi faktor mesureable risk.
Semua sektor menurun.Apakah gambaran IHSG di BEI bisa diproyeksikan ke depan ?
Bank Indonesia memperkirakan, transaksi berjalan pada tahun 2012 akan deficit. Oleh karena itu, BI mempersiapkan kebutuhan valuta asing (valas).Wah, operasi BI ini bukan saja untuk menentramkan Nilai Tukar --- yang sangat penting untuk kegiatan Ekspor yang terjamin, tetapi malah sudah ancang-ancang ke arah keamanan Impor.Okaylah
Optimis atau Pesimis --- Bullish atau Bearish.Hanya gambaran yang fluktuatif.Yang penting berapa rational para investor ?
Hot money dan Investor Asing terhadap Portofolio BEI --- mereka itu rational spekulatif.Dia bisa terbang mengawang-awang ke Bagian Dunia yang lain, dia bisa bertukar corak ke Komoditi --- atau leha-leha sebentar ke Makau atau Genting Highland.
Tanpa Hot Money --- Indonesia dan BEI seperti Jembatan Penyeberangan yang tidak nyaman untuk dilalui. ah, ah, ah.
Yang penting para Manager di lingkungan Pasar Modal ; tetap sorak-sorak, fundamental ekonomi Indonesia kuat !Memang tugas mereka agar dagangan tetap ramai.Seperti di Jembatan Penyeberangan antara Terminal Grogol dan Universitas Trisakti.
“Hore-hore, ini dia barang baru dari Cina --- murah meriah dan aman dipakainya, beli satu dapat dua !”
Pedagang biar berkelakuan begitu --- tetapi Menko dan Menteri-menteri harus bekerja keras.Ini masalah yang segera timbul dalam bilangan Triwulan ini --- tetapi kalau salah urus, bisa mematikan pada tahun-tahun depan.
Ora ngandel, yo, wis [MWA].
*)Foto ex Internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H