Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Paranormal (08) Ruk-Ruk-Can, Mantera Ampuh Menundukkan Atasan dan Pejabat

9 Juli 2010   01:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:59 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Nenek Moyang Orang Indonesia mewariskan antara lain Budaya intanglble berupa mantera ---  dilihat dari aspek seni, mantera ini tergolong puisi ---- yang di jaman modern ini pun, ada --- bisa mempesona dan mempengaruhi pribadi dan massa. Atau yang lebih ilmiah manajerial, yakni ajaran para Motivator dan Psikolog --- berupa afirmasi. Bahkan kini memasuki ranah Kecerdasan Spiritual. Jadi wajib dong !

Memang mantera Ruk-Ruk-Can tergolong lingkungan ilmu paranormal --- karena ia lahir dan digunakan di lingkungan budaya --- yang tidak membutuhkan pembuktian, eksperimental, maupun hasilnya harus berulang-ulang sama. Cuma itu tadi paranormal adalah ilmu nyata, ia ada di lingkungan masyarakat kita.

Enggak tahu pasti juga, mengapa sejak tahun 2004 yang lalu --- tiba-tiba ilmu atau mantera ini naik daun --- cukup menggegerkan. Banyak peminat dari kalangan masyarakat dan pejabat ingin tahu, dan ingin menguasai mantera itu --- karena  konon telah tersebar luas dikuasai berbagai kalangan. Ada manfaatnya, enggak tahu juga ?

Tetapi maharnya konon sudah melampaui ratusan juta --- karena proyek bisnis yang akan digarap meliputi angka ratusan milyar --- konon lagi, bahkan proyeknya sudah mendekati triliunan, kalau secara kolektif atau dalam skala nasional. Aneh juga.

Sekarang mantera Ruk-Ruk-Can dapat dicari dengan jalur seperti waralaba ---teks dan prosesi-nya --- hanya dikuasai pewaris Tombakas Sri Mahendra Ridwannul Arifin. Tombakas sendiri telah almarhum. Ia orang kaya yang memperjuangkan hidupnya dari nol apa minus (?). Semula ia supir truk di daerah trans --- mengangkuti kaum transmigran dari titik penjeputan diantar ke penampungan. Juga mengangkuti perbekalan para pionir itu. Ransum jaminan bekal hidup, sebelum daerah yang dibuka bisa menghasilkan panen.

Dari kegiatan supir, ia kembangkan mengangkut dan menjualkan  kayu bakar milik para trans --- sampailah ia menyediakan kebutuhan tambahan para trans, jadilah ia pedagang. Ekonominya berkembang --- belakangan ia telah dikenal sebagai kontraktor perbaikan prasarana pengairan dan jalanan.  Daerah itu tiba-tiba dimekarkan, peranan eks supir itupun mekar --- ia menjadi kontraktor yang disegani di kabupaten itu.

Pada saat ia sudah menjadi orang kaya, pada umur 58 tahun --- ia pensiun, perusahaannya diserahkan pada para profesional.  Anak-anaknya disuruhnya memulai usaha atau karier dari bawah --- pendidikan anak-anaknya ia dahulukan. Ia sendiri bersenang-senang saja --- memancing dan berburu ke hutan. Yang istimewa ia dikenal pula sebagai dermawan, memajukan pendidikan dan sarana ibadah di lingkungan kabupatennya.

Ada cerita, salah satu kemenakannya, si Masendut jadi pegawai di perusahaannya --- ia memang hanya lulusan SMA, dia bekerja mulai jadi loper pengantar surat ke kantor-kantor pemerintah dan BUMN --- kini pangkatnya sudah mantaplah, jadi Asisten Manajer Operasional, tugasnya mencari dan memenangkan tender.

Suatu malam ia ber-audiensi kepada waknya itu, berbincang-bincang ---- sampailah dengan tidak sengaja pengaduannya kepada pemilik perusahaan itu. "Wak, susah sekali sekarang 'tu wak --- dari tukang register sampai boss-boss itu main duit semuanya, minta di depan --- kalau tidak surat penawaran kita di sembunyi-sembunyikan mereka --- dikasi kodelah ulah mereka, begitu pula penagihan kita bisa hilang-hilang timbul "

"Apa kalian buat, nyogok ?"  Tombakas terkenal anti sogok dan suap --- dulu  ia hanya mengandalkan wibawanya, yang dikenal orang sebagai pemimpin (dan orang mengatakan ia menguasai ilmu gaib)

"Jangan menyogok ya --- tingkatkan wibawa kalian.  Pegang atasannya --- atasan mereka itu manusia. Takut sama orang, dan takut sama hukum. Kembangkan itu".

"Payah wak --- sekarang duit, duit. Dengan duit mereka bisa membeli hukum wak"

"Puih, bacakan mantera Ruk-Ruk-Can, mampus mereka kalau tidak menurut kita --- tetapi kita pun janganlah curang atau berbuat tipu-tipu.  Tidak manjur !"

"Wak, kalau wak ada mantera --- turunkanlah ke aku, wak"

Tidak jelas juga apa si Masendut mendapatkan warisan mantera Ruk-Ruk-Can, atau malah mantera itu diturunkan Tombakas kepada orang lain. tetapi setelah Tombakas meninggal dunia --- ada wartawan yang menulis tentang kesuksesan beliau dan sikapnya yang anti suap, serta kedermawanannya. tetapi ada pula boks tambahan, sekedar wawancara si wartawan dengan si Masendut, yang menyangkut sisi lain dari Komitmen, Sikap Mental, Paradigma, dan Kemampuan Negosiasi almarhum --- tercerita pula soal mantera Ruk-Ruk-Can............

Karena banyak orang penasaran, terjadilah tanya dan komentar di Tabloid yang memuat biografi Tombakas.  Di internet pun, di jaringan sosial ada pula pertanyaan demikian. Apa itu mantera Ruk-Ruk-Can ?  Apa isinya ?

Terbentuklah opini.  Si wartawan tabloid misteri melakukan investigasi ke asal Tombakas. Di usut dari sejak dusun tempat kelahirannya, silsilahnya --- dan itu tadi, ilmu gaib apa saja yang dikuasai beliau.  Terutama mantera suksesnya Ruk-Ruk-Can.  Jadilah rubrik dan iklan semacam ilmu itu. Lengkap dengan mahar, rituil dan prosesinya. Kok bisa ?  Itu tadi, manusia banyak sisi kehidupannya --- mereka membutuhkan alat dan metode untuk mengharungi perjuangan hidupnya, yang penuh tantangan dan manipulasi.

Yang benar --- yang berasal dari Tombakas via si Masendut hanya, isi mantera  Ruk-Ruk-Can.

"Ruk-Ruk-Can --- kau beruk aku macan"  begitulah cara Tombakas meng-afirmasi sikapnya pada saat menghadap, bernegosiasi, mengusulkan, memperjuangkan, dan macam-macam niat baik lainnya.............." Ia sukses karena kerja keras dan selalu berniat baik.

Nenekmoyang memang mewariskan cara kuno meng-afirmasi, menguatkan tekad pada diri ..........Carilah caramu sendiri Cu !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun