Jaman Gus Dur almarhum masih aktif --- banyak juga macam-macam operasi yang aneh-aneh dialami beliau. Sebagai politisi yang handal soal-soal yang paranormalistik pun dikaitkannya dengan "Operasi". Entah operasi Mafia, entah operasi intelijen, entah operasi apa ya --- pokoke kalau Gus Dur, ada operasi untuk menganggu Jamiah beliau, atau beliau pribadi. Ya konotasinya politik lah.
Padahal kasusnya sendiri --- mirip pembantaian "pemilik Begu Ganjang" baru-baru ini. Berkali-kali kasus "Dukun Santet" yang menjadi topik di Pulau Jawa --- terutama dulu terjadinya, jaman Gus Dur bisa diatas kertas --- diperhitungakan secara politis, bisa merugikan pihak lain. Sadis, mereka yang dituduh mempunyai ilmu santet --- yang bersangkutan, keluarganya dan harta bendanya bisa, modar dan ludes.
Konon nama operasinya "Naga ijo" --- karena Gus Dur suka membuat kelakar politik, kita percaya tidak percaya. Beritanya kita percayai. Dukun santet dibantai. Modar.
Pekan-pekan kemarin --- berita dukun Santet ala Sumut. Ada di dua tempat, pemilik Begu ganjang dibantai --- modar juga, rumah dan harta bendanya remuk, anak atau keluarganya ada juga jadi korban Apa begu ganjang ? O itu sebangsa Hantu, Tuyul, Jenglot, dan macam-macam lah. Di Indonesia nih, banyak kasus seperti itu --- dari Sabang sampai Merauke, Pernah tahu yang namanya Rasutn dan Bangkaaq Eqaau ?
Sebelum tidur anak-anak diceritakan dongeng pengantar tidur, konon baik untuk perkembangan daya iimajinasi si anak. Tetapi bagaimana kalau cerita horor yang menjadi dongeng pengantar tidur ? Enggak tahu juga bagaimana efek perkembangan imajinasinya ?
Di masa kanak-kanak,kalau enggak mau tidur, tante mendongeng.......kami berkesempatan mendengarkan cerita begu ganjang, tetapi kami tidak takut dan gentar --- paling-paling asosiasi dan imajinasi kami waktu itu --- hantu yang , besar dan jelek, tidak begitu mengancam.
Yang serem itu Kcengit.
Dia dipanggil dengan mantera begini kira-kira " Kcngit, kcngit .... Datanglah di kolong tempat tidur ni......" kami yang mengantuk malah jadi membelalak-kan mata --- tertarik.
"Kcngit, kcngit, datanglah .......... (tu dia telah datang di sebalik dinding)........."
"Kcngit,kcngit datanglah si Doli tidak mau tidur" mata kami makin membelalak, sambil mempertajam pendengaran, karena si Kcngit telah berada di sebalik dinding. ......... " Tante melanjutkan manteranya.
"Kcngit,kcengit datanglah ke kolong tempat tidur ," tambah seru dan seram, mata makin dibesarkan --- kamarnya ‘ kan sudah ditemaramkan agar kami anak-anak cepat tidur.
"Uh uh, Kcngit telah datang, kcngit ingin ‘kan biji mata ..........biji mata"
(Tidur hi tidur ada kcngit --- kami mempertajam pendengaran)
"Uh uh Kcngit telah datang, ingin kuambil biji mata tu --- satu ku makan satu ku kulum-kulum"
"Uh, uh Kcengit telah datang, ingin kuambil biji mata tu --- satu ku makan satu ku kulum-kulum" Kalimat serem dalam mantera yang dibacakan tante itu diulang-ulangnya, sampai kami semuanya tertidur.
Aneh, pagi kami terbangun dengan lega, gembira dan bahagia --- mata kami utuh tidak diambil oleh Kcengit --- kami pergi mandi dengan tertawa-tawa dan sangat gembira.
Apa yang diasosiasikan ? --- kalau di-ingat-ingat karena makhluk itu senangnya makan dan mengulum-ngulum biji mata --- ya seremlah, kira-kira mirip rupa Jenglot di Jawa jaman sekarang (lihat di foto di koran, majalah atau On line).
Malah yang lebih serem --- dari kisah paranormal lain adalah Puaka. Cuma ilmu ini ada pula konotasi kagum dan bangga (?). Pemilik Puaka adalah orang sakti yang dapat mengobati dan mengirim "rudal" --- peluru kendali yang dikirim pasti tepat ke sasaran. Tujuan putih, hitam, juga Panas atau pun dingin (anak kalimat kategori kedua dari kalangan suku Dayak ).
Ini kesaksian, Oyang (nenek dari ibu ) si Amah --- umurnya enggak jelas. Melihat tongkrongannya lebih 90 tahun. Kemahirannya mengobati dan mengguna-gunai bekenlah. Sudah tua sekali --- kalau diingat-ingat sosoknya, rambut putih, badan membungkuk, pendengaran bagus, penglihatan masih bisa --- Cuma keriputnya, rada mengerikan lah. Tetapi wajahnya memancarkan wibawa yang luar biasa. Berkali-kali hampir menemukan ajalnya, tetapi tidak jadi meninggal..
Anak-menantu dan sanak keluarga telah rasan-rasan (memperbincangkan) --- bagaimana agar Oyang mau melepas "Puaka-nya" --- Agar oyang dengan tentram bisa meninggalkan alam fana ini. Konon ia tidak mau melepaskan puakanya.
Kami para tetangga takut sekali --- karena kalau oyang tidak berkenan, siapa saja bisa mengalami naas.
Kami, keluarga si Amah dan para tetangga, takut sekali --- karena tiap pagi menyaksikan tapak kuda yang baru di sekitar rumah si Amah.
Pada hal di dekat kampung kami tidak ada se-orang pun yang memelihara kuda.
Ini puaka juga --- nenek si Mus sejak dari kampungnya dulu selalu membawa Puakanya, seekor buaya putih --- kalau si nenek ingin bertemu dengan si putih, ia cukup melemparkan sebutir telur. Maka si buaya akan datang ke pinggir sungai. Si Nenek juga dukun mandra guna.
Suami tidak mau pulang-pulang, suami berselingkuh atau jatuh cinta lagi --- dia itu alamatnya. Pasti okay
O, anak gadis berani meludahi pemuda --- akan tahu diri dia. Nek Agam, nama nenek itu --- cukup dia membacakan mantera "Si Takir mudik".
Si suami pulang, anak minggat pulang, perawan atau janda sombong --- pada menyerahkan diri.
Kalau orang ada rejeki --- di siang hari, di air jernih Sungai Denai, akan terlihat si buaya putih mengambang di air dangkal...........
Orangnya kecil saja, ada kesempatan berkenalan dengan Opung Jabulele --- waktu itu mungkin ia telah berumur 70 tahunan. Berita kehebatan ilmunya luar biasa. Terutama ilmu Pekasih. Jangan coba-coba.
Orangnya kecil saja, tetapi sorot mata bak harimau --- berbicara lembut mengasikkan. Konon banyak wanita jatuh cinta padanya. Dia cukup melangkahi tapak wanita tersebut . Tidak peduli janda atau perawan. Hebat kali.
Diajaknya naik bis dari Medan ke Kotanopan. Namanya juga orang sakti, jadi kita merapat dengannya untuk merekam ilmu --- mudah-mudahan dia memberikan puakanya.
Di tengah hutan bergunung-gunung, hawa sejuk menggigil. Eh, dia memerintahkan supir agar berhenti. Dia turun di dalam hutan gelap itu.
Semua orang heran terhadap keputusan orang tua itu --- tetapi kami para keponakan dan cucu sudah mengerti, dia ingin menemui puakanya.
Subuh masih gelap kami sampai di rumah yang dituju --- Eh, Opung Jabulele telah ada di rumah. Kami para tamu terheran-heran --- kalau keluarga inti sudah mengerti kesaktian beliau. Dari hutan bergunung-gunung itu, ia pulang ke rumah dengan menunggang puakanya. Harimau !
Besok pagi banyak tapak kaki harimau membekas di halaman rumah.
Namanya pun Jabulele --- karena dia mampu menundukkan dan memerintah Gajah. Opung yang hebat !
Rasutn dan Bongkaaq eqaau --- akan dibahas pada serial lain. Itu Ilmu Panas dari Suku Dayak Kalimantan. Tunggu ya. Rada serem juga kalau dibahas di laman ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H