Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pancasila sebagai Way of Life [Filsafat – 14]

31 Mei 2011   12:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:01 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_111516" align="aligncenter" width="298" caption="Garuda Pancasila Akulah Pendukungmu --- Patriot Proklamasi..............."][/caption]

Sebagai Falsafah Nasional, Falsafah Bangsa, sebagai Falsafah Konstitusi --- Pancasila memangdigali dari Budaya, Sejarah dan SosiologiBangsa ini ---- maka ia pun sebagai Way of Life. Lho ?

Sebagai Way of Life Pancasila dinamis, ia terbuka --- menantang segala Jaman.Secara kontemporer ia berlaku sebagai Way of life. Sampai kapan pun !

Setelah Indonesia berada dalam kehidupan pada Peradaban Dunia Abad XXI --- Milinium keke-III; pun --- dalam proses melanjutkan proses Reformasi di dalam kehidupan berbangsa. --- Pancasila dinamis sebagai Way of Life.

Kaget sendiri setelah dengan bersemangat memberikan tanggapan kepada seorang Kompasioner “Menyambut 66 tahun Lahirnya Pancasila” --- tertulis di sana :

·31 May 2011 17:54:27

Bung Muhammad Kasim ! Negara dan Pemerintah harus bertanggungjawab membumikan Pancasila —- yakni mengkonkritkan “pengejawantahan” ke-5 sila itu. Harus jelas proses Demokrasi Politik dan Demokrasi Ekonomi untuk mewujudkan Isi Mukadimah/Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Amendemen. Kalau tidak nyata Falsafah itu bagi manusia Indonesia — ia akan hilang seperti Sumber Daya Indonesia yang lainnya —- Habis Besi Arang Binasa. ! Biarlah Sejarah akan membuktikan — bukan salah Falsafahnya tetapi Manusia Indonesia tidak mampu melaksanakan Misi-nya. Trims dan salam hangat.

Pancasila telah pernah di-pidatokan oleh Presiden RI Soekarno di depan Konferensi AA pertama di Bandung, Majelis Umum PBB di New YorkAmerika Serikat, di depan Konferensi Non-Blok dan juga di Conefo.Dan Pancasilajuga pernah menjadi slogan sepanjang jalan raya di semua propinsi di Indonesia ---- kini ia telah berumur 66 tahun.

Apa hasil karya Falsafah Agung itu ?

Sampai hari ini Pancasila masih tetap sakti --- masih tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 Amendemen.Masih terpampang dalam bentuk Garuda Pancasila di Ruang Sidang Gedung DPR/MPR dan mungkin di semua Kantor-kantor resmi pemerintahan ………….

Tetapi sebagai Falsafah yang mengayomi Konstitusi NKRI --- ia mungkin juga telah tercantum dalam berbagai produk Undang-undang, Kebijakan serta berbagai  Fatwa dan Pidato kaum Ekskutif, Legislatif atau Yudikatif.

Apa yang kau rasakan hasilnya sampai hari ini Hai Pemimpin, hai Rakyat --- Pemimpin dan Rakyat adalah salah satu unsur dalam Negara ini yang bertanggungjawab pada :Akar (Radix) Mengapa kita menjadi Bangsa di dalam Negara Indonesia.

Indonesia yang menyandarkan pada aplikasi falsafahnya yang teruji pada beberapa kurun jaman --- tetapi belum tampak konkrit hasilnya, belum tampak praxisnya yang mandraguna

Mana itu hal konkrit yang telah dicapai Pancasila yang diterapkan oleh Pemimpin Indonesia ?

Satu-satunya selain Pancasila, bahwa NKRI masih berdiri sampai detik ini ---- tetapi yang menjadi tumpuan falsafah itu adalahArti Kemerdekaan secara Spirituil dan Materil.Sudahkah dinikmati oleh segenapRakyat Indonesia ?

Dari tepi Pantai Kepulauan Nusantara disimpulkan : mulai hari iniPemimpin dan Rakyat Indonesia harus menjadikan Pancasila sebagai Way of Life-nya, yakni berkaryaProduktif dan Visioner --- Indonesia bukan Bangsa Koeli, dan Koeli Bangsa Bangsa.

Kalau itu yang terjadi, kapan pun --- berarti Bangsa Indonesia gagal menjalankan Misi Falsafah Nasional Pancasila.

Renungkanlah !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun