Sepertinya kurang cerdas --- Poster BP Migas ataukah Pertamina. Konon Premium Bersubsidi adalah semata untuk Rakyat tidak mampu (lantas yang tergolong Mampu , harus membeli Pertamax) Malu-malui poster itu.
Â
Marketing itu --- SPBU Stasiun Pengisian itu adalah mata rantai Channel of Distribution, jadi ia tunduk pada “Buying Motive’ dan Buying Habits para Konsumen. Apalagi Orang Indonesia.
Â
Orang Indonesia mempunyai Buying Motive yang rational --- membeli Premium yang bersubsidi, jauh lebih murah dengan disparitas yang lebar dengan Pertamax. Orang Indonesia yang membeli Premium adalah orang yang Rational dan Cerdas.
Â
Yang tidak Cerdas dalam Management Energi, Management Marketing, Management penentuan harga penjualan, management Anggaran --- justru para Birokrat itu.
Coba begitu kuota Premium bersubsidi akan dilampaui --- mereka membuat poster-poster yang mengimbau dengan Emotional Motive --- tentu konyol hasilnya. Konsumen Indonesia yang cerdas pasti tetap memakai Premium bersubsidi --- pendapatan mereka menjadi klop !
Â
O itu apalagi --- kok Orang Cendekiawan : Memharamkan Orang Indonesia berbelanja secara rational.  Memilih dan Membeli Premium bersubsidi, adalah Rational dan Halal !
Â
Kalau benar ada fatwa begituan --- Pasti itu bukan Cendekiawan !
Â
Yang haram itu Korupsi, Suap-menyuap, memakan hak anak Yatim-piatu, memakan hak Orang Miskin, memakan bagian Zakat melebihi hak para ‘Amilin, memakan Hak Rakyat, dan lain-lain yang jelas –jelas telah diharamkan.
Â
Hati-hatilah para Ulama yang benar ---Â umat dan Rakyat Indonesia.
Rasullah memang telah memperingatkan “ akan ada nantinya Ulama yang tidak benar --- ulama yang tidak cendekiawan, yang tidak rational “.
Â
Ayo beli dan pergunakan Premium Bersubsidi --- Itu Hak-mu sebagai Rakyat Indonesia.
Â
Ayo Para elite, para birokrat, Parlemen dan Pemerintah --- hitunglah kuota Subsidi dengan benar dan cerdas ---- Kebijakan Enerji harus sinkron dengan pertumbuhan ekonomi dan Ketahanan Energi Nasional.
Â
Benahi Sistem Transportasi Nasional dan Logistik Nasional --- masa telah Merdeka 66 tahun, Kebijakan Pemerintahan dan Fatwa Keagamaan malah tambah semrawut dan memalukan (?)
Kisruh dimana-mana itu indikator jelas telah terjadi  Mismanagement dalam IPOLEKSOSBUD HANKAM di Indonesia. Camkan ………!
Â
Tabek tuan ! (MWA)
[caption id="attachment_116970" align="alignleft" width="300" caption="Ekonomi Energi Indonesia entah Mengapa, Management Energi Indonesia Mis, Transportasi Nasional enggak klop, Target Lifting Migas meleset, Sistem Logistik tidak rational, asal jalan saja ---- Ketahanan Energi, enggak tahu --- ini sudah Merdeka 66 tahun lho. Tahu ?!"][/caption]
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H