Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nyonya Ratri Terpingkel-pingkel dan kemudian Tersenyum [Mini Cerpen – 86 Novelet 02/12]

1 September 2011   08:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:19 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_128838" align="aligncenter" width="400" caption="Peliharalah Tubuh dan Romantisme --- kiranya Kesehatan Tubuh dan Jiwa pun senantiasa terjaga. Karena Romatisme adalah Katalisator yang melumasi Gairah Kehidupan."][/caption]

Ny. Ratri dan Markus berenang seperti sepasang Lumba-lumba --- timbul tenggelam.  Setelah menggeliat keluar dari Swimming Pool.   Ia berbaring melakukan semacam meditasi………….. dan bersyukur, lantas ia menelungkup, kedua paha dibuka melebar --- kedua jempol kaki ditancapkan ke bumi, ia melakukan senam Kegel berpuluh kali.  Markus sambil tersenyum memperhatikan ulah pacarnya itu.  Ia tahu olah raga, senam, meditasi atau yoga adalah kegiatan dalam kehidupan “si Dia” .   Pantas semangat, jiwa dan kesehatan tubuhnya normal-normal saja.  Ia guru dan kekasih yang mengasyikkan.

 

Ia membayangkan betapa beruntung mendapatkan Cinta Nyonya Ratri.

 

“Max, mama akan ke Apartemen mama --- bawakan tas coklat mama “   Memang tadi malam ia tidur di Apartemen Markus.

 

Ia merasa badannya sehat segar bugar. Setelah ia berbicara dengan Ori --- Ori pergi dengan taksi membeli makanan siang.

Ia membuat minuman segar dengan sirup ‘terong Belanda” , ia menghirupnya sambil memainkan daya mentalnya --- menyegarkan otaknya.  Meremajakan sistem memori dan hormon yang mempengaruhi  segala sistem di dalam tubuhnya.  Ia kemudian mencari selasih dan kayu manis untuk menambah cita rasa dan khasiat minumannya.

 

Ia iseng meng-akses internet --- ia mencari berita bisnis dan ekonomi maksudnya.  Di Kompas.com matanya terbelalak ………..” Sex-toys Bikin Anda Lebih Liar di Ranjang”.  Ia tersenyum, apakah ia masih memerlukan sex-toys saat ini ---- tidak perlu jawab hatinya.  Ia tersenyum, ia kini mempunyai permainan yang sangat mengasyikkan.  Markus, yang dipanggilnya, Max.   Max memang memberikan kepuasan yang luar biasa baginya.

 

Optimum Orgasme.

 

Tersenyum dan membayangkan Max sedang menuju ke apartemennya mengantar tasnya.  Ia selalu kangen dengan pemuda itu. Ia seolah-olah gadis remaja yang sedang jatuh cinta --- selalu kangen dengan kekasihnya.

 

Ia mulai menganalisis --- bahwa ia beruntung mendapat lelaki yang secara psikologis, sesuai baginya yang berumur tidak muda lagi, tetapi mempunyai pengalaman dan kebutuhan seks yang stabil.  Sampai saat ini.

 

Tulisan di Kompas.Com itu dianggapnya 100 persen benar --- ia telah melakukan semuanya.  Kalau begitu gaya dan kenikmatan seks Orang Amerika sama saja dengan dirinya.  Ia senang dengan gaya Missionary --- tetapi ada rahasia, kata hatinya, yakni apakah mereka melakukan Missionary dengan inovasi ala burung Colibrita ?

Inovasi itu penemuannya.

 

Daya pikir dan imajinasinya langsung bermain liar di benaknya --- doggy style ia sangat gemar, apalagi dengan Markus ---  biasa Max  memijatnya, seluruh badan, menyentuhnya sampai ia tanpa terduga orgasme.  Meledak-ledak berkali-kali . Tulang belikatnya diurut oleh Max --- sampai satu per satu sendi tulang belakangnya kembali teratur terletak pada ruasnya.  Tiba-tiba saja max-toy telah memberikan sensasi pada G-Spotnya.  Ia menjerit-jerit, mendesah dan akhirnya, tertidur………………

 

Max tiba dengan tas Nyonya Ratri --- sepertinya mereka berciuman. Dan Max mengelus punggung  Nyonya Ratri ---  Ratri  memang paling senang dielus punggungnya.  Kemudian Ratri menyuruh Markus membaca artikel di Kompas.com ---- “Max,  mama tidak membutuhkan sex-toys --- kamulah sex-toys mama.  Komplit dengan nafas sekali. Mereka kembali berciuman. Lantas masuk ke kamar tidur. Pintu dibiarkan ngablak.

 

Terlintas sekali-kali agar Ori sekembalinya membeli makanan siang, membuka pintu utama dan melihat adegan itu.

 

Ternyata tidak. Selesai, Ori belum juga pulang.

 

Lantas mereka mendiskusikan proyek Piramid, “ Max, habis arus balik Hari Raya ayo kita melihat project-site lantas ke Pelabuhan Ratu, mama ingin melihat-lihat Suseiki --- membeli paling tidak fosil batu yang setinggi 2 sampai 3 meter, nanti konstruksinya diberi angkor dan beton ---- agar jangan ada kecelakaan menimpa orang “

 

Max hanya memejamkan matanya.  Ori datang membawa makanan.  “ Bu, terpaksa sampai Bintaro bu ---- Jalan Sabang dan di Tanah Abang masih tutup, libur bu.”

 

Nyonya Ratri memasang dengan pin satu gambar piramid di sisi dinding. “Max, ini piramid Maya --- luar biasa, modelnya mirip Candi Sukuh kita ---- yang istimewa di halaman piramid terdapat sejumlah Menhir yang berukiran.  Rencana mama selain kita mengusahakan Suseiki ukuran besar dan panjang,  nantinya juga terdapat Menhir dan Phallus replika --- kita perlu ke Sumatera Barat, di sana ada kampung yang mempunyai peninggalan purba, menhir purba. “

 

Gambar yang dipajang Nyonya Ratri itu adalah gambar Piramid Castillo yang terletak di Chichen Itza di Semenanjung Yucatan.

“Ayo Ori kita makan bersama “  Seru nyonya Ratri.

“Ori kapan pulang ke Surabaya ?”

“Tanggal 8 bu “

“Ya sudah --- jangan lupa ibu dibawakan petis Sidoarjo, kalau ada emping yang disiram petis ya, boleh dibawakan juga.  Kamu jaga rumah dulu deh --- ibu menantikan kedatangan anak-anak tanggal  3-4 September.”

 

Memang Nyonya Ratri mengundang anak-anak serta menantunya tanggal 3 dan 4 --- dia akan mengabarkan bahwa ia telah memutuskan akan menikah dengan Markus.  Dia yakin tidak akan ada penentangan dari anak-anaknya --- anak-anaknya telah dewasa dan tahu betul kebijaksanaan ibu mereka.  Nyonya Ratri optimis tidak ada penentangan dari anak-anaknya.

 

“ Max, besok kita ke kaki Gunung Salak sebelah sana, barat  proyek kita --- konon ada Restoran dengan hidangan Mongol di sana --- kalau kita mau menginap juga tersedia kemah-kemah ala Mongol di sana --- mana tahu jalan macet jangan kita pulang.  Yang penting bawa berkas dan catatan proyek kita --- kita meninjau sambil, bekerja dan mencari inspirasi”.

 

Max hanya mengangguk dengan memejamkan kedua matanya --- tubuhnya masih meriang kenikmatan.  Terkadang ditumpukannya kedua tumitnya untuk melakukan senam Kegel.  Nyonya Ratri yang mengajarkan, “untuk kekuatan anti ejakulasi dini dan intensitas kenikmatan orgasme.”

 

Max berdiri memeriksa detail gambar Piramid Castillo dan sejumlah menhir  di kaki piramid itu. “ Pertengahan  September kita ke Sukabumi dan Pelabuhan Ratu ya. “ Markus mengangguk --- lalu katanya “Ma, rencananya ada makan-makan dengan mas-mas anak mama kapan ?”

 

“O ya anak-anak mama datang tangggal 3 dan 4 --- Ori sudah konfirm booking ruang dan pesanan di Restoran Timur Tengah itu ?”

“Sudah bu, makan siang 'kan ?”   Nyonya Ratri mengangguk saja.

 

“Proyek kita itu --- intinya ‘kan tanah milik sendiri  sejumlah 6 hektar --- lantas ada semacam plasma 10 hektar, telah ada persetujuan Camat dan Bupati --- lantas kita sewa lagi tanah penduduk atau Negara paling tidak 5 hektar.  Proyek Taman Budaya mengeksploitir Kebudayaan Karuhun plus eksplorasi daya Inovasi, Imajinasi dan estetika Anak Bangsa secara modern --- visi ke depan   Budaya lama cukuplah menjadi objek wisata dan Industri Pariwisata --- tetapi visi Budaya Modern Indonesia harus mengandalkan kemampuan anak Bangsa --- di forum internasional di bidang Sastra, Inovasi Teknologi yang produktif bagi penduduk Indonesia --- Misi kita adalah memperkaya anak Bangsa yang sekarang ini masih miskin “.  

 Terkadang Markus sangat kagum dengan cara berpikir Ratri --- Wanita yang berpikiran maju di tingkat usianya yang sudah tidak muda lagi.  Ia beruntung berguru pada Nyonya Ratri , Sumber mata air dinamika kehidupan yang akan diharunginya[MWA]

(Bersambung ke Novelet 02/13)

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun