Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mini Cerpen (34) Kota Tua, Alanku-Seksku (Drugs 1/3)

23 Juni 2010   13:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:20 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Class Meeting, Acara Bebas, Anak-anak bersorak-sorai : Bebas (setelah absen, mereka semua berkelompok macam-macam kegiatan dan rencana anak-anak itu). "Mama, enggak usah dijemput, aku akan berkunjung ke Kota Tua, acara bebas ma."   Itu salah satu suara anak sekolah yang kegirangan acara class meeting hari itu --- acara bebas.  Anak-anak yang biasa dijemput pada memberi kabar orang tuanya, tetapi ada juga yang pulang sendiri-sendiri ke rumahnya.

Geng Mawar Berduri, terdiri dari delapan siswi --- mereka masih memakai seragam putih-putih, kini mereka di dalam bus-way. Menuju Dukuh Atas --- lantas pindah ke bis yang menuju Blok M-Kota. Meriah deh. Mereka berceloteh sesamanya, riuh sekali.  Di antara mereka Rijs, gadis 16 tahun --- medio Agustus nanti genap 17 tahun. Mereka itu semuanya siswa kelas I SMU.

"Eh, nanti selain Museum Fatahillah, aku ingin melihat Museum Wayang "

"Jauh enggak ?"

"Dekat-dekat situ juga".  Memang di masa remaja --- suasana selalu tampak meriah ---- tetapi jangan tanya ke-delapan anak itu, semuanya mereka ada masalah, apalagi setelah ada hasil survey yang mengatakan lebih 50 persen gadis sebaya mereka di SMP, sudah tidak perawan. survey itu mereka perbincangkan pekan-pekan yang lalu --- sehingga di antara gadis itu ada yang mengaku , ada pula mengelak dengan seksama membantah --- percaya tidak percaya, jadinya

Mula-mula mereka berdelapan serombongan, kemudian mulai terpecah berdasarkan keakraban dan minat. Ada sekelompok duduk-deuduk  minum es krim, ada pula bergerombol bergabung dengan anak sekolah lain --- atau banyaklah remaja yang seusia mereka atau yang mirip-mirip kakak kelas-nya.

Rijske dan Malinda berdua menyebrang ke Museum  Wayang. Di ruang sempit dekat lemari Wayang Golek. Bahu Rijske di tepuk seseorang. "Rijs "  --- "Alan"   Langsung saja berangkulan erat.  Malinda bengong sekejap, lantas ia menyadari, tentu dua remaja itu memang sudah kenal akrab, atau mungkin malah sudah pacaran. "Kenalkan "  --- "Malinda" --- 'Alan"   Kemudian mereka bertiga masuk di Kantin di halaman Museum.  Cerita ngalor ngidul --- dari pandangan mata yang sering saling beradu, Malinda menyadari bahwa dua sejoli ini sudah akrab.

"Rijs, gue mau mencari teman-teman lain, mereka pada di mana"  Rijske mengangguk

"Jadi Papa kamu masih melanjutkan kemarahannya ?

"Lama juga kemarahannya, tetapi mama membela gue ---Setelah malam itu lu digebugi dan gue dihajar habis-habisan sama papa --- ditendang, digampar, malah pipi sempat bengkak ditonjok."

"Papa lu kejam banget, deh !"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun