Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Humor

Mertua Bisu memberi Wasiat kepada Mantu Bisu? (Cermin-49)

22 Juli 2012   12:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:43 1336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1342958741513703136

(1)

Bongkar-bongkar buku, capai, tertidur --- bangun badan litak, mau nulis, baru mikir-mikir tema. Ingat ! Ada teman lucu, tua, Wong Palembang (ceritanya ia sedang mempunyai tamu, orang istimewa --- mungkin dapat ide untuk cerita).

.

Sudah basa-basi, dia cerita, tadi pagi pergi mengaji di Mesjid di Kampung Tetangga --- motornya dia gletakkan begitu saja sembarangan --- sekali-kali ia lirik ke arah parkir speda motornya.

Sudah dekat (tinggal 2 orang lagi) giliran membaca Surah Al Qur’an --- sekonyong-konyong dilihatnya 2 orang pemuda mendorong speda motornya menuju sebuah bengkel. Ia singsingkan sarungnya, ia melompat dengan gerak pemain silat : he speda motor ku, he, speda motorku

Maling-maling-maling !

Ribut

Menurut 2 pemuda (yang konon satpam setempat) mereka “mengamankan speda motor yang telah terparkir sejak malam”

“Aku baru datang pagi ni, mau ikut tadarus Al Qur’an, setelah sholat Subuh di rumah --ngerti ?!”

Keributan ditengahi oleh Pak RW setempat --- “banyak motor diparkir di sini, sengaja motorku agak menjauh, karena motorku buruk tak berkunci pula !”

(dari peristiwa tersebut terbongkar ‘modus operandi’ pencurian motor untuk segera dipreteli di bengkel dekat situ --- dalam kurang dari 1 jam motor sudah terurai)

(2)

Khusus kisah motor buruknya itu memang sudah selalu mengundang prihatin dan anekdot --- suatu saat dalam kemelut lalulintas, si Bapak bermanuver --- menyenggol motor lain, ia langsung ngacir saja. Takut Polisi, karena motor sudah tidak mempunyai STNK !

“Nomor motor tu pun telah ku tekuk !”

Waktu itu ia akan mengambiluang pensiun --- pulangnya ia masuk gang ke luar gang, tetapi katanya dari jauh ‘kulihat lagi tempat kejadian’ --- ingin mengetahui apakah ‘accident’ tadi menimbulkan korban.

“Ta takut dicegat polisi ?”

“Aih kalau sampai dicegat polisi, yang jadi perkara ‘kan STNK motor itu --- entah berapa tahun tak dibayar, bisa kenalah seratus dua ratus barangkali, apalagi mau raya begini”

…………………………………………

“Tapi kuingat pesan mertuaku dulu --- kalau kitaditangkap polisi, tanya ini-itu --- buat saja muka bloon belagak bisu, belagak tuli !”

“Ah, mana bisa jaman kini --- kalau Politie Hindia Belanda bisalah, polisi sekarang bisu tidak bisu, duitlah --- istilahnya ‘ditunggu komandan’, yang bersembunyi di bawah pohon atau di sebalik gardu atau di mobil jazz-nya !

[caption id="attachment_195667" align="aligncenter" width="473" caption="Grafis -Cermin 49"][/caption]

(3)

Dialog dilanjutkan --- “bagus juga ide untuk buat cerita, bagaimana dialog mertua dan menantu bisu --- katakanlah memberi amanat bagaimana menghadapi razzia polisi tadi”

“Kata mertua ‘tu --- apa pun bunyi perkataan polisi ‘tunjuk arah ke belakang, bunyikan hnga hngaa hngu hngu…………..”

(entah karena suasana puasa, dialog telepon itu bisa menghasilkan ketawa sehat beberapa kali-kali)

Itulah akal orang tua, pensiunan, kekurangan duit pula --- di masyarakat saja sudah umum motor bernomor ditekuk, bahkan motor keluaran baru bisa bilangan bulan dantahun tidak mengurus STNK.

Polosan bae Je !

[MWA] (Cermin Haiku-49)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun