Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengapa BUMN menjadi Beban, bukan Penyangga ?

25 Maret 2012   00:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:31 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13326351251499014619

 

 

Membaca PLN harus membayar utang Rp. 18 triliun per tahun --- miris dan asosiatif, bahwa Indonesia rawan krisis --- bisa default ala Yunani atau akan mudah tenggelam mengalami krisis yang di-impor, seperti Krisis Moneter (1997) yang diimpor dari Krisis di Thailand.

 

Untuk menjamin operasi PLN tiap tahun dianggarkan Subsidi (Komisi VII DPR yang telah menetapkan besaran subsidi listrik sebesar Rp64,97 triliun, untuk kemudian ditambahkan lagi sebesar Rp26 triliun," kutipan Okezone.com 22/3).

 

Seperti juga subsidi BBM sangat kritikal bila APBN tidak mampu menyediakan Anggarannya --- anggaran subsidi TDL, kedua subsidi sangat strategis untuk menjamin perekonomian dan tingkat kesejahteraan Rakyat Indonesia.

 

"Kalau utang PLN kita masih bayar Rp 18 triliun per tahun. Ya, kelistrikan kita ini dibangun kebanyakan dari utang. Kenapa utang, karena listrik kita kan dibuat relatif murah, kalau hanya dari pelanggan saja kita defisit, jadi harus disubsidi," kata Nur di sela-sela rapat kerja pemerintah dengan Badan Anggaran DPR, di DPR, Jakarta, Sabtu (24/3/2012).

 

Paragraf di atas kutipan dari Kompas.com 24/3 --- berita selanjutnya Return On Asset PLN hanya 3 persen (bandingkan dengan Perusahaan Listrik Thailand 8 persen).

 

Negeri ini benar-benar --- salah diurus.  Sumber-sumber  Daya dan Utang Pemerintah, semua tersia-sia. Semua BUMN dan BUMD tampaknya adalah Jenglot penghisap kekayaan Indonesia.

 

Musuh terbesar yang sedang meruntuhkan Negeri ini adalah Budaya Korupsi --- diperlukan Kekuatan Moral untuk menegakkan Sistem Pemerintahan --- terutama penegakkan Falsafah Negara dalam praxis.

 

Yang strategis adalah pembinaan Watak Kebangsaan --- Sumber Daya Manusia yang Patriotis dan Visioner.  Cuma setelah Era Pembohong dan Koruptif ini, bisakah Indonesia memilih Pimpinan Nasional yang Kesatria  ? Yang cerdas dalam pemerintahan, penuh inovasi menjadikan BUMN penyangga perekonomian, bukan pelaksana Economics of Corruption.

 

Indonesia, Negara Miskin dan Ketinggalan --- Selamatkan APBN ! (Kroco)

(Banjir di DKI pun akan dibiayai oleh Utang baru dari Bank Dunia --- Aji Gile !)

 

[MWA] (Ekonominet -49)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun