Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Money

Mbulet APBN dan APBN-P Tahun 2012 (Karikatur)

10 April 2012   07:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:48 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1334043642328841730

(1)

Orang Indonesia bingung sendiri --- ribut-ribut mengalihkan Ancaman BBM ber-Subsidi.

Sudah ribut di jalan-jalan, di kampus-kampus, di kota-kota , dan di mana-mana.

Sekarang ribut di ruang rapat dan di kantor-kantor Pemerintah dan Birokrat (plus MK nantinya.)

 

Ini kutipan dari Kompas.com (10/04) :

“…………… JAKARTA, KOMPAS.com —  Kendaraan pribadi masih menjadi konsumen bahan bakar minyak bersubsidi terbesar. Pemerintah menyebutkan, konsumsi BBM bersubsidi mobil pribadi mencapai Rp 77,9 triliun di tahun 2011. Akibatnya, target subsidi BBM Rp 129,7 triliun membengkak menjadi Rp 165,2 triliun.

"Tahun ini diperkirakan akan meningkat dengan maraknya peralihan pengguna BBM nonsubsidi ke BBM bersubsidi akibat tingginya disparitas harga," kata Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemhub) Suroyo Alimoeso dalam keterangan persnya, Senin (9/4/2012).

Sepanjang 2011, kendaraan mobil pribadi menguras Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)  hingga Rp 77,9 triliun. Parahnya, angkutan umum hanya mengonsumsi 3 persen, sedangkan mobil barang 4 persen. "Sisanya dikonsumsi motor 40 persen dan mobil pribadi 53 persen," ujarnya.

Jika dirupiahkan, angkutan umum hanya kebagian Rp 4,1 triliun dan mobil barang merasakan Rp 5,9 triliun. Adapun sepeda motor menghabiskan Rp 58,8 triliun dan mobil pribadi menguras APBN hingga Rp 77,9 triliun. ”Total untuk kendaraan pribadi menguras APBN 2011 sebesar Rp 136,7 triliun,” ucapnya. ……………”

(2)

Itu data tahun 2011 --- data triwulan I tahun 2012 pun diributkan “searah”.

Yang pasti Pemerintah ketika mengajukan Rancangan RAPBN 2011 dan RAPBN 2012 tidak sedang mabok --- mereka waras semuanya --- begitupun Orang Parlemen.

Kalau mengikuti hal ini sejak 2008-2009, ini masalah implementasi yang sepertinya tidak cukup cerdas di-manage, di-antisipasi, di-control --- sehingga masuk di-proses Planning dan Implementation.  Bikin panik dan bingung Rakyat !

 

Ini masalah “forward linkage” industrialisasi dan “barang substitusi yang tersedia di pasar Indonesia". "Begitu saja kok repot "--- kata Gus Dur.

Sekarang para Birokrat ngomong ngalor-ngidul --- seperti kita baru terbangun dari “mimpi buruk”.

 Di tahun 2011 pelaksanaan APBN (APBN-P) tahun 2011,

1.     Taruhlah data Angkutan Umum  benar (3 persen) dulunya dirancang berapa persen ? Deviasinya penting Bung !  Apakah yang dikatakan angkutan umum itu beroperasi cukup dengan 3 persen (Aneh --- untuk transportasi darat dan air ?)

2.      Okay mobil barang konon 4 persen --- Deviasi-nya berapa ?

3.    Lho kok bingung yang 93 persen dipakai mobil pribadi dan motor ? Deviasinya berapa ?  Mereka itu ‘kan produktif bekerja dan memutar roda perekonomian. Manufaktur perindustrian terserap, perdagangan lancar.  Pokoke Perekonomian Indonesia tumbuh ditunjang konsumsi BBM Bersubsidi --- tidak sia-sia (kalau diselundupkan itu kriminal --- dioplos juga kriminal.  Bisa dioplos ?)   

4.    Yang jadi problem kalau harga dinaikkan  untuk tujuan pengalihan anggaran ke pos-pos yang tidak produktif. Umpamanya untuk membagi-bagikan Balsem (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat) --- apalagi jelas time-framenya menjelang pemilu 2014.

5.    Untuk dialihkan ke Padat karya atau lainnya meng-upgrade Infra-struktur  pertanian dan perkotaan.  Bolehlah.   Anggaran Kesehatan bolehlah.  Pendidikan ?

6.    Pendidikan, enggak usah latahlah --- implementasikan dulu yang 20 persen sebagaimana amanat Konstitusi.  Apa dalam rancangan dan Program ada kekeliruan ? Coba diteliti itu APBN tahun 2012.

7.    Perhatikan :

a.    Target Lifting Minyak Mentah (jangan ribut asumsi ICP melulu, tetapi tegur dan evaluasi mengapa target tahun-tahun lalu meleset).

b.    Fokus pada BBN (Bahan Bakar Nabati) ini Negeri Pertanian, Alam dan SDM-nya rajin.  Perhatikan prinsip Ekonomi Industri.  Contoh Brazil yang sudah sukses --- USA pun tahun 2013 ke arah sana, maka mengancam harga pangan Internasional.

c.    Bagaimana konversi ke BBG --- bolehlah, kalau proyek infra-strukturnya menarik dan menguntungkan (berikut converter kitnya)

d.    Transpor Umum Massal ?   Memang di situ akar masalahnya --- bukan di motor dan mobil pribadi. Ayo laksanakan, jangan bingung melulu --- proyek angkutan massal enggak jadi-jadi.  Mampu enggak kamu ?

e.    Jangan coba-coba me-manage Kuota BBM dengan ilmu non-economies,non marketing --- pasti gagal.  Petugas SPBU jangan diandalkan untuk “Pengendalian”. (proyek E-KTP dan E-BBM --- Opo gumun aku ?)

f.    Bagaimana kalau Prinsip Perpajakan yang Adil yang diterapkan untuk mobil pribadi --- kebijakan harga menjadi mudah, jelas dan “terapable dalam distribusi energi”.

g.    Rancanglah Kebijakan Energi Nasional bersinambungan, yang sesuai dengan Kemampuan Deposit Minyak Bumi Indonesia yang hanya tersisa untuk eksploitasi 12 tahun saja lagi. Habis itu entek !  Full Importer.

Indonesia tidak dalam keadaan mabok, Cuma ngantuk ! Ini Indonesia Bung  (Kroco)  

 

[MWA]  (Karikatur Sospol -58)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun