Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mayat Hidup dari Batam --- Gadis Model Kena HIV/Aids (PMPJ #05/05)

25 September 2012   12:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:43 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13485760031793115436

[caption id="attachment_207876" align="aligncenter" width="473" caption="Grafis MWA-Novel PMPJ 05"][/caption]  

(1)

Siap sholat Isa Opah seperti biasa mengaji --- karena ia pernah di Pesantren, biasalah ia memberijawaban atas pertanyaan, atau penjelasan sekitar fikih kewanitaan. Walaupun mereka perempuan muda yang dirundung malang, ternyata pun mereka membutuhkan keseimbang rohani.

Opah memberikan banyak pengertian keagamaan --- kemiskinan membawa mereka pada gang gelap penuh risiko.Pilihan terbatas --- jerat kemiskinan lebih mendorong mereka ke dalam gelap mata, memasuki pasar yang tidak mereka mengerti

(2)

Zulfa terkapar di kamarnya, sejak Februari ia sakit-sakitan --- dari gangguan pencernaan sampai gejala typhus. Ia tergolek melintang di dipan itu. Tampak badannya menipis hampir rata terbenam di kasur yang kempot. Kamar itu terletak di Lantai 3, biasanya selalu untuk “anak-anak TKW calon PRT” transit sebelum diberangkatkan ke Malaysia.

Di kamar itu juga ada perempuan yang dipanggil Kak Lin --- yang akan dipulangkan ke Bedagai, ia terpincang-pincang karena patah tulang, akibat usaha melarikan diri dari majikan. Ia yang harus merawat Zulfa.

Bibir Zulfa mengering, tampak ruam-ruam memutih di sudut bibir dan dirongga mulutnya --- ia tidak mampu menelan bubur sekalipun --- sekujur tubuhnya pagi ini melepuh dengan bintik-bintik merah.

Kak Lin mencoba menaburkan semacam tepung obat, sebagai mana diajarkan Mantri.

(3)

Opah menelpon emake, “mak, aku akan terbang ke Batam mak --- PT tidak bisa memberangkatkan ke Saudi …………….. 2 minggu kerja di restoran, malam ini aku akan berangkat ke Batam !”.

Opah merenung setelah berbicara pada emaknya, ia agak kecewa mengapa akhirnya ia akan dipekerjakan di Batam --- katanya di restoran.

(4)

Bernard mengatur untuk mengungsikan Zulfa yang telah parah ke rumah sakit --- tetapi tidak ada rumah sakit yang bisa menerima pasien yang sudah parah itu --- dengan speed-boat Zulfa dan Kak Lin diberangkatkan ke Pulau Sumatera. Yang satu entah ke mana, sang satunya pun entah sampai ke mana ……………………

(5)

Dengan termangu Bernard yang baru mendengar kabar bahwa Zulfa adalah penderita HIV/Aids --- sepanjang semester I tahun 2012 ini terdapat hampir 200 orang terkena infeksi itu di Batam ……………. Telah meninggal dunia sebanyak 40 orang …………….. termasuk 3 kanak-kanak.

Bernard merinding membayangkan perjalanan speed-boat menuju Tanjung Balai Karimun, kemudian entah ke mana --- itu tugas ekspedisi melanjutkan rute ke tujuan berikutnya ……………………………..

Bernard ingat gadis model itu --- cantik, mulus, cerdas --- telah malang melintang dari Batam, Singapura sampai Malaysia, Semenanjung bahkan Sarawak dan Sabah.

Di mana ia terkena patil HIV/AIDS ?

Bernard ingat gadis itu pertama sekali dijeputnya di Bandara Hang Nadim ………………. Tahun 2002 ia menjejakkan kakinya di pulau impian ini, ia segera menjadi primadona, dengan label gadis model --- sepuluh tahun kemudian ia kembali entah ke mana ……………. sebagai mayat (hidup).

[MWA](Pesantren Merah Pesantren Jingga; bersambung #05/06)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun