[caption id="attachment_87402" align="aligncenter" width="300" caption="Mati adalah Bahagian dari pada Kehidupan"][/caption]
Saatnya Ajal, wafat, atau meninggal dunia --- adalah Rahasia Allah --- Waktu dan di mananya kita mati, tiada orang yang mengetahuinya. Menduga-duga mungkin bisa. Konon seorang Ponggawa Mesir mendapat bocoran bahwa ia akan menemukan ajalnya di kota Alexandria --- maka dipacunyalah kudanya untuk mengungsi ke kota Jerusalem, untuk menghindari. Ketika tiba di El Arish, jauh sebelum sampai ke kota Jerussalem, sayup-sayup dilihatnya ada Kesatria berjubah putih akan berpapasan dengannya. "Assalamualaikum !" " Alaikumussalam " dengan suara bergetar dijawabnya "Abul Khatib --- aku Malaikalmaut, sesuai dengan "janji-mu" ........di El Arish tiba ajal-mu !"  Begitulah kisah tibanya ajal --- tidak bisa ditentukan ruang dan waktunya. Ada sebuah buku berjudul, How We Die, Reflections on Life's Final Chapter, karya Sherwin B. Nuland; Alfred A. Knopf Inc., New York 1994. Ini dinukilkan  satu "Advance praise for How we Die, "This is indeed a rare book. I do not recall ever reading a description of the final chapter of life that so eloquently describes the various ways in which death approaches ................................." James P. Nolan, M.D. President of the Association of Professors of Medicine. Penulis artikel ini,  memberikan inskripsi bertulis tangan pada buku itu : Crb, 19.10.98 Mati adalah bagian dari pada kehidupan (kesimpulan penulis dari buku Problem Solving, yang pernah dibaca beberapa tahun sebelumnya). Nah dari buku Sherwin --- dalam Introduction ia menuliskan kesannya pada umur sebelas --- ia kehilangan ibundanya karena kanker Colon (di lambung), begitu pula pada saat menulis buku tersebut, belum setahun --- abangnya juga meninggal dunia karena penyebab yang sama. Setelah itu ia membagi bukunya dalam bab-bab : I.                  Jantung yang Bergetar II.              Valentine --- dan bagaimana Ia bisa gagal III.          Skor Tiga dan Sepuluh IV.             Pintu menuju Kematian di Hari Tua V.                 Penyakit Alzheimer VI.             Pembunuhan dan Kepasrahan VII.         Insiden, Bunuh Diri, dan Euthanasia VIII.     AIDS IX.            Kehidupan para Virus dan Kematian Manusia X.                Kanker yang menakutkan XI.            Harapan dan Keadaan Pasien Kanker XII.        Pelajaran yang Harus dipelajari Banyak kisah, proses penyakit dan insiden organ menuju kematian, tetapi inilah secara klinis Kematian itu disaksikan : ".......pada saat ajal menjelang, cepat berlalu, nafas tersengal-sengal sampai ketegangan di otot leher. Serentak dada dan bahu terkadang, tersentak sekali dua kali ...............saatnya menuju kematian klinis........" (ada pula orang yang menyaksikan terjadi muntah, mengorok dan,..............................lenyap --- bahkan lambung mendesak kotoran untuk keluar......................) "Begitulah fase kematian klinis itu ............menjadi kenyataan kematian yang abadi...............tiada lagi denyut nadi dan detak jantung, tiada lagi nafas turun-naik.................!" "..........apalah kini yang terlihat --- sesosok wajah tanpa kehidupan, yang setelah beberapa menit tanpa denyut jantung memancarkan wajah yang pucat pasi tanda kematian...............kemudian disusul oleh tanda-tanda proses mayat yang menyatakan bahwa, ruh telah meninggalkan tubuh ...................jasmani tanpa ruh ...................Jiwa meninggalkan Tubuh-wadag..............................................., perjalanan  terakhir telah dimulai" " dalam beberapa jam kemudian tubuh akan mengecil, hingga bisa separoh bobotnya........................" Secara hukum kematian dinyatakan sempurna apabila "otak" berhenti berfungsi untuk selamanya............................Dalam kasus ICU atau traumatis, kematian klinis dinyatakan : Apabila tidak diketemukan lagi gerak reflek, tidak ada lagi respons bila dilakukan rangsangan eksternal .................tidak ada lagi kegiatan elektris otak, yang ditunjukkan oleh gambaran datar pada electroencephalogram .................. Innalillahhi wa inna ilaihi Raji'un ! Di Epilogue buku Sang Dokter menyatakan "...........Tidak ada suatu cara pun untuk meramalkan, apakah ini adalah dasa warsa umur saya, atau malah lebih lagi --- kesehatan yang baik tidaklah menjamin ....................." Di halaman terakhir buku itu tertulis inskripsi dalam puisi, bertulis tangan penulis artikel dengan pensil : Jadikan waktu-waktu dalam kehidupan-mu, penuh arti penuh kegembiraan penuh kebahagiaan Apa pun yang engkau alami Memang itu untuk kehidupanmu Jkt 02 11 98.
*) Foto Wikipedia-Internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H