Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Money

Masalah TKW/TKI Awalnya di Dalam Negeri. Lho ! [Tajuk Ide - 31]

12 Desember 2010   03:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:48 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1292124896889863985

 

[caption id="attachment_77619" align="aligncenter" width="300" caption="Mohon doa restu.(Kompas.com)"][/caption]

Suatu saat dalam perjalanan antara Kucing diSarawakMalaysia menuju Pontianak --- dalam gelapnya malam, tiba-tiba bis berhenti, rupanya akan mengangkut TKI yang akan ditransfer (?) antar perkebunan.Apa ini ?Manusia Indonesia yang akan dipasarkan-kah ? Habis Kontrak akan dimutasi ke Perkebunan lainkah ?Pasti Bangsa Indonesia tidak tahu begitu hina pemuda-tenaga kerja itu.Seperti juga di Indonesia --- mereka sebagian besar, duduk di lantai bis atau tangga bis.

TKI legal-kah mereka ?Pasti illegal !

Mereka ditansfer di malam buta --- mungkin nasib mereka tidak banyak berbeda, dengan tenaga kerja yang diperjual-belikan di Penang atau Temasik, untuk perkebunan di Sumatera bagian Timur di Abad XIX --- Cuma dulu itu tenaga kerja dari Cina atau Tamil, atau pun orang Nusantara yang juga papa tanpa jaminan (bahkan sebelumnya banyak pula manusia-manusia yang dalam status diperulur dan perbudakan………..diperdagangkan, ditransfer, dimutasi ) Ah !

Seorang gadis (?) bersih, mulus, dan cantik untuk ukuran orang Indonesia --- mengelap kaca jendela di suatu Kilang Saw Mill di Kuala Baram di Serawak Malaysia.

“Adik dari Indonesia ?”

“Iya pak, dari Indramayu”

“Sudah berapa lama di sini ?”

“Se-minggu pak “

“Bagaimana bisa sampai ke mari ?”

“Kami orang miskin dari Indramayu --- ke Malaysia jalan yang kami kenal untuk bisa merubah nasib dan harapan.”

“Kamu membayar berapa ?”

“Tidak membayar pak --- saya diberi sangu oleh Emak saya Rp. 20.000.Berangkat dari Cirebon sampai Pontianak danke sini ditanggung Sponsor. Dari sana sampai di Kuala Baram dua bulan pak. “

“Kamu lama di mana ?”

“Di Pontianak, dan entah di mana itu --- akhirnya saya mendapat pekerjaan di sini !”

Gadis itu mungkin hanya satu dari ratusan atau ribuan (?) TKW yang nekat memasuki pasar tenaga kerja haram di Malaysia.

Kok bisa tanpa biaya ? (tanpa surat-surat, tanpa paspor …………….tanpa jaminan !)

Sponsor dan para Agen Gelap yang banyak di sudut kota dan kampung-kampung di Pontianak--- adalah jaringan yang merekruit TKI/TKW dari seluruh Indonesia, mengangkut, mentransfer, menjual mereka ke Malaysia Timur atau Brunei --- di Kucing, dan kota-kota Malaysia Timur banyak bertebaran para Cukong dan Tekong yang akan menampung dan memasarkan mereka.Seperti bongkahan karet atau jelutung yang diselundupkan ke Semenanjung Malaya, jaman tempo doeloe.

Apa kerja Reserse, Intel, Aparat Depnaker dan para Konsul Indonesia --- tidak-kah mereka mencium perdagangan “manusia Indonesia ?”

Tidak-kah mereka berkompeten ?

Tidak adakah Anggaran untuk mereka mengerjakan tugas yang terkait itu ?

Apakah Pemerintah tidak bisa menggantikan “Kerjaan haram” itu dengan “Metode dan Prosedur serta Sistem ” Legal yang dapat menjamin WNI-nya, mencari lowongan kerja di Negeri Jiran ?

Di PasarCentral Kuala Lumpur atau Chow Kit --- wah di hari Minggu seperti hari raya bagi orang Indonesia sedang berbelanja dan bertegur sapa.Dari wajah mereka tampaknya mereka menikmati hari libur  di Negara Merdeka itu.Tetapi tidak jarang segera sontak geger, seperti “bebek atau anak ayam kaget karena ada burung elang terbang menyambar-nyambar”.

Sebagian mereka adalah WNI pendatang haram yang sudah peka sekali dengan naluri Indonesia-nya(mungkin juga berikut budaya suapnya)..

Kasihan sekali mereka --- di Negerinya seperti sampah, di Negeri orang seperti Buronan.

Apakah aparat Indonesia setelah 65 tahun merdeka tidak bisa membuat dan menjalankan Sistem, Prosedur dan Metode; yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat-nya--- yang papa, miskin, dan ingin merantau ke Negeri Orang ………..tetapi terjamin, tentram dan sentosa ?

Berjumpa dengan seorang gadis (?) --- berpengalaman bekerja5 tahun di Saudi Arabia.Lho ?(Ketika bertemu, sedang menanti keberangkatan kembali dengan sejumlah wanita lain --- yang ingin mencari lowongan ke luar negeri. Waktu itu tempat penampungan-nya non-PJTKI di Cijantung).

Cerita pengalaman-nya ---setammat SMA, ia ikut rombongan “Umroh”(tentunya sudah tercipta Sistem, Prosedur dan Metode tidak resmi --- alias buatan jaringan masyarakat Indonesia yang kompeten).

Organisasi perjalanan plus itu --- mungkin sudah terpercaya dan terkenal di tengah masyarakat Indonesia (?).

Ceritanya ia berhasil memisahkan diri (?) di Saudi --- bekerja macam-macam, dari jaga toko sampai PRT (cerita-nya seru sekali, hidup di dalam masyarakat Arab dan rumah tangga Arab --- ceritanya detail menarik dan layak didengar).

“Kalau begitu kamu sudah tidak perawan dong ?”

“Oh, sorry --- saya masih tulen pak !”(sambil ia memperagakan sikap tubuh yang masih gadis perawan --- dan saya percaya )“.

Ia nekat cari kerja di Saudi sebagai pendatang haram, karena --- begitu miskin dan tidak produktifnya hidup di desanya di Sukabumi.Ia merantau ke Saudi, terdorong cita-cita membelikan seperangkat alat kerja Ayahnya --- memang ia berhasil !

Belakangan Ibunya pun merantau ke Saudi Arabia menjadi tenaga informal --- ia juga sukses, dan disenangi majikan.Bahkan dibawa berlibur ke England dan Perancis.Cuma saya belum pastikan apakah si ibu juga --- mengikuti Sistem, Prosedur dan Metode seperti si Gadis.

Yang terang --- kini mereka menjadi keluarga yang lebih baik.Bahkan si Gadis tahun 2009 menjadi Caleg.Lho ?!

Sebenarnya Negara/Pemerintah Indonesia ini, kalau management-nya rapi dan ber-initiatif --- harusnya bisa membuat Sistem , Prosedur dan Metode yang lebih canggih dari pihak swasta (?) itu !

Masa Lembaga dan Aparat yang digaji dan ditunjang serta dilengkapi fasilitas tidak mudeng-mudeng terhadap masalahKe-tenaga kerjaan Migran --- devisa-nya mau, tetapi Jaminan untuk WNI-nyaError melulu (bukan Trial and Error).

Berita terakhir, seorang calon TKW, berumur 30-an lebih --- ibu rumah tangga beranak 4 (bayi berumur bulanan, balita plus remaja; tidak mengerti apa-apa --- suami dulunya tukang parkir di Roxy Mas, sekarang beralih menjadi pengasuh anak-anaknya, sedang si wanita itu konon masih dalam penampungan, menantikan keberangkatan ke Saudi (tidak jelas ia memakai route Sistem, Prosedur, dan Metode yang mana). Entah yang Min atau Yang Plus (?).

Yang jelas calon itu paling tinggi lulusan SD plus Alif Bata saja --- Lho ?

Sukses ataukah ia akan terdampar pula , Min ?

Jangan pertontonkan lagi “Ketidak Cerdasan-mu” di tahun2011 --- Rakyat Indonesia mau muntah mendengar dan menyaksikan berulang-ulang berita gelandangan Indonesia di bawah jembatan atau duduk seperti budak-belian di lantai bis. Atau berita Korban kedunguan dan Kematian WNI yang mengenaskan  di Negeri Orang (Rakyat Indonesia yang sengsara bukan di Arab Saudi atau Malaysia saja , bisa di Taiwan, Jepang atau di Kapal-kapal Ikan).Lho ?

Kita tidak mengerti apakah Pemimpin atau Rakyat yangmengalami “Ngabang bironi “di dalam negeri ini ?Bingung dan Gelisah !

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun