[caption id="attachment_142862" align="aligncenter" width="362" caption="Kartu Mati --- Para Koruptor akan mati cara Kadhaffi."][/caption]
(1)
Dari buku yang berjejal, dan
Deretan Nama-mu pahlawanku --- Mr. Sjafruddin Sang Presiden PDRI 1948
Lantas susul menyusul seperti Pak Moer dan Ridwan Rais dan Zubaidah, dan
Joko Makbul --- beriringan Pierre Tendean dan Jenderal Besar Nas --- aku merenung alangkah besarnya mereka di Kalibata atau di Sidoarjo. Diam,
Diam dalam berdoa --- mengapa harus mati cara Kadhaffi ?
(2)
O Guru arti Kematian --- Tuan Syekh yang dikuntit muridnya para Pengangon
Tawur Ji, tawur ji --- dawa umure
O Marsinah engkau dibunuh Mereka --- tetapi tahukah engkau buruh itu lebih berkuasa dari tuan Kodim atau tuan Polres.Cuma
Buruh terdiam, masgul dengan nasib se Gobang atau UMR 700 ribu rupiah. Untuk
pembeli raskin agar ada sedikit air teteknya. O buruh segobang setalen.
Jaman Kolonial pun Kini --- golongan buruh itu tidak masuk hitungan. Mengapa
Ya Mengapa ?Engkau bela mereka --- kata sebuah buku karena kamu adalah bersikap
Tuan Guru Syekh Siti Jenar --- mati adalah hidup, hidup pun adalah mati nanti.
Marsinah, mereka heran mengapa engkau ikhlas mati untuk buruh segobang ?
Mereka takut mati karena seragamnya berarti duit walau mengemis dengan hina di
Biro atau di Pinggir-pinggir Jalan.Engkau pun mati seperti juga Kadhaffi. Mati
Bayonet menghunjam tepat di jantungmu, di vaginamu --- mereka dendam kesumat
Pistol Baretta Nato itu tepat di kening Kadhaffi --- mereka pun dendam kesumat. Pun
Mati sama saja dengan hidup --- kata Tuan Guru Syekh Siti Jenar. Engkau Pahlawan
Marsinah.
Mereka Pengecut ke depan Pengadilan Dunia pun mereka jerih --- apa lagi nanti di
Akherat. Jadi ini hari Engkau tidak memerlukan kami
Kami yang memerlukanmu, Marsinah
Engkau Pahlawan para Buruh yang menyerah kalah.Maka
Kematianmu jadi berarti.
(3)
Di Bumi ini --- pahlawan itu ada dua kategori
Di Indonesia ini --- pahlawan itu ada dua kriteria.
Pahlawan Bangsa. Dan
Pahlawan Pengkhianat Bangsa --- Para Koruptor
Marsinah, engkau buruh segobang seketip antara 700 ribu rupiah Sejuta empat ratus
Dikurs tahun 1848 dengan sekarang --- yah seimbanglah. Maka
Engkau adalah pahlawan kaum buruh segobang itu. Mengapa
Engkau rela meregang nyawa untuk Kaum Buruh yang papa,
Miskin merana --- terlunta-lunta, seolah-olah hanya para Jenderal yang bisa
menjadi Pahlawan Bangsa.
Marsinah Engkau adalah Malahayati, Laksamana Buruh yang mati dibunuh.
Marsinah Engkau adalah para buruh-para penganggur yang diancam mati,
Para Kapitalis di Wallstreet --- di Gedung-gedung Bisnis Orang berduit.
Marsinah lihatlah ternyata buruh segobang itu bukan hanya di Sidoarjo, Bukan
Di mana-mana di muka bumi --- ada pemerasan, penghisapan, pencurian yang koruptif
Di Negeri ini --- kenanglah kami --- yang hidup, mati, mati hidup dan mati kembali
Seperti Sang Tuan Guru, pun buruh-tani yang menggigit jari di bedeng-bedeng sawah
Puah
Mati dan kembali mati --- sejak panen dan kembali panen lagi. Malah mati.
[MWA] (2010 Puisi – 18)
*)Ilustrasi ex Internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H