Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Maaf? Tiada Maaf Bagimu [Hello Hari Ini -05]

31 Juli 2011   22:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:12 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sekali Lancung Keujian Seumur Hidup Orang Tak Dipercaya ! Begitulah pesan wasiat Para Leluhur dari Bukit Hambalang

Memang apalah arti jabatanmu --- kalau tidak mampu kamu menyandang Amanat ?

Apalah arti pengalamanmu menjadiBirokrat --- kalau pun engkau ‘ngomong, belepotan

Apalah arti Partai-mu bagi Kerakyatan, ‘pabila auto-critic tidak bisa dilakukan --- tidak mempan, tidak mampu membersihkan menyisihkan

Di baris depan engkau duduk berdampingan --- duduk sama rendah berdiri pun sama berjinjitan

Seperti Gareng di tengah Togog Sang Pemangsa --- kamu semua seperti doyong akan mati kekenyangan

Menyerahlah

Tiada maaf bagi Para Penjarah --- seperti Petruk Kanthong Bolong menyerukan : “Hutang Darah dibayar darah !”

Seperti Wisanggeni di atas Bukit Hambalang :” Tak Thuthuk ‘Ndasmu mbah Keparat !”

Tiada maaf bagi-mu

Kamu boleh Tobat --- mengucapkan Istighfar, menyerahkan kembali Harta itu, lantas

Ke Pengadilan --- baru mungkin memperoleh Amnesti, Abolisi, atau Grasi --- itu menurut Konstitusi

Di Kumpulanmu itu --- kaum yang sejenis, Orang-orang Jahat berkumpul dengan yang jahat

Penjahat pelaku Pidana Luar Biasa

Kejahatan Kemanusiaan yang Luar Biasa --- menentang azas Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Hukum harus ditegakkan

Tobatlah

Kami tidak mengerti Mengapa Negeri ini dipimpin oleh Orang-orang yang tidak bermutu Negarawan

Mereka adalah bagian Orang-orang Buangan Limbah dari Selokan

Beruntung ia di-recycling menjadi Orang-orangan berlepotan

Orang Belanda politik mengatakan : “Zort zoen Zort --- memang orang-orangsejenis mencari jenisnya”

Orang-orang berlepotan --- seperti Celeng Boloten, mengotori lingkungan tempat melendotkan badan

“Kasurya Candra Miruda Wacana --- orang keprucut memberi keterangan borok kaumnya”

Tiada maaf bagimu --- sampai di situ. [MWA}

[caption id="attachment_122645" align="aligncenter" width="300" caption="Bukit Hambalang adalah Lambang Supremasi Hukum untuk Menghukum Kaum Celeng Boloten !"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun