Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Nyonya Ratri Mandi Bertiga [Mini Cerpen 88- Novel 02/15]

10 September 2011   15:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:04 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 

Bagi Ratri tiada hari tanpa kesibukan mengembangkan ide --- ia mengigit pangkal pensilnya, ia baru saja memasang foto “Max” --- Sang Kekasih di bidang dinding di depan meja kerjanya. Tadi malam ia tidur di Rumah Kebayoran.

 

Ia menantikan kedatangan sahabatnya Ramina dari Purwakarta  --- konon ia datang dengan bis Travel.

 

Gigitan di pensil itu membekas --- gigi Ratri masih lengkap, bahkan terpelihara sehat dan utuh. Ia kembali menggigit pensilnya. Dipandangi-nya raut wajah Markus --- kekasih yang menjadi anak bungsunya.  Ia tersenyum, betapa hidup ini penuh kejutan dan indah sekali. Byaaaaaaaaar !

 

Ia mengatur nafasnya.  Lantas ia melakukan meditasi dilanjutkan dengan sikap yoga ciptaannya --- puteri duyung memainkan tepian ombak.Byar --- seolah-olah ia mendengarkan deburan ombak di pantai Citepus, yang menggemuruh.  Byaaaaaaaaaaaar Blashissssssss.

 

Ratri tersadar buaian lagu Island of Love, lagu Hawaiian dinyanyikan oleh Elvis Presley --- ia kembali bersikap meditasi, cara meditasi Ratri ia tidak mengosongkan pikirannya --- malah ia ikuti seperti berselancar dengan alunan berbagai urutan memorinya.

 

Aduh Ratri terhanyut dengan lagu Hawaiian yang dilagukan Andy Williams …………….Sweet Leilani,  lagu kesayangan Pak Mul, suaminya almarhum. Ia lepaskan pandangannya ke arah lukisan sosok Pak Mul --- di kamar kerjanya kini ada tiga wajah manusia yang sangat dikenalnya --- lukisan dirinya ……….dan yang terakhir foto “Max”.  Hidup oh hidup.

 

 

 

Ia teringat dulu ayahnya selalu berfilsafat :  “ Inilah hidup, hidup ya ini !”   Kalimat itu beribu kali didengarnya dalam percakapan ayahnya, Moestafa Soepangat.  Sudah almarhum tahun 82,  ia dan saudara-saudaranya urunan menghajikan Pak Moestafa Soepangat, sebelum meninggal dunia.  Ia tersenyum.

 

 

 

“Setelah aku bersih dalam kehidupan pribadiku,”  kata hatinya --- ia berniat naik haji atau umroh bersama Markus.  Tapi kapan Tanya hatinya. Ia kembali tersenyum.  Di cermin dipatut-patutkannya wajahnya yang masih cantik --- sosok tubuhnya juga masih fit.  Bahkan ada bagian tubuhnya yang mendapat pujian dari Sang Kekasih.

 

 

 

Ia membalik-balik tumpukan album foto, foto proyeknya.  Lantas di satu album post-card ia mengamati  28 foto fosil batang pohon --- bagus-bagus ujudnya --- wujud garis serat kayu yang telah membatu jutaan tahun.  Ada satu yang berwarna coklat semu pink, sudah dipolis, berkilat cantik, garis tengahnya ada 30 cm --- sayang  rupa indahnya itu tidak cocok untuk dipajang di kaki Piramid nantinya.  Karena tingginya tidak ideal, hanya  lebih kurang 100 cm.  ia menginginkan fosil-fosil tinggi 2 meteran paling tidak.

 

 

 

Iya memang Ratri pengagum phallus --- ia gandrung benar pada seni rupa phallus --- apalagi fosil ini batu alam yang sangat indah.  Ia akan meletakkan phallus batu yang 100 cm itu di taman kering di museum suami, di rumah sebelah.

 

 

 

 

Ia senang tidur-tiduran di mezzanine dengan Max,  dari mezzanine bisa tembus pandang ke arah taman kering bebatuan --- biarlah phallus semu coklat-pink itu terletak di situ, sebagai koleksi yang unik.

 

“Rat, ini aku bawakan kue khas Purwakarta, simping”

“Wadhuh, terimakasih --- ini apa, pisang kok bagus sekali  ?”

“Pisang raja mateng di pohon itu Rat, dari kebunku --- aku permisi mandi dulu ya “

 

Ratri meneruskan kerjanya --- ia memeriksa termyn penyelesaian proyek, termyn pembayaran --- dan meneliti Cash-flownya.  Dilihatnya ada catatan Max menyangkut  batu granit yang akan menjadi dinding luar piramid.  Batu granit asal Banjarnegara.

 

 

 

Terdengar suara Ray Connif Singers mengalunkan lagu, To You Sweetheart, Aloha --- ia teringat apakah telah tersedia segala handoek, sabun  keperluan Ramina.

“Ram, wis ketemu kabeh keperluanmu ?”  Selintas ia melihat tubuh Ramina juga masih mulus disiram shower.  Di sana telah komplit segala kebutuhan mandi.  Ramina tidak menutup pintu kamar mandi.

 

“Ingat Ram, dulu kita mandi bertiga dengan si Dati “

“Ya, Datiningsih --- kabarnya ia telah almarhum Rat, dia kena kanker rahim Rat --- ia masih muda matinya, kabarnya 32 apa 35 tahun gitu”

 

 

 

“Wah jangan bicara penyakit,   merinding aku.  Ini lihat “, Ramina memperagakan cara ia memeriksakan payudara.  Tes dini anti kanker payudara.  Mereka tertawa  cikikikan, semu terbahak-bahak. Ceria seperti anak SMA dulu.

 

“Kamu pernah melakukan Pap Semear ?”

 

 

“Rutin aku, malah juga vaksinasi--- aku juga melakukan vaksinasi HPV,  Human Papiloma Virus, virus penyebab kanker serviks.  Kalau kamu belum pernah, besok-besok boleh ikut aku, biar divaksinasi………………di dokter pribadiku ”

 

“Dulu kita mandi bertiga itu masih muda-muda, imut-imut --- kok enggak keliru kita di kelas 2 ya.  Dari dulu memang kamu yang paling seksi --- tapi kita bertiga memang bintang idola, ingat enggak .”  Tanya Ramina.   Ratri tampak ragu-ragu.

 

“He, aku ingat dulu juga kamu punya rambut pubik tidak ada ya Ram, kamu gundul “  Ramina tertegun dan menyiramkan jipratan air ke Ratri.

 

“Memang Rat, sepanjang hidupku sampai tua kini --- dia tetap gundul, tetapi ada dua suami aku yang sangat senang aku punya gundul.  Dua-dua  jago seniman seks. “

“Suami nomor berapa itu ?’

 

“Berapa ya.  Imam Roes nomor tiga, dan  Mas Sigit Wahyo ke-empat --- hebat-hebat, Cuma kami tidak berhasil mempunyai anak”

“Dulu kamu tidak berobat untuk kesuburan ?”

 

“Sudah segala usaha --- tetapi Tuhan tidak mau menitipkan, bagaimana juga ?”   Ratri membantu mengeringkan rambut sahabatnya.  Ia yakin Ramina juga lansia wanita yang sehat.  Kulitnya mulus tidak ada vitiligo --- otot bahu dan lengannya masih atos. Payudaranya juga masih liat. Cuma garis ada sedikit di sudut mata --- lantas kelopak matanya telah menurun. “tetapi itu bisa divermaak, dioperasi kecil” pikir hatinya.

 

“Kamu mendapat menopause umur berapa Rat --- aku masih muda umur 48 tahun”

“Aku 51 tahun “

“”Kita telah tua Rat “

 

“Siapa bilang --- aku tidak merasa tua, tetap bergairah dan sehat segar bugar.  Tanamkan sikap itu Ram, bila kamu mau tetap awet muda dan sehat --- jangan pernah merasa tua.  Kamu akan osteoporosis, sakit sendilah, syaraf terjepitlah, vertigolah --- kulit jadi keriput dan vitiligolah , kencing manis, bongkok ,  macam-macamlah --- olah raga yang teratur.  Kamu kuat berspeda, mau ?”

 

“Vitiligo apa itu ?”

“Bercak-becak putih di kulit seperti panu”

“Oi sorry, tidak adalah itu”

“Ram, kupikir betul juga………..gundul itu seksi”

          [caption id="attachment_130653" align="aligncenter" width="500" caption="Sejak Jaman Purba hingga Kini pun , topik dan masalah sentral Budaya itu selalu di sekitar Phallus dan Yoni"][/caption]    

“Pernah kamu gunduli ?  Sekarang masih lebat dan hitam Rat ?”   Mereka saling pandang dan berpelukan --- dua sahabat SMA yang tampaknya saling membutuhkan di masa tua ini.

 

Butuh kawan bercanda dan berbagi. [MWA} Bersambung ke Novelet o2/16]

 *Foto ex Internet

 

 

 

                 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun