Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Cinta Batu Kecubung Kasihan; Keperawanan dan Batu Combong (Novel BCDP -04/03)

26 Januari 2012   05:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:26 7689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13275583021105063275

Bu Lik membuat sambal tempe --- Mila merebus daun singkong dan daun pepaya --- sementara Bejo setelah ngangsu air, pergi berdagang ke pasar. Mila mengkhayalkan beberapa dongeng, tip, dan khasiat jenis-jenis batu. Memang ada cincin suasa di jari manisnya. Konon batunya nilam. Kata mas Bejo.

“Embannya bagus Mil, batunya nilam” , kata Bejo (Bejo sungguh trampil dan menguasai ilmu perbatuan, kagum hati Mila).

Ketika makan berdua, Mila mengucapkan ; “ Lik, mas Bejo mengatakan cincin nilamku ini tidak cocok --- membuat murung, tidak cocok dipakai gadis, bisa berat jodoh --- jadi perawan tua “.Bu Lik diam saja , tidak menanggapi --- ia menikmati suapan nasi dengan sambal tempe digado dengan rebusan daun pepaya.

“Tadi apa kata Bejo soal tenaga pembantu yang dicarinya ?’

“Kemarin sewaktu aku ikut ke Wonosari, setelah ke BRI aku menjaga dagangan batunya --- dia membawa satu anak lelaki, bagus sih, tapi masih kerja di penggilingan kopi --- gajinya hanya Rp. 400 ribu --- aku tawarkan gaji pertama ikut aku Rp. 700 dapat makan dan tempat tinggal --- 700 ribu itu kalau dia hemat bisa jadi tabungan. Kerja bagus bisa naik sampai Rp. 1 juta.Tampaknya anak itu mau ikut “

“Nanti pulang dari pasar ada satu lagi --- anak tukang panjat kelapa, pembuat gula, bu Lik --- yang penting anaknya sehat, tidak kudisan dan kurapan, berjerawat banyak aku tidak suka Lik”Mila menceritakan macam ragam sudah masuk dan keluar para pembantunya --- ada yang awet ada pula yang pindah kerja kalau sudah libur Idul fitri. Mudik langsung tidak kembali.

“Ini anak tukang legen, katanya masih kecil, 14 tahun --- kalau bersih yah enggak apa-apa, bisa dilatih bekerja. Yang penting bersih.”

“Perlunya dua saja ?”

“Ya, Lik”Siap makan Bu Lik pergi ke rumah yu Siyem, katanya mau menagih utang.Mila menumpuk bantal, sandaran santai --- jendela di buka, udara masuk, tambah segar --- biasa ia senang sambil mengepit bantal di pahanya.

Kemarin ketika menjaga dagangan batu akik --- ia kagum mendengar cerita Bejo. Bejo juga pintar membaca rajah tangan.Di bawah bayang-bayang pohon dan toko Cina di dekat perapatan. Mereka sampai jam 4 menggelar dagangan.

Mila terkenang cerita Bejo, bahwa ia dulunya mahasiswa Institut Seni di Solo --- bapaknya meninggal, kuliahnya mogol. Ia mengalah bagi pendidikan adik-adiknya. Usaha jagal ayahnya diteruskan suami baru emaknya. Bejo dulunya senang tirakat ke tempat-tempat wingit atau kramat. Sampai konon ia mendapat wisik agar berdagang batu akik dan permata.

Mila senang berboncengan dengan Bejo. Keringatnya tidak berbau busuk --- tentunya ketiaknya pun tidak berbau.

Kemarin sore Bejo mandi di sumur depan rumah.Bu Lik juga biasa mandi di sana --- keperluan ke kamar mandi kalau siang bu Lik selalu ke sumur luar. Bejo rajin mengisi bak mandi kamar mandi di dalam rumah, dekat dapur --- Mila mandi di sana, kain penutup pintu sumur, itu menggantung. Kalau bu Lik jongkok, seperti kemarin terlihat --- juga mas Bejo.

Besok malam tahun baru 2012 --- Mila berjanji akan pergi dengan mas Bejo. Bu Lik akan menonton wayang semalam suntuk di Kecamatan. Ia akan pergi dengan yu Siyem.

“Mil, bu lik telah 3 kali menikah, dengan suami pertama pernah hamil 2 kali --- tetapi keguguran --- ketiga-tiga suami itu lelaki jahanam, menangi dewe. Pemalas kerja, mau bergantung pada perempuan. Lelaki penipu kabeh “.

“Bu Lik enggak pernah ingin jadi TKW ?”

“Enggak ‘tu, bu Lik ingin bebas --- tidak mau dijajah orang. Di desa mengurus rumah, dagang sambil menunggu kiriman.Cukup !”

“Bu Lik tidak mau kawin dengan mas Bejo ? Dia ‘kan duda, lik”

“O, sori --- mending bu Lik menjanda, bebas”

“Dia ‘kan ada mata pencariannya --- ganteng, dan badannya tidak bau ya bu Lik,aku nafsu kalau mencium bau lelaki yang khas, jangan busuk Lik”Bu Lik tersenyum saling memandang dengan Mila.

“Beberapa malam yang lalu, bu Lik tidur dengan mas Bejo ya --- enak Lik ?

“Gila kamu, ngintip ?”Mila menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum.

“Malam tahun baru aku mau ke Parangtritis Lik, boleh ya ?”

“Ya, los --- aku dan yu Siyem akan nonton wayang semalam suntuk. Kamu mau ke Parangtritis boleh saja --- loooos, hati-hati “.

Mila kembali ingat pada Bejo, badan dan kulitnya bagus, dia tidak busuk --- barang kali dia sengaja berjongkok di sumur ketika sabunan mandi kemarin sore --- penisnya ereksi. Mengapa ?Mereka berdua sambil mengobrol, satu sedang mandi satunya di luar sumur.

Apa ia melakukan onani?Mengapa ?Apakah ia ingin memperlihatkan penisnya ?

Seketika Mila terangsang dengan khayalannya.Gila itu orang, pikirnya.

Mila melihat ke luar jendela, ia ingat kata-kata Bejo bahwa menurut bintangnya, ia harus memakai batu kecubung kasihan --- seperti milik Bejo yang sebesar buah kemiri, ada dua combongnya --- konon itu liang milik wanita, makanya itu batu pekasih. Katanya.

Mila masih berdebar-debar --- ia menarik nafas dalam, ia merasa puas dan nyaman

[MWA] (Buah Cinta dari Parang Kusumo – Novel 04/03}

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun