“Cik, mengapa Orang tak celik dijadikan Presiden, apakah tidak ada lain orang yang berkemampuan ?” .Itu pertanyaan supir taksi di luar negeri pada tahun 2000 awal.Menjawabnya dengan bijak bestari, karena kita mewakili Sang Duta Besar Indonesia ---- rupanya banyak Orang Luar Sana yang menjadi pengamat terhadap Indonesia.Info mungkin mereka dapat dari Media atau Internet barangkali.
Dalam 11 tahun ini makin banyak isu yang menjadi pengamatan dan penelitian serius para Sarjana Luar Negeri tentang Indonesia.Hasil penelitian mereka --- membuat kita terbelalak terbodoh-bodoh. Terutama mengenai fakta sejarah (?), apalagi setelah Orang Indonesia meng-ekspos hasil penelitian mereka.
Sejarawan Indonesia pun,termasuk kaum politisi ---- memberikan pendapat, lantas biasa kita saling tuding.Terserah mau mempercayai yang mana.Jadilah sejarah itu keluar dari alur filsafatnya.Fakta.
Memang di dalam sejarah lama Suku Bangsa Nusantara mencatat sejarahnya dalam rangkaian : bertutur, berseni syair dan sanjak, mengolahnya dalam adonan Lagenda dan politik Feodalisme --- tetapi di jaman modern tidak bisa, Generasi demi generasi harus memegang fakta, agar sejarah secara filsafat menjadi Alat melanggengkan Budaya yang harusnya berkembang progresif.
Kalau NKRI ingin lestari --- Kalis Sambi Kolo --- selamat dari krisis demi krisis lagi.
Indonesia harus maju Budayanya --- maju bersama berkembangnya Peradaban Dunia, yang kini menyatu. Proses Globalisasi.Kalau tidak Budaya Indonesia akan selalu berirama Retrogresif.Di sana memberantas Korupsi dengan Sistematis --- di sini Pemerintah menabrak-nabrak mencari jalan solusi.Solusi apa ?Memalukan…………..menyembunyikan aib Korupsi dengan merusak tatanan Budaya berkonstitusi, sebagai Negara Hukum.
Memalukan --- Negara hukumseolah-olah belum mempunyai Norma --- seperti baru mengenal Etika dan Moral.Pada hal Nenek Moyang telah mengadaptasi Filsafah yang terkandung di dalam Ramayana dan Mahabrata.Agama telah berkembang sejak melestarikan Spiritualisme-Antropologis, Agama Hindu dan Buddha yang kini masih mempunyai potensi “Aplikasi Kontemporer di bidang-bidang ke-Ilmuan modern”, sampailah kita menganut agama-agama Wahyu; Nasrani dan Islam, dan juga menerima Konghucu.Apalagi --- secara filsafat telah pula bersintesa dalam Falsafah Nasional Pancasila.
Memalukan kalau Indonesia tidak bisa mengatur Hidup secara Pluralistis dan Menegakkan Hukum yang pasti.
Di tataran internasional kini --- hal-hal yang memalukan sebagai Bangsa yang menduduki Wilayah Nusantara, yang kaya dan subur.Tetapi kita malu karena 66 tahun Merdeka --- Indonesia masih tetap Negara Miskin, paling-paling menghibur diri sebagai Negara Berkembang. Anggota G-20 !
Banyak Standard Internasional, yang tidak mampu menempatkan prestasi Indonesia yang positif di urutan yang membanggakan. Pasti Indonesia selalu di tempat interval corot !
Memalukan (apakah kita bebal ?)
Memang. Ada anak-anak Indonesia mencapai prestasi gemilang di Olimpiade Fisika atau Keilmuan lain --- Syukur !Tetapi itu hanya menjadi hiburan (mudah-mudahan merembet ke semua arah prestasi dan inovasi). Seperti prestasi olah raga Bulutangkis, menjadi hiburan yang mendebarkan, sekarang.
Masyarakat tidak malu mengusir Orang yang Menyerukan Kejujuran --- Ya’ Opo Rek !
Tidak malu menyalahgunakan wewenang, korupsi, kolusi, nepotisme, suap-menyuap, rasa keadilan yang tumpul (ke atas), tajam menghunjam kepada rakyat kecil, melakukan pungutan liar tanpa otorisasi, mengemis dengan memakai pakaian dinas di kantor-kantor, di jalan, di pelabuhan, di mana-mana; tidak melaksanakan tugas dan jam kerja; bolos di hari kerja; menggunakan alat dan fasilitas tidak efisien dan efektif; melakukan percaloan pelayanan publik, perijinan, sertifikasi, perencanaan dan peranggaran; mempersulit Sistem, Prosedur dan Metode.
“Kalau bisa dipersulit kok dipermudah”Itu semboyan produk Budaya Retrogresif.
Memalukan !
Para Investor atau Pelancong menemukan itu di mana-mana ---Investor bisa menemukan kesulitan yang tidak menguntungkan, mereka tentu menolak.Para Pelancong mungkin menganggap itu “ budaya Orang Indonesia yang perlu ditonton” --- seperti Patung Buddha yang telah dicuri kepalanya, atau menyaksikan benda-benda pusaka replika, karena yang asli telah dicuri --- tidak diketahui kapan dan oleh siapa.
Sibuk yang memalukan.
Mismangement !
Orang sana sudah tahu, bahwaIndonesia adalah Negara Terkorup di Dunia (Nomor X), diAsia Terkorup (Nomor Y), di Asean Terkorup Nomor Y+++.Masa Indonesia terkorup sih ?
Memalukan --- terkorup namanya, Orang Indonesia tidak bisa menegakkan hukum --- melaksanakan Undang-undang yang telah tersedia.
‘Kan sudah di-action dengan “plus Satgas”.
Yang penting hasil Kinerja-nya Bung --- jangan malah memalukan.
Indonesia tambah besar “kemaluan-nya” (harus disembunyikan) --- karena para Koruptor itu mempermainkan Hukum dan Lembaga Hukum Indonesia ---- cukup melarikan diri ke Singapura --- Sejak para Koruptor BLBI sampai Suap BI --- dari Nazaruddin sampai Nunun Nurbaeti.Siapa lagi ?
Indonesia sepertinya tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagai “Negara Hukum”.Enggak malu tu ?
“Kan sudah ada instruksi Menko Polhukam sampai PresidenRI ?!
“Kan mau dijeput oleh KPK dan Polisi --- Iya ya,
Yang paling memalukan --- masa Negara besar ini tidak pernah memperhitungkan potensi Republik Singapura,dari jaman Riau masih memakai Strait Dollar hingga kini --- Devisa Indonesia berasal dari pinjaman dan keringat TKI.Singapura itu Negara Asean yang penting bagi Indonesia, harus dikelola secara Visioner, secara proaktif.Banyak kepentingan Indonesia di Singapura
Singapura adalah Negara Penting bagi Indonesia, dulu–kini dan kapan pun nanti --- kelolalah dengan diplomasi tingkat tinggi yang ber-mutu.
Jangan tambah besar “kemaluan Orang Indonesia di gelanggang internasional” --- malu melulu, bah !
Terseok-seok seperti Negara Bayi baru belajar berjalan --- merambat-rambat dan terjatuh.
Kalaulah Negeri ini terus-menerus memperbesar “Kemaluan” niscaya perlu kita renungkan pesan Orang Romawi ini :
“ Actum est de Republica --- Habislah Republik kita ! “
[caption id="attachment_117732" align="alignleft" width="300" caption="Lambang Penegakkan Hukum, Seorang Dewi yang Menghunuskan Pedang --- Tetapi bagi Indonesia, menjelang 100 tahun Kemerdekaan, memerlukan Warrior yang menghunjamkan Tombak dan Pedangnya kepada para Koruptor itu."][/caption]
*)Foto ex Internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H