Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kekasihku Rihanna (Cermin-61)

23 Agustus 2012   00:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:26 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1345681197292425344

[caption id="attachment_201598" align="aligncenter" width="473" caption="Grafis MWA-Cermin 61"][/caption]

(1)

Benci begitu mengenalnya, dengan panggilan Rere.

Ditugasi merundingkan kompetensi para operator forklift dan beberapa jenis alat berat Saw Mill --- koordinasi dengan kantor Jakarta. Suara Receptionist itu merdu dan tampaknya cerdas. Tetapi tidak ada kaitan.

Kembali ke Jakarta --- berjumpa dia, cantik, ramah, langsung terasa ada jarak.Nama Rihanna menyenangkan, panggilan Rere terdengar tidak enak, menyimpan jarak yang terbentang.

(2)

Dasar lelaki buaya --- tahu arah toilet, memang kantornya sendiri. Mau membuat sensasi dan menggoda Rihanna.

“Re, mana toilet ?”, begitu keluar kantor President Director, bertanya pada Rihanna --- dengan berbisik menyentuhkan pucuk hidung ke daun telinganya.Rambutnya menggelitik kulit indrawi, sensual tanpa aroma apapun.

(3)

1 Januari tahun 2000 --- dengan mobil berdua menyusuri Jagorawi, mobil menepi.

Rihanna mengadahkan wajahnya.

“Pak, saya kesingsem bapak --- saya tidak bisa tidur bapak ……………. Bapak apakan saya ?”

Hanya tersenyum memandang wajah gadis polos ini --- konon setiap kali menerima telepon atau menyambungkan hubungan telepon dengan Ibu President Director --- ia telah mengagumi ………………. Oh, gadis lugu !

“Pak, saya dulu ingin sekali berjumpa bapak --- banyak cerita orang-orang mengagumi bapak ……….. saya sekarang telah mengenal bapak, bapak menyesal bertemu dengan Rere ?”

Kupandangi wajahnya, rambutnya sedikit kaku, tetapi alis dan bulu matanya sangat indah --- dagunya ketika disentuh terasa ia mempunyai bentuk yang bagus --- rahang dan dagunya …………. Tulangnya terasa antara ada dan tiada.

“Ya Re, saya menyesal bertemu kamu !”

Wajah dan matanya memancarkan tanda tanya, kekanak-kanakan.

Rihanna memang baru bekerja di Holding Company ini selama 2 bulan --- gajinya Rp. 125.000 saja.

(4)

Penyesalan ketemu dia diacu dalam obrolan humor --- karena ia masih perawan sedangkan aku beristri dan ayah beberapa anak sebaya dia.

“Satu lagi Re --- bapak menyesal menemukan kamu sebagai perawan bernama Rere “, kembali ia memandang dengan wajah, mimik dan mata yang innocent.

“Mulai sekarang panggilan singkatmu bukan Rere --- bapak benci panggilan rere, bunyi dan nada rere membawa kesialan …………….. rere adalah bunyi kere …………..” Mata kami beradu.

“Ya pak, sejak kecil anak-anak menyoraki saya kere……kere…….kere, sampai sekarang banyak teman yang masih memanggil saya kere”

“Itu doa jelek, itu sugesti jelek --- mulai sekarang nama panggilanmu Reha, selalu membahasakan dirimu Reha………….. bahasakan dirimu Reha !”

Ia menyalami dan menciumi tanganku, dengan sinar mata yang memancarkan terimakasih.

(5)

Dalam kemelut demonstrasi karyawan terhadap rencana pemindahan dan transfer karyawan ke tempat lain, Reha menelponku di Singapura.

“Bapak,anak-anak mau mengajak mogok --- mereka protes dipindahkan ke Kantor Ciputat. Mereka keberatan ongkos transport jadi tambah tinggi, pergi dan pulang susah lebih lama bapak ………….. Reha takut bapak !”

“Kamu jangan ikut-ikutan mogok, kamu dipecat malah berabe --- cari alasan, Reha jangan terlibat tindakan indisipliner. Yang memberi pekerjaan bukan mereka ……………… uang transport ‘kan bisa dirundingkan !”

Kemelut perburuhan itu menimbulkan pemecatan, anjuran minta berhenti atas kehendak sendiri dan re-organisasi.

“Bu, Rihanna calon yang baik bu --- ia bisa berbahasa Inggris dengan baik, penampilan juga okay, saya pikir tepat bila ibu tempatkan ia di bagian ‘Ke-imigrasian’……………”. Itu usulku untuk Rihannakepada President Director.

Rihanna tidak dipindahkan ke Ciputat, ia tetap berkantor di Kebayoran Baru.

(6)

Reha kini telah jauh berbahagia, bau rambutnya harum --- penampilannya lebih sumringah, kepribadiannya pun berubah mantap, ia tampak lebih komunikatif --- ia berhubungan dengan banyak orang asing --- Korea, Taiwan, Hongkong, Malaysia, Singapura, Iran, Cina dan Amerika.

Reha tampil modis, cekatan dan dapat menampilkan potensinya --- ia menjadi Sekretaris Ibu President Director kini. Ia baru saja pulang dari Cina (Gangzhou) mendampingi Atasannya --- Ia kini mulai mempelajari bahasa Mandarin.

Pendapatannya pun telah berlipat ganda --- kini ia sedang memadu kasih dengan seorang Warga Malaysia, investor di Propinsi Banten.

“Ayah ……………….” , iya ia sekarang memanggilku ‘ayah’.

“Ayah, terimakasih ayah ……………. Ayah telah memberi nama panggilan yang berkah, nama panggilan yang mengkoreksi hidup Reha !”

[MWA] (Cermin Haiku-61)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun