Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Karier, Petualangan, dan Warisan Kekayaan (Features)

11 April 2012   23:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:44 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1334189143346474725

Memburu karier erat hubungan dengan motivasi kehidupan; Petualangan didorong motivasi Keingin-tahuan dan Pengalaman; adalah seperti sebuah monument apabila Warisan masih dinikmati, memberi inspirasi pada generasi berikutnya.

Secara acak membaca buku Jagat Wartawan Indonesia, Soebagijo I.N., Gunung Agung, Jakarta 1981.Tertarik pada nama (Andjar Asmara) Abisin Abas --- nama samarannya yang di dalam kurung itu, menyesatkan penulis.

Tetapi kisah kariernya terkait dengan topik atau tema yang menjadi perhatian penulis ………….. setamat Sekolah Menengah ia bekerja di Kebudidayaan (onderneming) di Jawa Barat.

Selama bekerja di perkebunan ia sering membaca majalah De Zweep (Cambuk), setiap terbit De Zweep menghantam lawan-lawannya ……………. Penerbitnya adalah Berrety, seorang peranakan Italia-Jawa (Jogja).

Berrety terkenal sebagai pendiri Kantor Berita Aneta (=Algemeen Nieuws-en Telegraaf Agentschaaf).Gedungnya masih nampak berdiri di tepi kali Ciliwung Pasar Baru, Jakarta. Mungkin Gedung bersejarah itu ditahbiskan sebagai cagar budaya (?) menjadi Gedung KB Antara.

Dua paragraph di atas itu sungguh menarik hati ………………. Ini kutipan seutuhnya berikutnya :

“……………Dalam bukunya ‘Drie en Dertig Jaren of Java’, Mr. Wormser (bekas) Pemred Het Nieuws van den Dag menulis tentang De Zweep ini, bahwa Barrety menghantam siapa saja yang berusaha menghalang-halangi maksudnya dengan tulisan yang pedas dan tajam; sehingga akhirnya Berrety selain berhasil menjadi pengusaha yang sukses, juga mendapatkan banyak musuh. Namanya kemudian juga dikaitkan dengan seorang (spion) Jepang bernama Matsumoto yang membeli rahasia pertahanan Hindia Belanda daripadanya dengan harga dua juta gulden. Dari uangnya ini Berrety kemudian membeli villa Isola (yang kemudianpernah dijadikan gedung PTPG = Perguruan Tinggi Pendidikan Guru) di Bandung, dan sebagian lagi dibuat plesir di Nederland. Berrety kemudian tewas, sewaktu pesawat Uiver yang ditumpanginya diberitakan mengalami kecelakaan “ di Timur Tengah…………..”

Paragraf itu memuat peranan Berrety dengan De Zweep (Cambuk) di Hindia Belanda, besar kemungkinan ia terlibat aksi spionase untuk Dai Nippon, uang hasil kegiatan itu dibelikan Villa (yang juga mungkin cagar Budaya, mengingat arsitekturnya dan sejarahnya) ………… dan kematiannya …………….. di Timur Tengah ………………. Kisah spionase yang alurnya memang begitu, siapa tahu oleh CIA atau Pihak Sekutu lainnya.”

Begitulah hal-hal yang menarik dalam rentang Sejarah Pers dari masa Hindia Belanda, mungkin pola prakteknya sama saja dengan masa kontemporer.”

[MWA] (Features – 44)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun