Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Drama

Jenglot Makuthang di-Wisuda --- Lebih Ganas, Lebih Bengis (Paranormal)

17 Februari 2012   10:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:32 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13294765101317883044

 

Ya, Jenglot memang di Pulau Jawa menjadi --- instrument pesugihan. Sedang roh Makuthang hanya efektif --- menggoda manusia, terutama para perempuan. Genrenya sejenis dengan Drakula.

Syahdan ketika Makuthang dengan akuarium plastik dipangku Pangeran Jagur menyeberangi Selat Sunda ---- Bakuheni – Merak; roh Makuthang menitikkan air mata.

Roh Makuthang emosional.

Ketika Pangeran Jagur ingin ke toilet --- akuarium diambil oper asistennya, Darjo.Dini hari itu selat sedikit menendang-nendang lambung feri --- langit pekat hitam bulan tua. Iseng tetangga sebelah kiri Darjo.

“Tokek pak ?”

“Sejenisnya”

“Coba lihat” , langsung saja berinitiatif mencilakkan pembungkus kain mori putih (tampak congor si Makuthang)

“Jenis apa itu ?”

“Makuthang dari pohon Gualang berumur ratusan tahun --- tidak bisa ditebang Logging”

“Makuthang ?”Ketika isterinya bertanya ---dilanjutkan pula, “Makuthang” --- bunyi itu bergema di alam mental sepasang suami isteri itu.

Sekembali Pangeran Jagur dari toilet, tetangga melanjutkan kepanasarannya --- “Makuthang mahkluk hidup mbah ?”

“Iya”, Pangeran Jagur menjulurkan kepalanya melintasi Darjo

“Bapak sudah tahu, sudah lihat ?”

“Ini mahkluk metafisis dari Sumatera --- akan dijual !”, mbah Pangeran menyuruh Darjo pindah tempat duduk --- mBah segera melihat potensi pasangan itu. Isterinya memakai cincin berlian, walau hanya sebentuk. Tidak menyolok.

“Bapak dari mana ?”

“Dari Riau, dari Simpang Buana”

“Usaha di bidang apa ?”

“Berkebun kelapa sawit kecil-kecilan pak --- hanya 10 hektar.

“Lho, 10 hektar kok kecil ?” Perbincangan kiranya cocok --- dari terdengar suara sampai berbisik-bisik.Sementara itu isteri orang Simpang Buana mengeja-eja bunyi :Maakuuthangng --- Makuthaaang. Ia tertidur menyandarkan kepalanya ke punggung suaminya.

“Ya, ya pesugihan --- yang sudah manggung bisa mencapai 10-20 miliar di Jakarta --- pejabat-pejabat banyak yang memiliki ………………… O anggota DPR pun mbah dengar ada yang memiliki --- ya Orang partai juga banyak memelihara Jenglot sekarang ini --- untuk kekayaan dan mempertahankan kedudukan ……………….. O ya dari partai itu, ya ……… ya mungkin pakai pertahanan dan pesugihan Jenglot “

Diskusi mereka mendalam pula sudah menyangkut nama-nama orang sukses.

“Enggak kuat dah, tanpa kekuatan metafisis dan parapsikologis”. (wadhuh ?)

“Sampai akhir Februari mbah di Cisolok, kemudian ke Srandil --- lantas kembali ke Alas Ketonggo sampai akhir tahun --- bulan Syaffar baru kembali ke Cisolok.

Tampaknya orang Simpang Buana itu ada minat berhubungan bisnis dengan mBah Pangeran Jagur

“Kalau memang bapak berminat Gendon atau satu lagi pesugihan yang lebih murah --- apa itu, Buntelan Trikutoe Mamba, semacam mayat yang sudah dikecilkan --------- yah hasil budaya Afro Creol Jamaika,ia berjalan melompat-lompat seperti Nini Towok ---- yah tergolong Zombi-lah”

“Mas kawinnya dibawah 5-lah --- Cuma seperti adatnya harus ada tumbal”

Penumpang bergeser siap-siap untuk turun --- feri telah sampai di Pelabuhan Merak.

Sekilas pasangan Simpang Buana itu telah mengerti garis besar tawaran pesugihan dan ritual Gendon atau pun Trikutoe Mamba --- sedang Jenglot Makuthang akan di-upgrade dulu dengan mengikuti ritual yang sangat seram di Karangantu Pelabuhan Ratu.

Dipilih malam Jumat di bulan mati --- walaupun pasang-laut tidak besar tetapi sepanjang hari siang malam gelombang Karangantu menggelegar menggedor-gedor hati sanubari manusia di sana,

mBah Pangeran Jagur berdua dengan Darjo --- ditemani anak perawan 14 tahun dan janda kembang dari Cikalong --- kain kafan dari kuburan Bojonggaling telah dihamparkan dengan dihimpit sejumlah batu karang. Deburan ombak menggoncangkan tempat ritual itu.

Pangeran Jagur membaca berulang-ulang lamat-lamat : “Kaki durgo, surupana dolanaku, yen ora kok-surupi, tak-tuturake Sang Hyang Wenang --- Bel-robel setan gundul dadiyo dolananku …………..”

Dua wanita yang menjadi medium itu telah menghayati “kawin batin dengan roh Makothang : sudah berkali-kali mereka memanggil ; Makothang --- Makothang --- Makothang --- Makothang. Mereka mengesot dan berguling-guling masing-masing dipegangi dalam pangkuan Pangeran Jagur dan Darjo

Pakaian mereka telah terburai di dalam kegelapan --- hanya keringat yang sewaktu-waktu diterpa kilat terlihat bentuk wanitanya.

Mbah Pangeran Jagur dan ketiga orang lainnya itu merapalkan : “Sun aturu lawan suksma, ingsun linggih lawan cahyane raja bahning, tekenku jungkat ratu kidul”

Di dalam gelap mereka terusmenerusmembisikkan “Cur mancur-mancur --- sungsum balung rasaning pangeran ……………dah dih duhdaah dih duh…………………………….”

Roh Makuthang telah di-upgrade --- ia tadi menempel di puser kedua wanita medium itu, berganti-ganti.

Deburan ombak dan gelombang Karangantu susul menyusul menggedor batu karang tempat ritual --- mBah Pangeran Jagur yakin Kanjeng Ratu turutmewisuda roh Makuthang ………………

Roh Makuthang yang telah berlayar meninggalkan Pulau Sumatera --- ia sudah dewasa, mengerti dan menghayati arti perkawinan bathin dengan makhluk “wadag kasar” --- Manusia.

[MWA] (Paranormal -29/6)

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun