[caption id="attachment_92708" align="aligncenter" width="300" caption="US Dollar, Euro, Ringgit, dan Mata Uang apa saja; Okay !"][/caption]
Gampang mengorganisir Organisasi Gelap di Indonesia --- yang paling massif dan produktif, adalah Mafia Hukum dan Mafia Pajak. Pemerintah mencoba meng-counter-nya, dibentuklah Satgas (?). Satuan Tugas. Efektifkah ? Tunggu Sejarah menjawabnya. Tahun 2009, kita banyak menulis tentang gejala --- organisasi gelap, bank gelap, spionase gelap, dan macam-macam korporasi gelap --- yang memanfaatkan uang hasil korupsi di Indonesia. Economic of Corruption. Waktu itu antara lain mereka memburu "uang hangat-hangat tahi ayam" --- Bail-out Bank Century. Kita telah melupakan kasus itu --- operasi korporasi gelap tetap berlanjut ---- karena productive dan profitable ! Arus itu adalah Mafia Pajak --- seperti Sungai Mahakam besarnya, lebih 30 Triliun Rupiah besarnya (?) Kok gampangan sih, Indonesia. Penegakan Hukum lemah, Aparat Hukum lemah --- Budaya Korupsi telah ber-Si Maharaja Lela. Caba, vonis Pengadilan bisa ringan --- di penjara bisa membeli atau menyewa fasilitas. Bahkan Eddy Tanzil cukup bermodal Rp. 300.000-an bisa melarikan diri. Indonesia tidak mampu menangkapnya kembali (?) Pada hal Eddy Tanzil adalah koruptor Triliunan Rupiah --- Jaringan gelap yang turut meninkmati hasil korupsi itu. Masih enak-enak di Indonesia --- mereka bermain golf ke-mana-mana dan bermain judi di mana saja. Proses Hukum di Indonesia bisa macet oleh karena --- barang bukti dihilangkan atau saksi "di-misssing-link-kan" , bisa pula dibuatkan "jaringan Saksi" Zombie. Ada tetapi tidak pernah ada. Bagaimana menghadirkannya ? Apalagi kalau Saksinya dibuat Gila. Gila-gila-an. Di Indonesiakah itu ? Ya. Karikatur ini bisa ditonton di Film India --- di sana selalu difilmkan, diskenariokan " Kelakuan Polisi" ala Indonesia. Pengadilan ala India --- skenario film India itu sepertinya mirip realitas di Indonesia. Tontonlah gambarannya. Pintar ya Industrialis Film India. Ekspor manusia Indonesia bisa --- Indonesia Bisa ! Tiga macam cara :
- melalui penjualan tenaga kerja legal
- melalui penjualan tenaga kerja illegal
- melalui trafficking (super pidana); anak-anak, para perawan, dan wanita-wanita muda yang akan menjadi hiburan di wisma atau bordil, dan rumah-rumah-murah-meriah.
Impor Narkotika gelap dengan modus operandi --- gampangan dan mudah-mudahan (tontonlah berita di TV dan media cetak) :
- kurir antar negara (orang Iran, orang Thai, orang Cina, Orang Malaysia --- macam-macam ala Turis). Aneh-nya modus operandi gampangan; paspor dan orangnya dari negeri-negeri yang sama. Bodoh itu Sindikat ? Enggak, Indonesia yang Gampangan dikibuli.
- jaringan pengedar dan konsumen di Indonesia cukup banyak (mungkin Sistem dan Prosedur pemberantasannya yang mudah ditebak). Indonesia pasar gelap narkotika yang potensial. Daya Beli konsumennya Okay
- Kalau penyelundupan barang impor tetap berkembang --- apa payahnya menyelundupkan Narkotika. Karena apa ?  Jaringan Logistics Indonesia tidak tertata, amburadul, dibuat amburadul --- agar penyelundupan jalan terus.
- Ada Jaringan Internasional --- dari Afrika sampai Lembaga Pemasyarakatan (seperti dari Ghetto dan Special Enclave)Â sampai Apartemen-Apartemen. Menurut berita menjadi Channel of distribution. Kok bisa ya ?
Ini dia gejala baru dan potensi baru. Lalu lintas Imigran Gelap. Kok bisa ?  Indonesia Gampangan Arus Imigran Gelap dari seluruh dunia (terutama Wilayah Konflik dari Timur Tengah) --- masuk jalur Nusantara menuju Surga di Selatan, Benua Australia. Lho ? Kok Laris ?  "kan Benua Australia dan Pemerintah Australia  sangat keras membatasi imigran ke wilayah itu. Namanya juga --- Indonesia Gampang ! Jaringan Gelap Internasional. *)Foto ex Internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H