Bagaimana Meiji Restorasi di Jepang menuju fukoku-kyohei --- Negeri yang kaya dengan Pertahanan yang kuat ? Begitu pula,dalam pola Indonesia dengan azas Ideologi Pancasila. Indonesia memerlukan Restorasi. Ekonomi Jerman yang hancur lebur setelah Perang I, para cendikiawannya mencari perumusan jalan keluar --- sayangnya jalan keluar itu dimenangkan perumusan kelompok Adof Hitler, yang adagium politiknya berakhir pada kalimat : "Kita harus membunuhnya secara radikal". Tetapi ideologi mereka juga bertumpu pada : Negeri yang kaya dengan Pertahanan yang kuat. Dan itu juga yang dirumuskan oleh Pemimpin-peminpin Jerman, setelah Jerman dilumpuhkan dalam Perang Dunia II --- mereka bangkit kembali menjadi Kekuatan yang unggul melebihi Inggris dan Perancis --- yang mengalahkan mereka dalam PD II.. Mengapa mereka bisa bangkit dan unggul ? Mengapa mereka bisa menemukan paradigma dalam situasi 'perubahan' ? Situasi yang menguntungkan diperoleh Indonesia selama Pendudukan Jepang di Indonesia --- kecerdasan para Pemimpin Indonesia, hasil pendidikan Belanda plus paradigma Islamisme dan Nasionalisme --- dapat membaca situasi --- itulah saatnya Indonesia harus merdeka, di "masa abu-abu kekuasaan" antara kekalahan Jepang dengan kesempatan konsolidasi para Kolonialis dan Imperialis (setelah Sekutu memenangkan Perang Dunia II dan Perang Pasifik). Untuk selamanya Indonesia harus menghormati Pendiri Republik ini --- para pemimpin dengan leadership yang matang : Tan Malaka, Bung Hatta, Bung Karno, Adam Malik, Sukarni, Subardjo, Chairul Saleh , dan ratusan mereka yang berjiwa pemimpin dari yang tua dalam perjuangan sampai ke anak-anak muda di seluruh Tanah Air. Setelah Merdeka menghadapi proses sejarah --- Perang Kemerdekaan, memasuki masa liberalisme, memasuki federalisme, kembali ke Unitarisme --- menerapkan Undang-undang Dasar 1945 dengan azas Pancasila --- Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin, sebagai sintesa pengaruh Geopolitik --- Perang Dingin Blok Barat dengan Blok Timur. Melanjutkan Revolusi yang belum Selesai !. Indonesia memasuki Era Orde Baru --- mengkoreksi Orde Lama.  Indonesia membangun perekonomian dengan azas Pancasila --- penerapan Undang-undang Dasar 1945 dan Ideologi Pancasila.  Dalam praktek Demokrasi Pancasila dan Ekonomi Pembangunan --- Ekonomi dengan Perencanaan. Ada hasil pembangunan --- Ketahanan Ekonomi dan Ideologi tidak cukup handal menghadapi Krisis Moneter Asia 1997, yang dimulai dari Thailand. Segera Struktur Kekuatan Orde Baru yang dibangun Pak Harto, tidak cukup tangguh untuk menghadapi Kekuatan Neo Imperialisme, Neo Kolonialisme dan Neo Liberalisme. Indonesia karam ! Mengapa ? Karena Paradigma yang secara sistematis menina-bobokan --- adanya arus balik, Budaya Korupsi yang Retrogresif, segera melahirkan : Kebijakan yang memasukkan Indonesia dalam perangkap :
- Diktatorship IMF menjerat Indonesia dengan Hutang dan Kebijakan sistemik --- Indonesia ruwet dalam Krisis Multi-dimensi. Karam.
- Derivatif krisis melahirkan Manipulasi koruptif --- secara angka Indonesia terjerat Kerugian Rp. 600 triliun dengan bunganya yang mencekik APBN sampai beberapa generasi ?
- Melahirkan situasi "menguntungkan" --- lahirnya Amanat Reformasi 1998.  Kurun waktu sampai 2011 demokratisasi tidak tuntas memberikan Paradigma Reformasi. Korupsi tetap merajalela !
Kalaulah para "Pemimpin yang Benar" tidak segera merumuskan Jalan Kebenaran dalam bentuk Paradigma menuju Indonesia : Kaya secara Ekonomi serta Kuat secara Pertahanan dan Ketahanan. Maka Indonesia akan mengalami Krisis Multi-dimensi kembali --- bisa berasal dari Dalam Negeri atau pun dari Luar Negeri. Karena sebenarnya Indonesia lemah dalam IPOLEKSOSBUD HANKAM ! Teringat pada interview Romo Yusuf Biliarta Mangunwijaya Pr pada Februari 1999 (10 hari sebelum beliau wafat) ---Indonesia membutuhkan Revolusi, revolusi tidak selamanya berarti pertumpahan darah !" "Sudah dari awal, reformasi ini keliru. Titik kelirunya itu .....................Kekeliruan menelorkan kesalahan, kesalahan, kesalahan..........." Ditanyakan : "Berarti harus ada perubahan yang sangat revolusioner ?" "Ya, memang. Kalau nggak suka istilah revolusioner ya transformasi. Atau reformasi total. " "Termasuk kaum intelektual ?" "Apa yang disebut intelektual itu mesti cerdas ? mana buktinya. Cerdas atau tidak cerdas itu soal bukti. Bukan semata ijazah, bukan. Ya, itu yang menyeluruh. Wong masih sulit kerja, ya obati dulu biar sembuh dulu.....................Apa revolusi '45 itu bukan proses ? Ya, prosesnya seperti tahun '45 itu. Kalau kita menghadapi kanker yang namanya Hindia-Belanda, kanker yang namanya Jepang, lalu harus ada proses. Lha, nyatanya generasi tahun1920-an dan 1930-an kok bisa membuat proses sampai Indonesia merdeka. Tanpa Belanda tanpa Jepang sedikitpun, kok bisa. Itu kan karena kecerdasan, toh ?" Menurut Romo Mangun, Revolusi tidak harus bunuh-bunuhan --- Revolusi 17 Agustus 1945 adalah Revolusi secara damai --- pertumpahan darah itu, karena Kolonialis Belanda datang kembali untuk menjajah --- terjadilah Perang Kemerdekaan ! "Adakah pemimpin cerdas sekarang ? "Ya ada, tapi kebanyakan masih kurang cerdas. Cerdas, tapi kurang, belum bisa menganalisis situasi sebenarnya.............................." Romo Mangun adalah salah satu Cendikiawan yang di awal Reformasi --- menginginkan Pemilu untuk memilih Dewan Konstituante, agar diperoleh Konstitusi yang visioner menatap Abad XXI. Kini Indonesia telah berada di dekade ke-2 Abad XXI --- Indonesia masih compang-camping dalam kemelut Budaya Korupsi. Indonesia membutuhkan pemimpin yang cerdas merombak paradigma : Menuju Indonesia Negeri Kaya dan Kuat ! Mampukah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mempelopori di sisa masa jabatan-nya hingga 2014 ?
[caption id="attachment_114133" align="aligncenter" width="300" caption="Dari Tan Malaka --- ke Bung Karno, Lantas ke Pak Harto --- Saat ini Indonesia membutuhkan Kaliber Pemimpin melebihi Mereka."][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H