Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ibu Aung San Suu Kyi [2010 Puisi – 07]

14 November 2010   08:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:37 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1289721218771467387

 

Ibu Aung San Suu Kyi  

Keras sebagai demokrat

Teguh sebagai demokrat

Apalah arti bayonet yang menunjang kekuasaan ---

bila ada perempuan lembut seperti Dewi Nagagini

Demokrasi adalah buah dari rahim-nya di bawah tanah

Demokrasi adalah Harya Antareja --- yang merajalela dalam kancah kerakyatan

Ibuku,

Aung San Suu Kyi

Engkau adalah Lotus bagi kaum Oposisi

Engkau adalah Melati Yasmin yang semerbak

 

Adalah Rangoon, adalah Mandalay, adalah Pakkoku disiram dengan darah para biksu

Sejarah negeri-mu tidak pernah berhenti --- berdenyut dalam arus sungai Irrawady

Sungai Chindwin juga bermuara di Delta Irrawady --- alangkah beraninya ibuku di dalam kungkungan

Tetapi engkau adalah si Gandaputri, semerbak

semerbak amber

semerbak embun pagi

semerbak rerumputan di senja hari

demonstrasi ada

senjata ada, letusan ada, barisan pemuda, barisan rakyat, barisan para biarawan dalam jubah yang suci

Ibu

Buat apa demokrasi itu ibu ?

--- apakah Burma

apakah Myanmar

apakah Ranggoon atau pun Yanggoon ?

Engkau memapah para kawula yang goyah terpapa --- kawula yang nyaris jatuh di dalam barisannya.

Ibu.

 

Ibu wajahmu seperti Dewi Sri --- memancarkan kasih sayang bagi negeri yang memilih jalan sendiri

Apakah ibu mengerti --- atau sekedar memberi kasihmu bagi negerimu, suatu alternatif.

Ada danau di sisi rumahmu --- kau lihatkah matahari memantulkan cahayanya di pinggir perigi

Ibu

Wajahmu seperti Dewi Sri

Ibu aku melihat wajah penuh kasih pada replika  Dewi Kwan Im

Ma Kwan Im di gejolak Laut Cina Selatan

Apakah kau sadari wajahmu terpantul jelas di Teluk Moattama

Arus tsunami Aceh di tahun 2004, memukul pantaimu --- kami jadi terkenal, tetapi

Kau Ibu --- lebih besar dari lidah Ombak besar menjangkau Afrika.

 

Ibu, wajahmu seperti kemilau para bidadari, para dewi-dewi

Bendera , umbul-umbul dan panji-panji --- berkibar di pagoda-pagoda di seantero negeri

Seperti juga bebatuan safir, ruby dan yade --- di matamu harapan itu membinar

Ibu,

Kelembutan yang tegar

Ketegaran seperti gunung-gunung batu di Utara negeri

Ibu, adalah Pagoda

Ibu adalah Tenaga

Ibu adalah manusia dengan rasa Kemanusiaan, dan ibu adalah percintaan antara  para kawula

Ibu adalah kawula

Ibu adalah pohon

Kalau pohon, ibu adalah pohon Tualang --- dialek bangsamu, katanya pohon Gualang !

 

                                                                        (MWA-2010)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun