Menonton breaking News sampai jam 01.30 dini hari--- Melongo, kecewa, cemas, entah apalagi yang dirasakan rakyat yang menonton --- pagi mendengar pendapat rakyat, macam-macam pula --- ada tergolong, rakyat yang melongo, ada suara rakyat cemas, ada pula suara rakyat yang merasa permainan politik partai politik dan penguasa Indonesia ini, tergolong pertempuran.
Pertempuran yang belum selesai --- selesai kalau sudah terjadi Peperangan.
Memang Perang terdiri dari Pertempuran-Pertempuran --- setelah pertempuran Panitia Hak Angket Bail-Out Bank Century, adem pauze.
Pertempuran belum menghasilkan kemenangan bagi pihak manapun. Begitu teorinya.
Dalam suasana Imlek,sebaiknya kita dengar pendapat Moa Tse Tung atau ada juga dengan ejaan Mao Tze Dong, katanya :
"Politik adalah sebuah pertempuran tanpa pertumpahan darah, sedangkan pertempuran merupakan politik yang bergelimang darah. "
(Mao Tse Tung, 26-12-1893/1976)
Yang kita tonton selama ini apa? Itu tontonan politik, di panggung politik untuk penyelesaian Politik, dari kasus kebijakan Pemerintah yang telah jelas kini harus ada konsekwensi politis-nya. Secara konstitusional ada banyak sekali Undang-undang, Peraturan dan Ketentuan yang dilanggar. Siapa pelakunya. Diucapkan ataupun tidak, Rakyat sudah tahu.
Apa selanjutnya ?
Ini Politik, belum tahu --- tergantung pertempuran berikutnya.
Mungkinkah pertempuran berikutnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) -- ada yang menyebutnya Parlemen. DPR melaksanakan haknya sebagaimana Undang-undang Dasar 1945 Amendemen, pasal 20 A ?
Mereka itu dipilih mewakili kepentingan rakyat, mereka tidak boleh lebih setia kepada Partai. Partai itu hanya wadah mereka sebagai kelompok manggung. Pentas setiap mereka adalah Republik Indonesia --- Res publika. Untuk kepentingan Publik.
Demi kepentingan aspirasi Rakyat, sekarang Rakyat menginginkan "Yang melakukan kebijakan yang merugikan Negara" harus dihukum.
Itu logikanya Rakyat !
Tetapi mungkin mereka tidak mau melaksanakan Hak DPRÂ yang lain dengan segera (karena ada di antara mereka melakukan taktik "jangan kalah TKO --- ulur-ulur waktu sampai final round.")Â Â Supaya tergolong pahlawan., kalau mati kelak. Oh !
Oh, Negeri Mpu Gandring riwayatmu ini, le.
Agar semua pihak yang akan bertempur tahu saja --- rakyat mengerti bahwa masih ada secara politis , hak para anggota Parlemen untuk menuntaskan kasus Bank Century ini.
Running Text menulis............" Abu Rizal Bakrie, Ketua Umum Golkar mengatakan :Â Golkar akan membawa Hasil Panitia Hak Angket Bank Century ke Mahkamah Konstitusi....."
Wah, ini berarti Partai Golkar telah menyiapkan pelaksanaan Pasal 7A dan Pasal 7B --- Undang-Undang Dasar 1945 Amendemen.
Semuanya, Ke-sembilan Fraksi di DPR paham dan mengerti isi Konstitusi itu, silahkan dilaksanakan.
Karena Rakyat pun juga tahu dan mengerti Konstitusi --- Rakyat ingin cepat selesai, agar mereka memperoleh Ketentraman dan Kebahagiaan.
Nikmat Sejahtera dan Sentosa masih jauhlah dari harapan.
Rakyat hanya ingin menonton kemajuan fisik dan rohani yang dihidangkan oleh seluruh Media Pers, setiap saat.  Secara Budaya membangun : Bangunlah Jiwanya --- Bangunlah Badannya, Untuk Indonesia Raya.
Jangan ada lagi berita kerusuhan yang ricuh, jangan ada lagi berita Pedagang Kaki Lima diporak porandakan, jangan ada lagi berita Kelaparan, jangan ada lagi Pengangguran meningkat, jangan ada lagi Korupsi  ala BLBI, dan jangan ada lagi Korupsi dan Perampokan ala Bank Century. Dan jangan ada lagi berita KKN dan yang negatif-negatif lainnya.
Rakyat membutuhkan berita dan realitas yang riil. Laksanakan Reformasi di semua bidang, segera !
Ini  cuplikan berita budaya "............Kami bersumpah. Sebelum perdamaian tercapai antara Sparta dan Athena, kami tak akan berbuat anu dengan lelaki. Kalau dipaksa untuk anu, kami akan dingin seperti batu. ....Apabila kami melanggar sumpah ini, kami rela dihukum seberat-beratnya. ...........
Perempuan-perempuan Athena dan Sparta itu bersumpah untuk menghentikan perang yang berkecamuk di antara keduanya.............."
(Lakon Lysistrata oleh Bengkel Teater, disutradarai W.S. Rendra, Jakarta 23-3-1991. Buku, Rendra, Ia tak Pernah Pergi, Kompas, 2009)
Agar kita jangan kecewa, ini kata-kata mutiara yang juga berbau politik --- sekedar mencerahkan nalar kita :
"Politik selalu sama bagi saya, ia hanya berkonsentrasi untuk ke kiri atau ke kanan, tapi tidak pernah untuk menjadi baik atau buruk. Tidak hanya hari ini, tapi sudah berjalan selama bertahun-tahun dan akan terus begitu. "
[Richard Armou, Penyair Amerika, 1906-1989]
Apa memang begitu --- di Indonesia tidak begitu, Anggota DPR harus berani mengatakan : yang baik memanglah baik, yang buruk harus dinyatakan "disingkirkan".
Seperti ajaran Nenek Moyang : menampi beras untuk membuang kotoran !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H