Saat berbuka puasa di senja hari --- anak-anak Indonesia kini sering mengucapkan doa “Buka Puasa” bersama si Upin dan Ipin. Anak-anakIndonesia menantikan saat-saat indah itu. Walau pun mereka rata-rata puasa setengah hari. Alangkah indahnya.
Sudah setahun lebih barang kali anak-anak Indonesia menjadi sahabat-sahabat Upin dan Ipin serta kawan-kawannya --- anak-anak Indonesia sangat mengenal karakter mereka. Bahkan selain Upin dan Ipin, si tokoh utama --- anak-anak Indonesia itu pun bisa akrab meng-idolakan Mei-mei, Mail, Ijat, Darjit, Ihsan dan lain-lain.
Di beberapa TV nasional menayangkan film animasi Malaysia. Episode Upin dan Ipin mengajarkan pluralisme, adab dan sopan santun, ide-ide kreatif di sekolah, di masyarakat, dan ke-arifan lokal. Anak-anakIndonesia kini sangat mengenal Malaysia, Negara tetangga mereka. Anak-anakIndonesia merasa kedekatan agama dan budaya mereka dengan Malaysia. Mereka mengenal tokoh-tokoh dan karakter dalam keluarga dan masyarakat. Ada atuk , ada nenek, opa , ada pula kak Ros, serta adat rasam bertetangga.
Dan tokoh guru yang memberi bimbingan dengan bijaksana, serta mengajarkan cara berfikir yang kreatif bagi murid-muridnya. Anak-anak Indonesia meriah menyayangi Cik Gu yang setiap hari ditunggu-tunggu mereka (di depan TV di rumah).
Yang istimewa kini --- anak-anak Indonesia bisa mengerti dan menyadari bahwa bahasa dan dialek melayu Malaysia --- tidaklah jauh berbeda dengan mereka. Kita bisa mendengar anak-anak Indonesia dengan ceria bermain dengan bahasa Indonesia atau Melayu dengan dialek melayu. Alangkah cerianya anak-anak ‘tu pak cik.
Sekarang di Indonesia ; di pasar , di toko, dan di Mall adalah umum melihat barang-barang dagangan dengan karakter si Upin dan si Ipin. Tas sekolah, jas hujan, buku tulis, topi, pakaian Muslim – Jilbab – topi – kopiah, dan buku-buku cerita anak-anak atau buku pelajaran membaca berhitung --- semuanya penuh dengan nuansa kisah ceria si Upin an si Ipin.
Di pusat-pusat kerajinan, pusat konveksi dan garmen, di sentra pergerakan ekonomi kerakyatan Indonesia --- daya dorong budaya Upin dan Ipin --- menggerakkan budaya ekonomi. Berapa milyar rupiah budaya Upin dan Ipin kini melanda kegairahan kreatifitas anak bangsa. Bagaimanakah arti Ekonomi Kerakyatan itu dalam khazanah ranah Hukum di bidang Intelectual Right ?
Yang pasti itulah kohesi Budaya Serumpun Melayu. Anak-anakIndonesia dengan saudaranya dari Malaysia. Ahoy bijak kali Ncik ‘ni ah !
Pepatah Indonesia mengatakan : “Berbilang dari Esa, mengaji dari alif” ---Setiap pekerjaan dilakukan hendaklah beralur pada Aturan dan Sejarah --- jangan sembarangan langsung dikacau di tengah-tengah.
An nescis, mi fili, quantilla prudential regatur orbis ?
Tidakkah engkau tahu, wahai anak-ku, betapa sedikitnya kebijaksanaan yang memerintah dunia ini ?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI