Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Features (26) Memori sampai Budaya yang memang diperlukan

1 Agustus 2010   01:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:24 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kalau tidak ada cacat bawaan --- manusia memiliki perkembangan yang menakjubkan pada daya ingatnya --- atau memorinya. Yang tidak kalah menakjubkan lagi adalah kemampuan otak untuk menarik memori itu --- dengan secepat kilat. Yang dibutuhkan hanya pemicunya.  Semua anugrah Tuhan itu hampir-hampir, terkadang tidak kita sadari. Bahkan kini manusia menciptakan Metode untuk mengefisiensikan memori.

 

Terkadang kita hanya menyadarinya, dalam proses pendidikan formal --- hanya mendayagunakan daya menghafal. Pada hal begitu banyak informasi yang dikumpulkan memori --- menderu susul menyusul.  Metode pendayagunaan memori pun kembali dialami anak cucu dengan cara yang sama --- Lantas orang sering mengukur kemampuan memori seseorang dari daya ingatnya, sewaktu sesuatu informasi diperlukan.

 

Masa pendidikan yang begitu panjang, dalam kehidupan se-hari-hari hampir-hampir tidak pernah kita terganggu untuk mengunakan memori kita --- bahkan banyak kemampuan kita telah diambil alih oleh otak --- tanpa perlu kesadaran kita. Katakanlah kemampuan kita berbicara --- sangat menakjubkan !

 

Dalam bekerja, dan melaksanakan tugas --- yang secara spesifik di butuhkan kesadaran --- juga otak dengan mudah mengendalikan penarikan memori untuk dipergunakan --- bahkan begitu cepatnya tanpa pengendalian kesadaran kita pun, otak dapat menyediakan informasi dan segera berinteraksi apabila “diperlukan bersikap demikian”. Sadarkah anda ?

 

Jadi lingkungan hidup kita --- disensor oleh kesadaran, oleh pancaindra, oleh bawah sadar --- dan otak pada waktu kita terjaga atau pun tertidur. Wah. Menakjubkan.

Juga hasil Budaya pun juga menjamin hidup sosial manusia kita --- dalam menghadapi Ancaman, Tantangan, Halangan  dan Gangguan --- dari dalam maupun dari luar lingkungan.

 

Sangat kecewa apabila suatu saat kita --- bekerja, tidak bisa menemukan rumus penyelesaian, tidak mengingat di lembar mana itu tercatat, di kategori mana itu di file, siapa yang sebenarnya bertanggung jawab ---  di tingkat umur tertentu, di sistem kerja tertentu, di suasana tertentu, dan mungkin dalam tingkat krisis tertentu --- manusia membutuhkan bench-mark tertentu --- yang dinamakan kecerdasan.  Tidak lagi hanya mengandalkan memorinya.  Diri pribadi, masyarakat, dan Bangsa memerlukan Kecerdasan.  Kecerdasan Mikro maupun Makro.

 

Memori adalah bagian dari pada kemampuan fisik manusia ---  Kecerdasan adalah bagian lain dari kemampuan Budaya manusia --- manusia memerlukan metode, memerlukan sistem, memerlukan pengetahuan, memerlukan ilmu, memerlukan proses pembudayaan, memerlukan strategi kebudayaan --- karena manusia hidup dalam hiruk pikuk kebudayaannya --- manusia hidup dalam unit-unit masyarakatnya, menerapkan berbagai norma dan sanksi. Dua hal yang terakhir ini adalah daya Abstraksi Nilai dan Spiritualitas Manusia.

 

O- kalau ada norma memerlukan sanksi-kah? Kalau ada Masyarakat , Bangsa  atau Negara --- mempunyai Norma tetapi tidak bisa menjalankan Sanksinya. Itu Bangsa dalam krisis --- krisis hukum, krisis Rasa  Keadilan, krisis politik karena tidak bisa melaksanakan sistem, krisis dalam paradigma, krisis dalam filosofi, ya-krisis dalam Kebudayaan-nya. Dalam banyak fakta sejarah jangankan Kebudayaan ………Peradaban pun bisa tenggelam terkubur.

Bangsa itu bisa menghilang ……mungkin tidak, tetapi kebangsaannya pasti menghilang ………..kejadian itu kebalikan dari proses Nasionalisme yang dibangun ( 20 Mei 1908) dan “diwujudkan” dalam proses Revolusi dan Proklamasi 17 Agustus 1945.

 

Memori anak bangsa ini bisa copot dan tergerus, Kesadaran Nasional bisa menghilang ditiup evolusi informasi yang menderu memasuki Alam Bawah Sadarnya, Kebudayaan pun bisa berubah tanpa strategi, maka bisa tenggelam dalam proses akulturisasi dan tertelan dalam Peradaban lain.  Yang menghilangkan Jati diri Bangsa, menghapuskan semua apa yang dinamakan Way of Life Bangsa Indonesia……….

 

Kepulauan Nusantara tidak hilang dengan Proklamasi, Kebudayaan Nusantara tidak lenyap dengan Proklamasi Kemerdekaan --- Identitas Kepribadian Nusantara tetap menjadi Kepribadian Bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masih sadarkah anda sebagai Warga Negara Indonesia ?

 

Bisakah anda mem-visikan dalam mentalmu bagaimana Indonesia di tahun 2025 ?  Apakah ada Kesadaran Nasional anda, percaya bahwa Bangsa ini mempunyai Daya “Kalis sambi Kolo” *, Daya Berkembang dengan Kebudayaan-nya yang progresif, dan satu lagi --- mampukah Bangsa ini Mengelola “Perubahan” yang setiap saat menderu di permukaan Budaya-nya --- Kebudayaan Indonesia harus seperti atmosfer yang menamengi hantaman asteroid, meteorit bahkan pecahan planet yang menderu ke arah Bumi………

 

Memori, Kesadaran, Budaya --- dan Metode, Sistem, Teknologi serta segalanya yang diperlukan Bangsa ini untuk Survive, Growth, dan mengelola Changes. Bersiaplah !  Persiapkanlah ! Oleh Siapa ?

 

* Daya Survival dalam Krisis.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun