Biasa di siang hari begini Kaisar Hippo IV berendam di kedung badak di pengkolan anak Sungai Nile. Memang ada juga di hamparan lumpur di muara anak sungai itu, sebelum bergabung dengan "main stream"--- memasuki Sungai Nile---tempat santai para buaya. Kaisar Hippo IV merasakan segar arus sungai itu mengelus kulitnya yang tebal. Ia mangap se-lebar-lebarnya, taring tajamnya bersegi berkilat kuning ke-emasan. Ia kaisar yang bahagia, kawula dan penduduk, serta pelintas batas semua menghormatinya. Matahari baru saja menanjak.
Sekonyong-konyong Kaisar mendengar dentingan dari arah kota ---makin lama makin seru sekeliling jagad. Kota dan desa semuanya berdenting dan sahut menyahut. Kalau mula-mula ada terputusnya, kini tiada terputus. Cuma berirama memekak-kan telinga. Meraung-raung melebihi aum singa. Ia menyelam masih mendengar di getaran air , ia berenang ke arus yang lebih dalam, masih ada bunyi itu. Ia berenang ke tepian---mengaum sekeras-kerasnya. Di pinggir sungai sudah ramai para binatang kawula. Celingak-celinguk heran-heran bengong. Kaisar mengaum lagi seperti tarzan. Kali ini iramanya Houung Hi yooouuuuu !
Pangeran Jackal---adalah Kepala Dinas Rahasia yang baru. Terpercaya karena menguasai ilmu rekayasa dalam berbagai kasus. Hal mana memungkinkan ia peka terhadap ancaman -. Early warning ! ia langsung ke pinggir sungai di mana Kaisar Hippo IV sudah menunggu.
"Suara apa itu ribut banget---mengganggu ‘ngerti !"..........................."Sampai ke dalam air pun terdengar "
"Info belum masuk bos. "
"Kenapa tidak di antisipasi ? "
"Sebelum tertulis---ini perkiraan sementara bos. Kasta hina dina Haena biasalah kelaparan. Kurang rampokan "
"Selesaikan---beri gambaran detail !" kata Kaisar
"Lanjutkan !" hormat Pangeran Jackal. Belum sempat ia beranjak. Sekarang dentingan malah ditingkah Auum---Auum ngunguungung.
" He-Gila ini, apa lagi " gerutu Kaisar. Jackal hotline ke Srigala Gurun, yang bergelar "Pelacak Tulen".
"Apalagi ceritanya ?"