[caption id="attachment_138347" align="aligncenter" width="400" caption="Kereta Api Indonesia adalah Barang Rongsokan --- karena Para Pemimpin Indonesia pun Kelas Rongsokan --- Segera singkirkan Barang Rongsokan dan Budaya Rongsokan, agar Bangsa Ini bangkit seperti Berlian Berkilauan."][/caption]
Pagi
Dua pohon trembesi
Yang barat sarang burung Tekukur dan macam-macam lainnya
Yang timur adalah sarang Burung Betet --- twet twet twet mereka terbang berdua- dua
Tadi
Di Comuter-line Bekasi –Kota, aku berdiri berayun-ayun seperti
anak-anak muda lelaki perempuan
Aku tidak malu --- mereka pun tidak malu, terkadang bertatap mata setelah lelap dalam desakan
Di Tokyo pun --- manusia semut keluar dari lorong dan tangga sub-way.
Di sini perempuan yang terkantuk-kantuk malam kemarin pulang jam 21.35
Pagi ini ia terlelap dalam buaian kasih yang tertekan, terdesak, terpinggirkan, karena
Hidupnya seperti burung --- mencari patukan ke tengah kota, malam numpang tidur di rumahnya
Pagi ini ia dan mereka semuanya adalah warga yang mengalami tekanan jiwa : tidak pasti
Maka mereka tidak acuh terhadap tenggang rasa --- hidup penuh tekanan tidak pasti
Yang pasti pergi dan kembali.
Burung Betet di halaman Klinik ibu : twet twet twet
Gigi yang sakit itu adalah teman setiaku --- ia telah enam puluh tahun menyertai hidupku
Kini ia akan meninggalkan tugasnya, untuk kembali ke alam fisika --- lebur kembali
Aku sayang, ibu --- ia teman sehidup sematiku
Lama ia bergulat dan bergumul menyokong kehidupan-ku yang penuh kegembiraan, kegairahan.
“Ia telah tidak mempunyai pasangan” --- katamu; (ia menjadi pengganggu dalam rongga mulutku)
“Pak, apakah ibu masih ada ?” --- masih ada kataku.(aku bangga ia masih ada, ibu --- isteri-ku)
Memang alam diciptakan-Nya --- berada dan kembali kepada-Nya
Kini graham itu akan kembali lebih dahulu --- ia mendahului jasad lain dan roh yang bersemayam.
Melewati pohon Trembesi dengan meriahnya kicau burung dan twet-twet-twet si Burung Betet.
Kembali melangkah, meniti jembatan penyeberangan. Membeli karcis tujuan pulang.
Aku tidak peduli gerbong ini afkiran Jepang.Memang bangsa ini adalah Bangsa yang miskin
Membeli barang loakan dengan harga penipuan pula --- syukur barangnya mulus
Tetapi tetap barang rongsokan untuk Rakyat Rongsokan.
Mungkin tahan mulusnya setahun ini setelah itu barang rombengan untuk orang pinggiran.
Di sana mulus, masih ada tulisan Kanji dengan kartoon :
Perempuan buncit ibu hamil
Orang ber-kursi roda yang ………(tidak bisa naik kalau di stasiun Indonesia)
Orang Jompo dengan tongkat bertubuh seperti toge……(di sini tidak ada, semuanya telah terkunci diperbaringan, karena miskin dan papa).Oh.
Indonesia membeli barang rongsokan --- karena ia memang Bangsa Miskin dan Berbudaya Rongsokan.
Di bangku rongsok di Stasiun Gambir --- besi vernikel itu telah rongsok dan rontok
Ada Monas
Ada Istana Merdeka --- masihkah kalian Merdeka ?
Di bangku vernikel reyot Stasiun Gambir, aku terkenang, seorang sahabat
Perempuan cantik
Yang Ibu
Seperti juga ibu-ibu yang lain --- budayanya, melayani dan membesarkan hati
Ibu
Ketika kau buka masker di wajahmu --- benar, benar-benar engkau cantik
Kapan pun engkau akan tetap cantik, karena hatimu cantik
Kapan pun engkau akan terlihat cantik, karena gigimu pun seluruhnya cantik.
Twet-Twet-Twet si Burung Betet (dengarkanlah dari Klinik-mu itu)
[MWA] ( 2010 Puisi – 17)
*)Foto ex Internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H