Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Batik, Aku Gila Motifnya

27 November 2011   23:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:07 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

[caption id="attachment_146161" align="aligncenter" width="495" caption="Lambang Kerajaan Yogyakarta --- ber-motif batik yang paling indah dan membanggakan."][/caption] ====================================================================================

Arab itu tinggi kurus --- wajahnya tipis, tetapi matanya teduh, ia datang berspeda. Dia tukang mengkreditkan batik. Nenek, ibu, dan makcik-makcik-ku langganannya. Arab itu dalam bayangan ke-kanak-kanakan-ku seperti tokoh kartoon. Karena wajahnya yang tipis dengan hidung mancung tajam.

Di SMA pelajaran Anthropologi Budaya adalah favorit --- ibu guruku, Hilda Nasution jadi kesayangan imajinasiku. Ia cantik tetapi agak gemuk. Dari dialah aku mengenal sejumlah motif batik. Yang mengesankan adalah motif Jlamprang.

Hebat sekali, setelah menonton Asian Games di Jakarta, mengembara di Pulau Jawa --- sangat menyenangkan terjun bebas ditengah-tengah perempuan-perempuan penjual batik di Pasar Ya’ik --- aku tidak mengerti mengapa aku begitu kuat terseret dalam arus memilih batik.Ngesot di meja jati yang telah begitu licin, rasanya seperti turis kaya raya.

Aku membelikan ibu dua potong batik biru dan hijau dengan prada emas.Aku bangga sekali memilih dan membeli batik untuk ibu. Umurku baru 18 tahun.

Bangga sekali dengan batik motif udang dan ikan, dengan ornament floral, warna kebiruan dengan dasar putih.Sungguh cantik batik Trusmi Cirebon itu.Batik untuk anak-gadis-ku.Dulu sewaktu ia SD tiap libur aku beri kesempatan belajar membatik di Trusmi.Karena akupun senang membatik --- dengan canting pemberian seorang sahabat. Anak Solo.

Mas Sutomo Kardono.

Gadis cilik-ku tammat insinyur dalam tujuh setengah semester --- ia bangga akan diwisudha memakai batik Trusmi bermotif Udang dan ikan floral itu.Kebayanya warna putih yang sangat fit dengannya. Bahkan belakang hari sewaktu ia menikah, pun ia memilih batik pilihan-ku itu.

Bertahun-tahun aku sedih dan merasa berdosa --- keluarga tercinta meninggal di usia muda, memang mereka tergolong keluarga rada miskin.Kulihat, penutup jenazah dengan batiknya yang ada robek sedikit --- batik bermotif truntum warna coklat. Penyesalanku bertahun-tahun, mengapa aku tidak bertindak cepat membelikan batik di toko terdekat.Paling-paling berharga Rp. 20.000 sampai Rp. 30.000, sudah baik dan pantas sekali untuk penutup jenazah.

Di hari tua kami sehat-sehat saja --- aku dipanggil ‘Akung’ dan isteri dipanggil ‘Uti’ --- itulah gelar, panggilan kebanggaan, di sekolah mereka, di tetangga --- dan di lingkungan keluarga.Kini aku menjadi kolektor batik, berbagai motif yang aku suka --- terutama dengan warna soga.Aku sangat kuatir kami mati tidak cukup batik untuk penutup jenazah --- lantas wasiatnya, batik itu dibagi-bagikan bagi pengantar.

Boom batik beberapa tahun belakangan ini.Aku bangga sebagai pecinta batik.

Aku dan isteri --- Akung dan Uti selalu saling berpandangan, tersenyum dan tertawa lebar --- stock batik kami, makin menipis, karena dimintai cucu --- untuk pakaian mereka pergi sekolah atau ke kantor di hari-hari tertentu. Bahkan event tertentu pun, tinggal minta !

Mereka tahu --- dan, tinggal minta dan ambil di lemari Utinya.

Aku sangat berbahagia memandang batik-ku dengan berbagai motif --- kini menjadi blouse dengan berbagai mode yang cantik, atau kemeja yang keren --- koleksi batik dengan pajangan yang sangat membanggakan.

[MWA] (2011 Cermin Haiku – 03)

*)Ilustrasi ex Internet.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun