Orang ribut berdebat di mana sebaiknya menggantung para Koruptor --- ramai Warung Kang Memet sambil nonton berita --- politikus dan elit lancarberbohong. Pada hal Rakyat sudah geram sampai di ubun-ubun.
Bang Anas Perkakas, lelaki asal Balapulang itu --- yang beken sebagai tukang bangunan, ia memulai kariernya membangun rumah-murahan ala rumah liliput di Rawabebek --- Orang-orang Betawi yang menggelari dia, Bang Anas Perkakas.
Bang Anas telah berpengalaman 30 tahun --- malah kini ia mampu membangun gedung bertingkat, ia kaya pengalaman turut membangun gedung jangkung di Jalan Thamrin sampai Kebayoran.
Rundingan di Rumah Makan Jawa Timur Tengah, di dekat Pintu Air Manggarai --- setelah kenyang makan Kebab plus nasi Bariyani --- Baru Anas Bos Nanas mengajak Bang Anas Perkakas duduk lesehan dekat air muncrat mini di pojok belakang.
“Begini Bang “
“Baik Bos”
Dijelaskan Bos Nanas bahwa ia sedang merancang bangunan rahasia --- tukang akan dibawa dari
daerah miskin dan sangar --- NTT,“Cukup30 tenaga kasar ?”
“Cukup bos”.Dijelaskan Bos Nanas biaya tidak terbatas. Dilanjutkan dengan coretan bangunan dimaksud.
Bang Anas Perkakas ketika dibawa ke lokasi --- di sana dibangun suatu rumah mirip istana hampir selesai.Dari bagian dapur mewah Bang Anas perkakas digambarkan bahwa lokasi tanah yang terletak di jalan belakang bangunan, berbentuk L terdiri dari 3 kavling.
Satu lokasi rumah tua, satu tanah kosong kebon pisang tetapi ada car port, dan satu lagi baru saja dijadikan Lapak Pengepool Barang Rongsokan.
Bang Anas Perkakas terpilih bukan karena bekennya --- tetapi rupanya ia juga gembong Preman di pasar-pasar dan kampung di Jakarta.
Tujuh bulan pekerjaan itu baru selesai --- truk hilir mudik mengangkut tanah galian, bertruk-trukbatu gunung, pasir , besi beton, semen, dan komplek di penuhi tukang jualan yang terorganisir.
Lokasi itu tidak nampak berubah, hanya rumah tua sudah berubah menjadi gedung sekretariat pemuda dan bantuan hukum --- tetapi kegiatan sepi-sepi saja --- di kebun pisang di car-port --- selalu ada parkir mobil jeep mutahir dan 2 motor gede.Kegiatan pemulung 4-5 orang rutin.Warung-warung terorganisir rapi. Pelanggannya orang-orang di seputar radius 1 kilo meter.
Sial tidak dapat ditolak --- kapal yang membawa pulang tukang ke NTT, tenggelam, enggak jelas penyebabnya apa menabrak karang, ataukah tabrakan --- penumpang semua mati, serpihan kapal berkeping-keping.
Bang Anas Perkakas mati mengenaskan dalam proyek pembangunan Kota Mandiri di perbatasan ---Anas Bos Nanas tersenyum dengan gayanya --- sudut bibir kiri rada menyot.
Proyeknya selesai --- bunker ala Saddam Hussien. Dari dapur istana mengikuti lorong ke kiri ke Markas Garda Berani mati --- lurus menaiki tangga ke Car-port, ke kanan naik tangga ke Pool Barang Rongsokan --- ada alat pengangkut roda 3 bermesin Ducatti. Untuk menuju ke Halim --- hanya kurang dari 3 kilometer.
Setelah berwudhuk Anas Bos Nanas masuk ke Mushalla-nya --- ia membaca Surah Waki’ah. Ia yakin Monas bisa diruntuhkan oleh gempa 7 SR, tetapi Bunker dan sistem penyelamatan diri ke Halim pasti lebih tangguh.
Ia takabbur.
[MWA] (Karikatur Sospol – 44)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H