Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bagaimana Jenderal Ali Moertopo membina Partai Demokrat; suatu latar & pesan Alternatif [PolhankamNet – 22]

22 Juli 2011   02:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:29 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13113020461270406213

[caption id="attachment_120819" align="alignleft" width="300" caption="RAKORNAS PARTAI DEMOKRAT harus menyelamatkan partai sebagai Infra Struktur Demokrasi, dan juga memberikan Tindakan pada Supra Struktur Pemerintahan --- tanyakan apa yang dapat diberikan kepada Negara, bukan sebaliknya."][/caption]

“Ali Moertopo, seorang intelijen militer memiliki peranan menonjol dalam perintisan dan konsolidasi Orde Baru. Dia telah membantu Jenderal Soeharto sejak Kodam Diponegoro sampai menjadi Aspri bidang politik. Ali Moertopo, seorang kepercayaan Pak Harto mampu menerjemahkan pikiran-pikiran atasannya. Di tengah lawan dan kawan politiknya, dia ternyata mampu mewarnai politik Orde Baru. “ (Majalah Prisma, edisi khusus 20 tahun) *

 

 

 

Letjen (Pur) Ali Moertopo meninggal dunia pada tanggal 15 Mei 1984, almarhum meninggal di kantor tempat ia bekerja, di Gedung Dewan Pers, akibat serangan jantung. Ia seorang yang Cerdas dan piawai dalam Sosial-Politik.

 

Prestasi gemilang beliau di bidang Sosial-Politik ingin kita proyeksikan pada Kemelut Partai Demokrat, yang telah merugikan secara sosial, politik dan ekonomi pada Bangsa ini --- penanganannya yang tidak cerdas, dapat meningkatkan eskalasi ancaman kepada IPOLEKSOSBUD HANKAM.

 

Secara imajiner dialog kita (yang mungkin dapat menjadi masukan bagi peserta Rakornas Partai Demokrat} :

 

“Pak Ali, di mana Kekuatan Partai Demokrat yang anda lihat”

 

“Modalnya hanya pada pencitraan Susilo Bambang Yudhoyono --- dia figur yang beruntung sejak masa pendidikannya, masa sebagai perwira remaja --- bahkan sampai dia bisa menjadi Menko pada Kabinet Presiden RI Megawati.  Ia selalu mendapat moment yang bagus dan menguntungkan “.

 

“Maksudnya Pak Ali, dalam moment yang kritis saat ini ?”

 

“Ia masuk dalam Kabinet setelah Indonesia mengalami krisis multi-dimensi --- Rakyat kehilangan pegangan dan tauladan, ketika Pak Harto  secara tragis harus menyerahkan Jabatan.  Indonesia memasuki pula krisis kepemimpinan.  Dari Presiden RI  B.J. Habibie --- memasuki Pemilu 1999, rivalitas calon Pimpinan Nasional --- tidak mampu dibaca oleh Pimpinan Golkar.  Kalau Golkar pada momen itu mendukung B.J. Habibie all out --- sejarah Indonesia tentu berbeda.  Terpilihnya Gus Dur, memang saya amati adalah “sasaran antara”  kegamangan suatu “ledakan politik yang masih dalam kungkungan krisis multi-dimensi.  Memang hanya itu yang bisa dicapai Kekuatan Reformis.  Gus Dur sebagai PresidenRI

 

“Selanjutnya Pak ?”

 

“Sejarah telah mencatat Gus Dur tidak bisa menyelesaikan periode kepemimpinan-nya --- PresidenRI  Megawati naik. Tokoh-tokoh Reformasi 1998 adalah Orang Sejarah pengusung Ide --- tindakan alternatif untuk mengatasi Krisis yang dihadapi Bangsa, mereka adalah Negarawan.  Kapasitas mereka bukanlah Idola Rakyat yang bisa melebihi Pak Harto.  Sejak Pak Harto lengser sampai kini pun Rakyat mendambakan Pimpinan Nasional itu adalah PresidenRI.  Mereka belum ketemu itu !” . Pak Ali memandang jauh ke depan, mungkin menganalisis beberapa calon potensial pengganti Pak Harto --- termasuk beliau sendiri, di masa itu.

 

“Lantas Orang potensial membaca, bahwa Pemilu 2004 dengan telah di-amendemennya Undang-undang Dasar 1945 sampai yang ke-4 kalinya, 2002 --- adalah momen untuk masuk.  Susilo Bambang Yudhoyono melepaskan jabatan Menkonya ……….itu memang  momen yang menguntungkan !”  Pak Ali kembali memandang jauh ke depan, ada rona wajahnya memantulkan --- bahwa Indonesia tidak dapat melakukan tindakan “sustainable atas apa yang telah dicapai Orde Baru”.

 

“Reaksi Taufik Kemas sebagai fungsionaris PDI Perjuangan,  dengan gemas mengatakan, tindakan Susilo sebagai “Jenderal ke-kanak-kanakan” --- cukup ramai polemik waktu itu.  Karena dengan Susilo menggunakan momen dan kesempatan baik itu --- turut serta dalam Pemilihan Presiden secara langsung.  Pupuslah kesempatan para tokoh Negarawan Penggerak Reformasi.  Apa lagi ia berpasangan dengan Jusuf Kalla yang juga Menko dalam Kabinet Mega…………..”

 

Kembali pada topik kekuatan Partai Demokrat  sebagai mesin politik Susilo, pak “.

 

“Momen periode 2004-2009 adalah pemulihan ambisi Rakyat untuk menemukan sosok pemimpin kerakyatan --- model Pak Harto dengan Kelompencaper Harmoko --- itu dikerjakan oleh Wapres Jusuf Kalla.  Periode 2004-2009 Rakyat berkenan seperti mendapat rehabilitasi mental.  Kesimpulan saya Jusuf Kalla mendapat predikat negarawan bagi Rakyat, Susilo mendapat pencitraan……….sejarah mencatat”

Pak Ali Moertopo kembali melihat jauh ke depan --- seperti ingin melihat Indonesia seutuhnya.

 

“Di sini kekeliruan sejarah Susilo Bambang Yudhoyono --- ia meninggalkan “The Winning Team”, ia memanfaatkan citra baik, momen baik itu untuk keuntungan ambisi jangka panjangnya. Ia mengambil pasangan pencalonannya adalah, Boediono sebagai Wapres.  Ia melupakan pesan Jenderal Besar Cina Sun Tzu --- ‘jangan menyingkirkan teman yang memenangkan peperangan’ …………………….”

 

“Lantas Partai Demokrat di-manage dengan “span of Control” yang longgar --- pembinaannya gagal total pada Kongres Bandung tahun lalu.

Di dalam, lahir faksi-faksi yang potensial membangun kultur kekuatan untuk merebut momen 2014 --- di sana tidak ada skrening terhadap rekruitmen --- politisi yang tidak standar, tidak sesuai dengan visi.  Lihatlah di Media Elektronik tingkah polah politisi yang menguasai struktur Partai Demokrat.  Mereka itu para Kutu Loncat dan Kepinding.  .  Habislah waktu dan kekuatan Partai Demokrat untuk menertibkan mereka……………..”

 

“Belitan Kasus Korupsi sejak awal Pemerintahan periode 2009 -2014 sampai kasus-kasus terbaru, hari ini --- tidak mungkin bisa dilepas begitu saja.  Kasus itu adalah fakta sejarah. Habislah sudah !”

 

“Apakah Rakornas tidak bisa menjadi instrumen atau momen perbaikan tubuh partai ?”

 

“Span of Control, kesenjangan dan kesinambungan sudah sukar untuk dikejar --- gap telah diisi oleh arus balik di dalam dan di luar partai.”

Pak Ali menggeleng-gelengkan kepala, seperti bergidik

 

“Pemerintahan 3 tahun ini bagaimana, Setgab bagaimana pak ?”

 

“Sekretariat Gabungan itu --- hanya menguntungkan Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera saja. Itu bukan sistem pengendalian, tetapi meja petaruhan yang selalu dimenangkan Partai Golkar dan PKS !”

 

“Tiga tahun ini bukan momennya lagi --- Game is Over.  MP3I --- apa itu MP3I ?  Please you bandingkan Tulisan saya ‘Dasar-dasar Pemikiran tentang Akselerasi Pembangunan 25 tahun ---yang menjadi Rencana Pembangunan Lima Tahun dalam Era Orde Baru, Repelita demi Repelita --- tiap Pelita dapat diukur antara rencana dan pencapaian, dan apa linkage selanjutnya………..”

 

“Pada Rakornas Partai Demokrat saya titip pesan saja, seperti pernah saya tulis dulu : ‘ untuk menyehatkan kehidupan politik perlu diadakan perubahan-perubahan struktur politik, baik yang berlaku dalam masyarakat yaitu infra struktur politik, maupun yang berlaku dalam pemerintahan yaitu supra struktur politik……………”

 

“Jadi Pak, yang harus dibenahi itu bukan saja, Partai Demokrat secara internal, kalau masih ada momen dan keberuntungan --- tetapi juga SetGab Koalisi, begitu pak ?”

 

Pak Ali Moertopo hanya tersenyum manis --- seperti terpantul kalau kita pandangi foto atau patung Torsonya --- masih memberikan inspirasi dan harapan. Dengan kaca mata hitam ala Intelijen yang khas. [MWA]

* Ali Moertopo & Dunia Intelijen Indonesia,  M. Aref Rahmat, Penerbit Narasi, Yogyakarta-2011.

*)Foto ex Internet

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun