[caption id="attachment_138385" align="aligncenter" width="332" caption="Bumi Gonjang-ganjing, Indonesia Gonjang-ganjing. Ayo Selamatkan Indonesia Raya !"][/caption]
Tiada Dewa seorang pun yang mengetahui perjanjian Arwah Kangsa dengan Batara Panyarikan --- Kangsa penasaran ingin tetap berkuasa di Mandura. Apabila tidak kesampaian karena terbunuh oleh Janaka, ia minta dicatatkan menjadi Pewaris Tahta Astina setelah Baratayuha. Apabila tidak pula dipekenankan berikan lowongan kapan pun untuk dapat menitis ke dunia kembali.
“Aiiih Kangsa --- putera Gorowongso dengan Dewi Maerah …………..ada kesempatan engkau menitis di diri manusia ambisius di Arcapada tahun 2011. Tentramkanlah arwah yang penasaran, carilah Togog Tejomantri di Pasanggarahan Bukit Hambalang”Wriet Blaszzzzzzzzz, arwah Kangsa yakin hakkul yakin Dewa Panyarikan telah mencatat nasib inkarnasinya di dalam Kitab Jitapsara.
Arwah Kangsa bilangan jutaan tahun menempel di Batuwoni yang tergantung di Timur Gunung Salak --- yang tetes menetes setetes menjadi mata air di sela batu bebatuan turun temurun menjadi hulu Sungai Cikeas.Arwah Kangsa terbangun oleh kokok ayam jago di pagi 29 Ruwah 1944 Ba.
Kangsa bangun telah lengkap dengan pakaian kebesarannya --- dodot praban.“He, manusia di Bumi Nuswantoro !He Jalma Nuswantoro, aku Kangsa putera Gorowongso akan menitis pada manusia yang besar yang bijak bestari, aku akan menitis pada manusia yang santun menyembunyikan rahasia Rat Jantra Rat………….aku akan menitis pada manusia siluman pembohong yang menjadi tauladan bagi para Bromocorah.He he Manungso, akulah Kongso Ratu Adil kalian --- telah tiba sebagai Satria Piningit.”
Arwah kangsa mengikuti aliran Sungai Cikeas, lantas mencolot ke atas JembatanTolSentulCity menuju Warung Jambu : “He manusia aku akan meneruskan kekuasaanku di Nusantara --- akulah Raja kalian sesuai dengan Catatan pada Kitab Jitapsara”
Dari sana Kangsa melompat ke atas bangunan Stadion Terpadu di Bukit Hambalang, ia berseru : “ He, manusia yang sial dangkal --- aku janjikan Negeri ini Adil dan Makmur, semua Korupsi akan aku tiadakan, semua pencuri aku sirnakan, semua pembohong aku wisuda menjadi pengikut Baladya Sabrangan Tunggul Alu-alu…………..”
Lantas ia hinggap di atas bentuk Yoni atap Gedung MPR, di mana ia disambut oleh TogogTejomantri: “Oweeeeeeeeeeee Kanjeng Pangeran Kongso putera Gorowongso --- selamat datang di Indonesia.Waspadalahtundalah arwahmu menitis di Bumi Sapta Pesona ini ………….kulihat Bambang Wisanggeni telah berada di kampus-kampus Seribu Ganesha.Tundalah, tundalah kanjengku…………..”
“Togog jangan gentar, aku membawa serta Patih Sabrangan, serta para Bromocorah Jayapinagas, Genthong Lodrong, Kolomarico, dan Wadyabala Sabrangan……………………Togog aku harus menitis saat ini Togog,Nusantara terancam hancur lebur berkeping-keping --- Rakyat tidak dapat dibodohi dan dibohongi Togog.Negeri ini tidak mempunyai Raja yang mempunyai Pulung.Akulah Pengemban Pulung Wahyu Cakraningrat “
“Tapi Pangeran --- baladewa Bambang Wisanggeni telah menghentak-hentak bumi”
“Ayolah kita saling berebut Tahta --- Kangsa tidak akan memberi lagi kesempatan kepada siapapun.Akulah pemilik Wahyu Pulung Makutojoyo”
Ketika Arwah Kongso mencolot ke puncak Monas, Togog hanya tercenung --- ia ingin sekali mencari Semar, Jiwa Kerakyatan yang pasti merindukan ketentraman, kemakmuran, persatuan dan kesatuan --- Togog tidak mampu meramal apa yang akan terjadi kalau Kongso berhasil menitis ke salah satu Pangeran Baragalba yang kini sedang memasang kuda-kuda untuk memulai lagi Baratayuda yang diikuti oleh Arwah Kongso Gorowongso
Begitu banyak kebohongan bagaimana cara untuk memilah antara Kepalsuan dan Kebenaran --- mari kita cari Kang Semar, Hati Nurani Bangsa !”
Tanyakan Semar, Hati Nurani Rakyat berpihak kepada Siapa ?
[MWA] (Wayang Kontemporer – 17)
*)Foto ex Internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H