Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Air dan Asap Dupa; Media Komunikasi dengan Alam Gaib? [Paranormal– 12]

23 April 2011   04:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:30 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1303529674419924708

[caption id="attachment_102606" align="alignleft" width="300" caption="Kemampuan Manusia ber-Imajinasi, bisa menghantarkan Kesadarannya hingga sampai Jauh, jauh, jauh...........nun di Sana. Budaya Manusia bisa ber-Wujud bisa pula In-tangible. Semua memperkaya kehidupan di Alam Fana ini."][/caption]

1.

Tahun 1966 seorang Lurah mengaku mengangkat anak, seorang mahasiswa yang bertugas di desa itu. Pak Lurah mengadakan ritual yang diikuti oleh beberapa perangkat desa.Desa itu bernama Kajeksan --- mereka melakukan perjalanan naik turun bukit, hari masih pagi. Tiba di suatu bukit yang rindang dikelilingi hamparan sawah. Indah sekali --- suasana hening, udara nyaman, pohon-pohon rindang, tinggi besar dan tua-tua.

Biasa di Jawa, perkuburan ditempatkan di bukit atau lingkungan bukit berbatu yang dinamakan “Lemah Angin” --- ternyata itu adalah komplek perkuburan nenek moyang, leluhur desa.Assalaualikum ya ahlil Kubur (kami pun akan menjadi penghuni di sini).

Terbaca pada nisan, epitaph --- mBah Gambid I – II, III, kemudian mBah Gandig I – II – dan seterusnya --- tidak terbaca lainnya, banyak sekali.

Lantai perkuburan itu ditumbuhi lumut --- mirip karpet, kami duduk di atasnya.

Setelah segala barang bawaan untuk keperluan ritual dihamparkan --- Bismillah, Pak Lurah menyiramkan air dari kendi ke nisan mBah Gandig I, ia berkomat kamit membaca sesuatu. Hening

Kemudian Pak Lurah menyampaikan fatwanya dalam bahasa Jawa , yang intinya menyatakan ia mengangkat anak tersebut.Tercium wewangian dupa dan kemenyan di antara kesegaran udara pegunungan yang menyusup di paru-paru --- jauh di sana tampak dusun-dusun yang ditandai dengan warna merah genting atau asap yang membumbung dari sela-sela tanaman karang di sana.

Modin membacakan Tahlil danSurah Yassin --- kemudian membaca doa berbahasa Arab dan Jawa.Kami para Jemaah meng-amini…………….

Bunga ditaburkan ke saentero kuburan dan batu nisan dibasahi dengan siraman air. Ritual selesai kami pamit pulang.

Bertahun-tahun kisah itu menjadi kenangan indah dalam pengalaman hidup --- secara spirituilterasa ada ikatan batin dengan Pak Lurah yang sekarang pun telah almarhum --- ada ikatan spiritual dengan para arwah leluhur Desa Kajeksan.Adakalanya masih jelas kejadian-kejadian yang pernah di alami --- bahkan apakah ini suatu Déjà vu,merasakan suasana dan adegan semacam suasana itu di lingkungan yang sama, tetapi bukan di alami di sana …………dan dalam waktu yang berbeda pula.

2.

Jasad jenazah Besan telah disemayamkan di liang lahat --- Tahlil, Talqin pun telah dibacakan diiringi pula Doa kubur untuk melepas almarhum menemui Sang Khalik.Pengantar kembali ke dunia nyata, suasana spritual telah kami tinggalkan.Tampak banyak penghantar membersihkan tapak sepatu dan sandalnya dari tanah merah yang melekat --- agar lantai mobil tidak dikotori.Yang hidup kembali ke Alam Fana yang nyata.Terbayang lagi detik-detik mengurug liang lahat, memasang nisan, menyiraminya dengan air mawar dan bebungaan --- bahkan di kuburan-kuburan baru masih tertancap botol air bunga mawar sebagai tanda kuburan yang akan ditinggalkan.Tadi menantu menangis dalam untaian air mata, memeluk gundukan tanah merah kuburan Sang Ayah…………..

Di dalam mobil atau nanti di rumah --- beberapa hari tentu masing-masing krabat,  selalu mendapat gambaran yang pernah dialami bersama almarhum.

Terbayang selalu --- berunding dengan Besan di dua kursi di sudut Ruang Tamu rumahnya --- ia sering tersenyum, setiap kali setelah mengucapkan kalimat.

3.

Teringat pada almarhum Seorang Wartawan Senior atau Pengacara jaman dulu --- yang konon setelah beberapa waktu Bung Karno meninggal dunia, menyatakan bahwa ia bisa menghubungi almarhum Bung Karno, ia sering berkomunikasi dengannya, untuk berbicara dalam diskusi-diskusi di kuburan Bung Karno di Blitar.Ia melakukan itu karena dalam banyak hal, ia dan Bung Karno memang sering berbincang tentang masalah yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia --- memang ia adalah salah satu Orang Indonesia, yang pernah melamar menjadi Menteri Penurunan Harga.Sewaktu dipenghujung Pemerintahan Bung Karno --- menghadapi kenyataan tingkat inflasi ribuan persen.Sehingga harga-harga membumbung tinggi. (Menziarahi makam Bung Karno apakah ia menyiraminya dengan air dan membakar dupa ?)

Kemudian adalah seorang kolumnis di jaman itu --- membuat serial tulisan (dan kemudian membukukan-nya) : Percakapan imajiner dengan Bung Karno --- ia membahas macam-macam persoalan Bangsa semasa di awal Era Orde Baru.Kemampuan rasional-pengetahuan yang dipadu dengan suasana batin dan kemampuan latar belakang spiritualitas.

4.

Berkali-kali mengunjung makam Almarhum Besan --- hanya berdoa tanpa penyiraman air, penebaran bunga atau pun pembakaran dupa.Biasa saja, terasa dalam suasana batin seperti dulu bersama-sama.

Pulang kampung ke desa di bawah Gunung Semeru --- memang mengesankan , bahkan rindu dan kangen untuk selalu mengalami kembali --- mengunjungi krabat yang sangat dihormati --- di pendopo rumahnya semua anak cucu berkumpul, mengelilinginya --- berlapis-lapis, bersaf-saf; ia berada ditengah jemaah --- pendopo itu berada di puncak bukit, dikelilingi pohon bunga kantil yang berbunga harum dengan sosok tinggi-tinggi, juga banyak macam-macam pohon bunga yang perdu dengan kembangnya yang semerbak --- di sana tidak ada makam atau kuburan. Hanya pendopo dan bukit itu terasa sangat magis ………..ia menyiramkan kami sekelilingnya dengan tebaran air bunga setaman dari jembangan, (mirip upacara selamatan di daerah Melayu dengan tebaran bertih dan percikan air bunga).

Kemudian ia berdoa, dan tercium asap dupa menebar dalam kekhusukan kami mengucapkan Amin, amin, amin, amin…………. yang tiap tahun rasanya irama dan isinya sama………………….iaselalu menyebutkan jabatan kami ………..pelajar, mahasiswa, pejabat dan banyak lainnya lagi ………(isinya agar anak-cucu selamat, sehat, bahagia, dan ……….sukses).Memang anak-cucu desa kami ………..pada umumnya sukses apakah tinggal di desa, di kota dekat-dekat Jawa Timur, bahkan di Ibukota atau di Luar Negeri.Kami sangat menyintai Eyang dan Doanya.

Kini Eyang telah almarhum, tetapi secara gaib kami merasa selalu berada di dekatnya …………..apabila kami berada di Pendopo, dengan pembaca doa yang baru.

5.

Berziarah ke makam keluarga di mana Besan disemayamkan --- kali ini menyiramkan air, pertama sekali ke makam Abah Kasir, almarhum adalah Orang pertama yang menyediakan Tanah Wakaf itu, lantas menebarkan bebungaan kepada beberapa kuburan --- terakhir ke makam besan……………..dengan khusuk berdoa buatnya dan semua Ahlil Kubur.Seperti juga almarhum Hadeli Hasibuan ………Ingin berdialog dengan almarhum Besan.Dalam imajinasi ia berada di Epitaph yang kami bangun …………ia hanya tersenyum dalam balutan kain putih seperti pakaian ihrom (bukan kain kafan). Tanpa dupa, tetapi air disiramkan karena begitu rindunya kepada almarhum --- hanya kesadaran manusia yang hidup ….bisa ber-dialog imajiner dengannya.

6.

Ahlil Kubur di Alam sana --- Manusia yang masih hidup di Alam Fana ini.“ Kami juga akan ke sana…………………………..ya Ahlil Kubur ! ( Isi doa menjadi ajang media ber-dialog dengan mereka ……….).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun