Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

A’Ay Sang Pengusaha Rental Mobil yang Sexy, Hello! [Mini Cerpen – 63 Saptalogi 5/7]

30 Januari 2011   09:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:03 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12963793821420570607

[caption id="attachment_86498" align="aligncenter" width="300" caption="Bunga dan Kupu-kupu; Harta dan Wanita"][/caption]

 

(1) Perkawinan adalah persekutuan, perkawinan adalah Organisasi, perkawinan juga Media untuk melestarikan Kebahagiaan. Itu selalu menjadi kesimpulan Tengku Houd, setelah ia menduda --- menjadi duda karena ditinggal moksa Sang Istri.  Istri dan puteri tunggalnya lenyap ditelan gelombang samudra di pantai Pelabuhan Ratu. Jasadnya pun tidak ditemukan. Tengku Houd selalu menganggap kedua kekasihnya itu kini berbahagia hidup bersama Kanjeng Ratu Kidul : Nyi Loro Kidul, Ratu Ayu yang selalu mengenakan baju hijau. "Bapak tanyakan harga kayu balo untuk rangka bangunan itu " Ce Ade langsung berpesan begitu dilihatnya gelagat Tengku Houd bersiap-siap meninggalkan rumah.  Rumah Ce Ade itu adalah hibah Tengku Houd untuk sahabatnya itu --- penghargaan yang berguna di hari tua Ce Ade, agar sedikit berbahagia, mempunyai tempat berteduh, mengenang hidupnya yang penuh dengan harapan dan kekecewaan..............dalam perkawinannya dengan  enam suami, orang-orang yang gagal. "Suruh saja tukangmu menanyakan ke Toko Bangunan --- atau cari keterangan di dalam Yellow Pages" "Nanti pulang kemari enggak ?" Tengku Houd hanya melambaikan tangannya. (2) Tengku Houd ingat isi telepon A'ay yang berangkat dari Pelabuhan Ratu jam 05.00 bakda Sholat Subuh. Ia menelpon "Hello Ay --- sampai di mana ?" "Oh, Opa, kami telah masuk pintu tol Padalarang --- menuju Pasteur......................................... ya tidak usah diurus opa, ini sedang dinas --- tunggu saja berita A'ay ya" Luar biasa uletnya wanita Siti Aisyah ini --- ia pengusaha rental mobil berbasis di Pelabuhan Ratu dan Sukabumi. Tujuh mobilnya  terpakai semua akhir pekan ini --- kini ia konvoi dengan tiga mobilnya ke Bandung, dikontrak untuk acara perkawinan, karena supir Alphard-nya harus absen mengurus ibundanya yang sakit keras; ia tidak melepas mobil kesayangannya itu kepada sembarang supir. Ia mengemudikannya sendiri ! A'ay adalah seorang janda yang mempunyai gangguan psikologis --- karena mengalami tragedi di dua generasi diatasnya. Bahkan bertahun-tahun ini hidupnya didera ketakutan, kekuatiran dan phobia  terlibat kasus korupsi. Mentalnya bisa goncang mendengar berita kasus korupsi --- ia meninggalkan suaminya, seorang penjabat pertanahan yang sudah berkali-kali terlibat hukuman administrasi yang disebabkan kasus manipulasi dan koruptif. Ia merasakan masa pisah ranjang yang cukup lama dengan Madkasan Sang Birokrat --- ia meninggalkan keluarganya dengan membesarkan dua anaknya diluar lingkungan suaminya. Kini anak perempuannya Savitri telah menikah dan mengikuti suaminya --- anak itu sekarang merangkap sebagai mahasiswa di Bogor. Anak keduanya Asep Dwiguna, begitu tammat sekolah pelayaran --- kini bekerja di kapal perikanan Taiwan. Ia telah bebas --- bahkan ia telah mandiri secara ekonomi dengan mendirikan usaha rental yang kini telah berkembang selama delapan tahun ini, Ia telah mengabarkan kepada Tengku Houd, proses perceraiannya telah final --- kedua anak itu setelah dewasa sangat mengerti atas sikap ibunya itu. Dan mereka kini pun telah mandiri meninggalkan sangkar yang bertahun-tahun juga menghimpit jiwa mereka. Mereka juga mengerti betapa sang ayah kini --- sedang menjadi bulan-bulanan para penegak hukum dalam perkara konversi tanah perkebunan yang telah habis masa pakainya. Perkara kasus korupsi yang sangat menakutkan anggota keluarga. (3) Ada kerinduan di hati Tengku Houd kepada A'ay Sang Janda --- janda itu istimewa memanggilnya "Opa" (barangkali mengambil alur panggilan pangkat anaknya). Tengku Houd tersenyum. Ia melirik kaca spion dan memalingkan pandangan untuk belok ke kanan --- kota Bandung  biasa dengan kemacetan. Terkadang ia ingin mempunyai supir pribadi --- tetapi ia tidak suka ada orang lain yang hadir mengamati jalan hidupnya. (4) "Tet, sudah bangun ? Bisa saya sekarang ke sana ?" Mereka duduk berdampingan di sofa --- di meja ada album foto proyek "Distro"  itu.   Tetty menceritakan bagaimana keadaan usaha itu kini sudah berjalan --- tawaran Ibu Mince untuk mengelola distro itu adalah kesempatan emas. Karena banyak advantages yang diperkirakan Tetty. "Pa lokasi, jaringan  dan item yang digelarkan saat ini sudah mantap pa --- Tetty rasa ini adalah impian Tetty yang akan menjadi kenyataan.  Ini doa yang selalu saya panjatkan ...............memiliki distro dan boutique.  Usaha Tetty yang sekarang garment dan konveksi tetap parallel.  Malah saya ingin distro itu akan menjadi outlet garment Tetty "  Tengku Houd juga mengerti urusan perdagangan produk tekstil ,  dan prospek kota Bogor sebagai kota fashion yang lebih dekat dari Tanah Abang. Mereka membahas aspek perjanjiannya.  Biasa bila Tengku Houd ke rumah Tetty, ia menghidangkan pan-cake kegemaran Sang Tengku. (5) Tetty menyetujui Myrthe diterima sebagai calon pekerja di Distro itu --- Myrthe harus mengirimkan CV-nya ke alamat E-mail Tetty. "Suruh ia datang segera ke mari --- tanggal 1 Februari akan saya bawa ke Bogor, biar ia menemani saya di rumah...................Pa bangunan Distro itu tanahnya tembus ke jalan di belakangnya. Jadi saya akan menempati rumah di belakang toko itu.  Myrthe biar menjadi teman saya. "Tet saya baca dulu draft perjanjiannya --- nanti ditransfer modal tersebut" "Papa mau kemana sekarang ini ?" "Mau pulang ke hotel, istirahat" "Makan siang di mana ?"  Tengku Houd hanya memperagakan kedua tangannya terkembang.  Terserah Tetty. "Makan di sini saya pa ?"  Tengku Houd menggelengkan kepala "Saya kepingin makan Steak dengan lada hitam" "Ow !"  Tetty tersenyum dan tertawa --- lantas memeluk erat Tengku Houd. Mereka saling berpandangan, dan mereka tertawa ! "Gigi papa masih kuat --- orangnya juga masih kuat, okay !" (6) "Opa, jam delapan saya habis dinas --- besok pagi jam enam saya sudah harus ready lagi di rumah pengantin --- lantas melayani sampai jam 17. Sekarang saya akan ke Papandayan" "Saya temani tidur ya di sana " "Sorry pa --- jangan !" "Atau saya jeput, makan malam dan tidur di hotel Opa" "Sorry ya --- saya tidak biasa begituan pa. jangan pa !" "Ngobrol malam ini ?" "Okay di coffee shop hotel saya --- sekarang saya mandi dulu, datanglah !" (7) Mereka saling bercerita lebih mendalam tentang kehidupan perkawinan mereka --- prospek usaha mereka dan saling mengajuk tentang hari depan. Sebenarnya ini kelanjutan pembicaraan yang sangat mengasyikan di Coffee Shop hotel di Pelabuhan Ratu.  Memang Siti Aisyah menempatkan beberapa mobil rentalnya di hotel itu. Terkadang ia juga menginap di sana. Biasa banyak lelaki iseng mencoba menggodanya --- mereka terkadang melecehkan seorang wanita yang berani menginap di hotel seorang diri. Juga banyak lelaki yang mempunyai sekedar pengetahuan bahwa Siti Aisyah adalah janda kesepian. Wow ! Memang Siti Aisyah adalah wanita cantik yang sangat menarik --- pembawaannya yang percaya diri dan cerdas,............ dan enak diajak bicara. Selalu diartikan sebagai perempuan kesepian yang mudah digoda. Umurnya 36 tahun, dulunya isteri Madkasan seorang birokrat yang bekerja dalam urusan pertanahan.  Ia telah pisah ranjang dengan sang suami sepuluh tahun. Setelah kedua anaknya mandiri, ia merasa bertambah bebas. Ia merasa sebagai wanita yang kokoh --- baik pribadi maupun ekonomi.  Apalagi sekarang ia telah resmi menerima surat talak. Cerai ! Malam itu Tengku Houd mengenal lebih dekat pribadi dan kemampuan mental Siti Aisyah ---- bukan saja ia telah tergoda dengan lekuk tubuh perempuan itu sewaktu mereka berdua berenang di kolam hotel.  Malam ini juga Tengku Houd menyaksikan  kecantikan wanita itu dalam bias temaram lampu dan cahaya lilin. "Kamu mempunyai "urat sirih" ya --- "  Tengku Houd mencoba meraih dagu A'ay dan memalingkan wajah itu. "Maksud Opa ?" "Engkau wanita hebat --- memiliki "urat sirih di pipi-mu"  Siti Aisyah melihat kilatan mata Tengku Houd dengan kombinasi senyumnya. "Ah, Opa matanya masih awas saja --- maksudnya apa ?  Urat sirih artinya apa pa ?" Tengku Houd menggenggam jemari A'ay --- mereka tertawa dengan saling meremas tangannya, dalam deburan darah dan semangat manusia dewasa. "Maaf pa --- kita harus tidur sendiri-sendiri"  Kedua manusia  saling memandang dan tertegun. "Jalan sudah sepi --- mari kita menikmati Bandung dari dalam mobil" "Kapan-kapan saja pa --- pagi-pagi besok saya akan dinas"   Tengku Houd adalah lelaki yang berpengalaman, ia tahu kapan saatnya. Mereka berciuman diteras coffee shop itu --- memang sekilas, A'ay segera mendorong tubuh Sang Tengku. "Terimakasih " "Saya juga berterimakasih pada Opa --- jangan kecewa ya Opa" Dalam perjalanan menuju ke lapangan parkir ---- Tengku Houd tersenyum membayangkan urat sirih yang terlihat samar di pipi wanita yang berkulit putih itu. Wanita cantik dengan urat sirih di pipi !    (8) SMS Myrthe melaporkan, ia telah di-interview oleh ibu Tetty --- ia harus sudah berada di rumah Dago jam 06.00 pagi hari Selasa 1 Februari. (bersambung ke Saptalogi 6/7) Latar belakang psikologis dan sensual ada di :

 http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2011/01/29/vintage-dress-dan-draperry-batik-untuk-myrthe-mini-cerpen-%e2%80%93-62-saptalogi-47/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun