Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rendez Vous (Cermin -69)

3 November 2012   22:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:01 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_214583" align="aligncenter" width="473" caption="Grafis MWA --- Cermin Haiku 69"][/caption]

 (1)

“Aduh !”  Bergelora amuk tanda tanya, kecemasan dan ‘ada’ sesuatu yang sukar diungkapkan.  Gadis itu merasa galau, ia cengkram bibir kusen jendela, ia memandang lepas ke kebun singkong rumahnya,

 

 (2)

Laju kereta api Tiga Raksa menuju Tanah Abang --- gerbong padat, di luar tampak pelintasan Serpong pun padat.

 

Di otak Elis juga padat --- banyak pertanyaan yang mencemaskan, belum menemukan jawaban.  Tanah Abang.

 

(3)

Orang itu datang dari Lampung Selatan. Ih !

 

Katanya peristiwa tragedy itu terjadi di Kabupaten lain --- “Bagaimana ini ?  Ia Orang Lampung aku anak Orang Bali campur Banten ?”. Galau hati Elis

 

“Elis, aku di depan pintu utama stasiun, pakai baju kotak-kotak  hitam-putih ala Bali !”

 

(4)

Namanya anak jaman sekarang --- “Oh itu dia !” , segera hati berbunga dan meledak

“Bang Azmi !” --- ingin rasanya hati Elis akan melepaskan air matanya yang terasa mengambang. Ia malu --- mengapa mereka lantas berpelukan.

 

Ah.

 

(5)

“Elis, abang mulai ditugaskan untuk belanja di Tanah Abang --- mari lihat cargo abang di Pengangkut”.

 

Elis masih berbunga-bunga hatinya --- Bang Azmi yang dikenalnya di Fb, yang didengarnya suara rayuannya di Hp --- dalam alam nyata adalah pemuda yang handsome, terbuka, ceria, tampaknya sangat cerdas.

 

Elis tidak begitu mengerti dengan timbunan karung-karung yang dijelaskan Azmi isinya itu --- ia lebih tertarik dengan genggaman tangan Azmi yang menariknya ke Warung Jus.

 

(6)

“Jauh kampung abang dari Kalianda ?” --- sekilas mereka memberbincangkan Peristiwa Lampung yang sangat mengguncangkan para Nasionalis-Pancasilais.

“Kami Orang Melayu berhati lembut --- saksikanlah hampir di semua pantai kepulauan Nusantara ada Orang Melayu, perkampungan Orang Melayu,  mereka larut di tengah suku apapun, malah bahasa mereka menjadi bahasa  pergaulan, terutama  dalam perdagangan dan pelayaran pantai  --- Bahasa Melayu adalah pengikat persatuan Bhineka Tunggal Ika ………. Bahasa Persatuan Indonesia”

 

Tangan kedua remaja itu masih saling remas di atas meja --- Elis bangga dengan kecerdasan Azmi

 

(7)

“Lis, ini abang pilihkan jilbab keluaran terbaru --- diterima ya, pakailah, abang sangat bahagia …………….. kalau abang ditugaskan lagi nanti, abang akan berkunjung ke Kampung Jengkol Tiga Raksa untuk mengenal bapak-ibu Elis”.  Mereka saling memandang dengan senyuman bahagia”

 

[MWA] (Cermin Haiku -69)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun