Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuk Andak Keturunan Pemberontakan Sunggal 1872 (Cermin-64)

24 September 2012   00:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:50 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1348446358584227174

[caption id="attachment_207521" align="aligncenter" width="473" caption="Grafis MWA-Cermin 64"][/caption]

(1)

Abdul Hamid Lubis adalah Perintis Kemerdekaan RI --- ia Digulist Orang Buangan Pemerintah Hindia Belanda.Kami bangga dengan perjuangannya, idenya dan ucapannya.

Kami anak-anak di awal kemerdekaan, terkagum-kagum dapat berjumpa dengan Digulist --- yang survive, kalis sambi kala.Ia bak pahlawan yang dapat berhasil pulang kembali ke kampung halaman, dari amuk Nyamuk Malaria dan Kejamnya hutan balantara Papua.

Ada satu ucapannya yang sangat mempengaruhi hidup penulis --- hitung-hitungan pecahan --- wak itu sangat mahir berhitung, seperti ini ……………..

“Keluarga kitasetengah di Pulau Sumatera, seperempat di Pulau Jawa, 1/6 di Semenanjung Melayu --- 1/12 bertebaran di saentero Nusantara dan Dunia………”,perhitungannya itu sangat menggoda penulis.Bertahun-tahun.

(2)

Tahun-tahun belakangan makin banyak orang Indonesia merantau ke Malaysia --- mencari lowongan dan berniaga. Bertambahkah keluarga kami di Malaysia ?

Di Malaysia memang banyak warga keturunan Indonesia --- Jawa, Aceh, Minang, Melayu, Bugis, atau pun Mandailing. Hidup dan Budaya mereka persis sama dengan Orang Indonesia.

Orang Melayu Indonesia menyintai Kuda Kepang, Wayang Kulit dan Batik seni Orang Jawa di Sumatera Timur atau bagian lain Pulau Sumatera --- sama saja dengan Orang Malaysia keturunan Indonesia di mana pun mereka berada --- mereka cinta batik, gondang, pantun, seni-budaya lainnya, bahkan Bahasa Melayu dan bahasa etnis yang masih mereka kenal.

(3)

Sahibul hikayat ……………… Orang Semenanjung lebih mudah melakukan perjalanan pulang mudik ke Sumatera Timur (di awal Kemerdekaan RI),kami anak-anak tidak merasa aneh --- mereka mudik seperti juga bagian keluarga kami yang mudik dari Pulau Jawa atau dari bagian lain Indonesia.

Era Orde Lama dengan politik “Ganyang Malaysia” merenggangkan persaudaraan kami --- mereka tidak mudik-mudik, kami pun tidak mampu mengunjungi mereka.

Kami dan mereka menjadi Orang Asing --- tetapi pernyataan Digulist kami : “1/6 keluarga kita ada di Malaysia” , selalu mengusik bathin.

Kami tidak dapat lagi berkumpul seperti dulu, dengan keluarga Tuk Utih dari Pulau Pinang (belakangan salah satu cucunya menjadi Menteri Kesehatan di Singapura ?).

(3)

Terbetik salah satu Atuk yang sudah lama tidak terlacak, kembali ke Medan setelah masa “Ganyang Malaysia” diakhiri Pak Harto dan Adam Malik.

Mereka mengabarkan bahwa tamu itu bernama Tuk Andak --- segera silsilah dan alamatanak keturunannya pun di up-date dan dihubung-hubungkan.

(4)

Ternyata 1/6 keluarga kami yang berada di Pulau Penang dan Kedah adalah bagian puak Melayu yang terlibat dalam Pemberontakan Sunggal --- pemberontakan Suku Melayu dan Karo menentang Kolonialisme Belanda dan Kebijakan Sultan Deli yang koruptif --- memberikan konsesi yang lebih luas pada Onderneming Belanda.

Setelah Pemerintah Belanda memadamkan Pemberontakan Sunggal, yang antara lain mengerahkan pasukan Orang Cina --- keluarga para pemberontak mendapat tekanan agar “angkat kaki” dari wilayah Deli sampai Tanjung Pura ……………………….

Antara lain keluarga Nakhoda Kobat yang telah berkali-kali menentang penyerobotan tanah pertanian bagi Suku Melayu dan Karo, untuk dijadikan perkebunan Belanda --- memutuskan untuk melakukan migrasi ke Semenanjung Melayu.

(5)

Pemberontakan Sunggal terjadi tahun 1872 --- pertempuran berkobar sejak bulan Mei sampai Nopember tahun itu …………………. Akhirnya Nakhoda Kobat memutuskan membawa semua anak-anaknya yang belum berkeluarga pindah ke Pulau Pinang; belakangan beberapa anaknya yang telah berkeluarga juga menyeberang ke Semenanjung --- menerima tawaran Raja Kedah yang melindungi Puak Melayu yang ditekan Penguasa Belanda dan Bangsawan Tanah Deli …………..

Perpindahan mereka berlangsung terus sampai menjelang Perang Pasifik --- Pasukan Dai Nippon melanda Semenanjung dan Asia Tenggara.

Puak Melayu asal Pulau Sumatera dan Nasionalis Semenanjung adalah mata rantai perlawanan yang menunjang Proklamasi 17 Agustus 1945 dan selama Perang Kemerdekaan --- mereka adalah pen-supply senjata, dana dan basis Perang Diplomasi --- poros Pulau Pinang, Singapura, New Delhi, Kairo, menunjang Pemerintahan Republik Indonesia di Jakarta atau pun di Yogyakarta, apa lagi Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Sjafruddin Prawiranegara di Bukit Tinggi……………..

(6)

Pak Harto dan Adam Malik telah mengakhiri “Politik Ganyang Malaysia” hampir 50 tahun --- sungguh lama masa yang membentang, keluarga Tuk Andak tidak terlacak lagi --- anak- cucunya pun mungkin tidak dapat mendeteksi lagi anak-cucu Abdul Hamid Lubis --- belasan cabang keluarga yang menjadi TKW dan TKI menjelajahi Semenanjung Melayu tetap mencari “Balung terpisah” --- tulang belulang silsilah dari Kedah sampai Tumasik ………………………………..

[MWA] (Cermin-Haiku 64)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun