Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Warteg (Cermin #43)

18 Juli 2012   23:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:48 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_194944" align="aligncenter" width="473" caption="Grafis MWA-Cermin 43"][/caption]

(1)

Sudarso duduk di ujung peron --- pandangan dilepas ke arah perspektif rel kereta api pantura ke selatan. Kembali pada dirinya. Buntu.

Dia dipecat dari dinas kemiliteran --- karier militer-nya memang sampai di situ saja. Orang yang berpikiran pendek itu entah bagaimana bisa lulus jadi tentara. Perang Timor Timur dialaminya, gila-gilaan, asal-asalan --- dia beruntung dapat mengawini gadis Timor Timur, yang bijak dan cerdas. Maria Agustina.

Karena hidup miskin dan mandeg --- Maria melarikan diri kembali ke NTT, lantas konon 2 gadis kecilnya, hasil perkawinan dengan Darso, diungsikan ke Viquque. Darso pernah coba menyusul dan mencari sampai NTT, ia tidak mampu sampai ke Timor Leste ………….. dan si Maria pun sebagai WNI, telah teken-kontrak jadi TKW ke Asia Timur.Enggak jelas entah di Taiwan, entah di Hongkong.Aih.

Darso duduk di situ mengkhayal dan menunggu harapan --- seorang Janda 32 tahun, ‘Innah.

Perempuan ‘Innah banyak bercerita yang membuka akalnya --- ‘Innah bisa mengurungkan niatnya untuk bergabung dengan Gang Darmokali, jadi perampok --- untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Darso memang memerlukan perempuan.

(2)

Mutma’innah, bukan sembarang janda --- ia wanita mandiri, sejak umur 14 tahun telah malang melintang jadi babu dan pembantu. Pertama jadi pembantu di warung semacam kedai nasi --- malamnya ia diperkosa di bawah meja, itu warungan di Cirebon tidak jauh dari desa asalnya di Brebes. Tidak ada tempat mengadu --- akhirnya mau sama mau. Hamil.

Janin, bayi, dan kini anak itu sudah remaja --- sekolahnya bagus. ‘Innah mati-matian menyekolahkan anaknya, terakhir ini ia bekerja di Warteg yang laris banget di Ciputat, dekat Kampus.

Ia telah menikah 2 kali, tetapi selalu mendapatkan lelaki yang tidak membawa untung. Rugi melulu --- kini ia pandai segala macam masakan ala Warteg. Ia ingin kawin lagi, mencari-cari lelaki yang baik.

(3)

Usniah, gadis lulusan SMA di Slawi --- ingin kuliah, dan ibunya ‘Innah ingin mati-matian menguliahkan anaknya itu. Ia akan membuka warung nasi ala Warung Tegal.Di mana ?

Di daerah yang aman --- mana ada daerah yang aman dari pemerasan dan penindasan --- ada preman, ada kelompok berpakaian dinas-dinasan yang dikelola Orang Berdinas di kantoran pemerintahan. Pemeras juga. Wah.

‘Innah memerlukan lelaki, suami, suami-suami-an juga enggak apa-apa.Wartegnya harus berdiri, ia ingin Usniah kuliah.

Ia memilih Darso untuk menjadi suami, tukang angkat air, menyapu dan mengepel, menanak nasi, menyiangi ikan dan ayam, menggoreng, dan mengasihinya, kalau bisa.

Darso senang kerja rutin di Warteg Bi Innah --- ia tidak perlu berpikir ruwet, biar dia berani membunuh, tetapi ia takut terluka dan terali besi bui. Jadi rampok pasti ia tidak tentram, pikirannya tidak mau ruwet --- dia kapok dikejar-kejar polisi dan berurusan dengan polisi.

Diajak jadi informan polisi pun ia tidak mau lagi.Mengapa pula ?

[MWA] (Cermin Haiku – 43)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun