Kapal Layar Pulau Bertih sudah merapat di Pelabuhan Secanggang --- tampak berkarung-karung bibit biji sayuran jenis baru dibongkar orang. Nakhoda Kobat tidak mempedulikan ia telah memesan sado untuk bersenang-senang ke kota Selesai.
“Ai Cik singgah dulu Cik mari kita minum-minum nira --- kalau berani minum tuak sekalian cik”
“Ah kau lantam kali Pulih --- kutinju kau nanti, jangan macam-macam aku nak ke Selesai dulu”
Tampak makhluk hitam kekar berpakaian hitam-hitam itu berlari mengejar Nakhoda Kobat yang telah menaiki sado --- kuda melonjak belum stabil telah pula dibebani satu kaki lagi di tangganya.
“Ai Pulih jangan kau usik kuda ni nanti meradang pula terperosok pula aku --- aku penat kali ni, tapi si Jampuk Agam ni telah pula mengatur acara ke Selesai. Aku akan menjadi saksi nikah kemenakannya”
“Bang begini bang …………………. Abang ingat waktu abang sandar bulan puasa tu, ya bulan Ramadhan yang lalu, aku setelah menjual ladaku, ditantang orang berjudi ke Tanjung Beringin. Menang aku bang, tapi aku digocoh anak-anak Stabat --- akhirnya perang, aku dikeroyok dan uang kemenanganku dan modal dagang pun dirampas orang tu “
“Ah Pulih jangan kau bawa-bawa aku ke masalahmu --- aku ni penat dan letih, mau bekusuk, kata si Agam paten kali waknya mengusuk --- nantilah, atau kau ikut aku ke Selesai !”
“Maaf bang, aku menyusul pagi besok --- ada Orang Karo mau melego ladanya, ‘kan kulihat dulu, kubayar --- maksudku ikut dimuat ke kapal abang belayar ke Pinang.”
“Urusan begitu selesaikan saja dengan Mualim --- menyusul kau, jangan enggak Lih”
Manusia hitam yang dipanggil Pulih itu --- tampaknya keturunan Orang Benggali, dia tidak menguasai ilmu silat --- keistimewaannya dia jago Gulat Gusti. Untuk bertanding sebagai tontonan, bolehlah.Kalau menghadapi pencak silat habis dia babak belur.
“Si Pulih tu kalau telah menangkap orang --- tidak bisa lepas dipilinnya, seperti Ular Sawah, musuh tu patah tulang pinggang atau tercekik mati --- baru selesai gustinya.” Ujar si Agam.
Nakhoda Kobat diam saja --- ia sedang merasa-rasakan otot punggungnya dihentak-hentak lari sado itu.
“Encik Nakhoda sudah pernah ke Selesai ni ?”
“Belum lagi Gam ---kalau tidak ada hajat pernikahan kemenakanmu ini, mana mau aku masuk-masuk semak belukar macam ini.Apa musim buah di sana kiranya “.
“Tak tahu pula awak, durian telah masak belum musim nih.Yang penting kalau ke kedai kopi hati-hati di sana Pakcik”
“Apa maksud kau ?”
“Orang Selesai tu ganjil Cik --- tak mau mereka bergocoh bersilat. Kalau dilihatnya Orang Asing agak lagak, bisa-bisa dicobanya cik”
“Apa pula kehebatan Orang Selesai --- kalau tidak menantang silat ?”
“Pendekar juga kupikir ---tetapi yang lazim mereka memainkan ………. (Si Jampuk Agam memperagakan jari-jari tangannya), itu yang seram Pakcik !”
Tampak Nakhoda Kobat terangguk-angguk sesuai irama kereta sado --- terbayang kisah “permainannya” dulu di Blitang --- konon dia iseng ikut orang memburu harimau di sekitar sana. Di Prabumulih terlibat perkelahian dengan Gerombolan si Tunak.
Sungguh berat pertarungan di sana --- yang dihadapi pendekar-pendekar yang sedang kecewa --- banyak pangeran-pangeran di sana tak kuat lagi membiayai pasukan pendekarnya. Jadilah mereka gerombolan perampok.
Mengalahkan si Tunak secara pribadi --- langsung diaku saudaranya.Dia minta diajari beberapa jurus silat Kelantan yang dikuasai pendekar Kobat.
Pendekar Kobat dihadiahi siruas bambu yang konon “obat kuat”. Tampak Nakhoda Kobat meraba uncangnya di pinggang.
“Encik bawa badik dari Siam tu Cik”Ujar si Agam sambil memalingkan tubuhnya ke belakang. Cantik kali hulu gadingnya itu Cik --- awas Cik jangan ditonjol-tonjolkan, nanti jadi pekara cik”
“Ah, kau ni cuak kali !”
“Di perhelatan tu belum ada makanan ku pikir, baiklah kita ke Kedai Kopi si Tanjung dulu --- awas cik ………………… raba dulu langit-langit mulut dengan ujung lidah, mana tau dituba orang pula kita …………… “.
“Jangan kau jadi pengecut Gam --- kau ingat waktu kita di Lung Xuyen, baru masuk ke kedai Khmer itu --- langsung mereka pasang dupa bikin pingsan tu. Ingat ?”Agam mengangguk.
Mereka masuk ke Kedai Nasi di persimpangan jalan --- belum sampai memilih meja, tiba-tiba saja --- si Jampuk Agam dihadang si Orang Muda tampan, dengan berkecak pinggang ia berujar : “Sampai hati abang memutuskan tali persaudaraan ?”
“Kau siapa --- aku ni ingat-ingat lupa, tahu sendirilah aku ni perantau, pulang ke Selesai ni tak bisa di hitung dengan bulan atau pun tahun.Siapa kau ni ?”
“Aku ni anak Tengku Hebat --- tahulah abang kami ni Orang Tanjung Pura yang menguasai Selesai ni --- aku sudah lama berkasih-kasih dengan kemenakan abang, si Mawar Manja --- mengapa pula kami disisihkan --- Orang jauh pula yang diterima lamarannya “ Tampak ada 4-5 orang seperti mencegat pintu masuk maupun di meja-meja kosong.Pendekar Kobat membaca suasana akan ada kemeriahan --- tetapi ia menahan hati, ini tampaknya masalah keluarga si Agam.
“Maaf aku tidak mengerti duduk persoalannya --- aku pulang ni akan menjadi Wali dan Majikanku ini NakhodaKobat akan menjadi Saksi nikah --- soal lamaran sudah menjadi hak kewajiban mereka yang di Selesai --- karena anak kemenakanku siMawar tak berayah lagi ---- akulah walinya datang ke mari”
Rap dap, dap, geblak, truk pring prang tak tip dap dip dup --- entak siapa yang memulainya tahu-tahu sudah ---saling menendang, memukul, meninju , melompat ---- Pendekar Kobat menerjang pendekar yang menghalangi pintu --- ia ingin ke jalan yang lebar biar mudah meluluh-lantakan si penyerang dengan jurus-jurus handalannya; Layang-layang Sendaren menukik dan Jurus Kuda Menendang ke Belakang.
Seperti kilat menyambar seorang pendekar Tanjung Pura itu merebut sabuk Pendekar Kobat begitu Badik Siam tercampak --- pendekar itu bergulung-gulung dengan jurus Trenggiling menyambut badik yang indah itu.
Di dalm Kedai Kopi telah reda, tampaknya si Jampuk Agam berhasil menundukkan penyerangnya.
“Kawanku --- mari kita berdamai; masalah yang kudengar di luar kemampuan kami, kami ini pelaut Selat Malaka --- ke Selesai ini bukan mencari lawan, tetapi mencari persaudaraan ………………….. saudaraku kembalikan badik pusaka nenek moyangku itu --- tidak usahlah kita berkelahi tanpa sebab yang mustahak !” Pendekar Kobat mencoba tersenyum --- sekilas ia merasakan sepak terjang dan pukulan pendekar lawannya tadi tidaklah sembarangan.”
“Encik jantan ayam jantan –“-- patik datang dengan tepak sirih dari Kelantan --- jangan satu pukulan pun perlu diarahkan --- sepuluh jari disusun untuk perdamaian”
“Tak usahlah datuk mempertinggi tempat jatuh, memperdalam tempat kena --- kami ini Orang Selesai kota buluh --- tidak ada masalah tanpa penyelesaian --- pilihlah teka-teki anak Melayu Deli ---apakah datuk memilih rontok gigi apatah mati terbujur berkalang tanah”
“Maksud saudaraku itu apa gerangannya ?apa yang menjadi taruhan pengembalian badik Siam pusaka sakti --- kami ini pengharung ombak, tidak takut hidup tidak takut mati. Perjelas pertaruhan apa kiranya yang dimaksud saudara”
“Kalau malu dalam perkelahian, sama saja malu kami dilecehkan --- kalau tuan ingin badik dipulangkan --- beranikah tuan bertanding memilih minuman. “ Gemetar si Jampuk Agam mendengar tawaran si pendekar Selesai. Itu berarti pertandingan hidup-mati meminum racun.
“Dari Patani meniti buih --- apalah pula bertanding meminum racun, bersilat lidah ataupun memainkan pedang --- pantang kami untuk beralih. Ayolah !”Tiba-tiba saja Pendekar Kobat melompat-melompat dengan Jurus Kangaroo --- sambil meraba uncangnya ia meraih ruas bambu --- dicolek seujung jari, ia melompat-lompat tinggi mengherankan penonton.
“Encik memilihkan minuman beta --- beta memilihkan minuman tuan !”seketika mereka berdua mengelilingi meja, ada lima cangkir kopi di sana.
“Beta tamu tuan majikan --- Orang kenyang dijamu, sedap dikatakan tawar --- silahkan majikan melakukan perjamuan --- kita bersulang kekalkan persaudaraan”
Semua orang cemas disana ada dua cangkir beracun di antara 5 cangkir, dan pendekar licik pasti tahu --- yang satu cangkir berisi racun memuntahkan darah, dan satunya lagi racun untuk merontokkan seluruh gigi …………………….Mereka kembali melakukan ritual berkeliling meja sebelum memilihkan cangkir untuk lawannya.
Orang makin banyak menghimpun diri ke simpang jalan --- menonton Pendekar Gombang namanya, melawan Pendekar Kobat tamunya.
Sekonyong-konyong Pendekar Kobat terhenyak berlutut menahan perih di lambungnya --- tampak ia menahan perih sampai berkeringat dan menggigil --- ia rebah, berkeringat darah. Ia colek lagi ruas bambu pemberian Kepala Suku Dayak Benoaq --- walau mulutnya kelu, lidahnya tak berasa lagi …………….. Puah, Awaai Rasutn --- Bumi bertuah, Orang Melayu pantang keracunan, hilang embun hilang racun ……………….”
“Ampun patik tuan pendekar --- hamba malu berbuat dosa, orang tak salah diajak bertaruh nyawa --- orang dengki orang tercela, hambalah si Gombang pengikut tuan --- tuan ke gunung mari mendaki, tuan Kobat turun ke Ngarai mari bertuntun, tuan ke laut mengarung ombak, hambamu turut serta ke mana pun angin bertiup. Ampun patik Pendekar nan Jaya !”
Pendekar Gombang mencium tapak tangan Pendekar Kobat --- dan ia menepuk-nepuk bahu sahabat barunya itu.
[MWA] (Cerita Silat bersambung --- Pendekar Kobat diperdaya 3 Janda Lucu-#04)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H