(1)
“Dik, tolong kemari, Angie ditahan KPK --- bapak kumat tekanan darahnya, ajudan mengatakan cincin Batu Lumut sudah dapat”Ibu Bupati terdengar panik,memang Bejo pernah menawarkan batu lumut, tampaknya seperti batu pirus muda --- tetapi urat emasnya luar biasa.
“Bu, kalau melihat ukurannya --- cocok untuk meningkatkan wibawa pejabat bu, Cuma belum ada embannya bu. “
“Yo Wes mene bae --- aku yang ‘ngikat nanti, biar bapak pilih mau emas atau suasa”
“Bu, bapak harus punya piyandel Keris bu, nanti saya pilihkan yang cocok dengan kasus bapak --- bapak kira-kira terlibat apa bu ………………… PBB bu ?”Dengar kata-kata pbb jantung Bu Praptiningsih segera hiruk pikuk. Dia tidak tahu kasus sebenarnya --- tetapi seperti berita dari Bengkulu dan beberapa tempat di Jawa --- memang banyak kasus pendapatan pajak yang dikorup, termasuk PBB.
Praptingsih berkeringat dingin.
“Dik, biar ajudan menjeput, dia ‘kan tahu rumah adik ?”
“Bu, saya sedang di Magelang bu”.
“Di Magelang ?Biar dijemput ajudan, dia tahu ‘kan rumah adik?”
“Bu, saya ada acara nikahan --- agak repot …………… okaylah, saya tunggu Kang Waris”.
(2)
Bejobergegas ke peti kayu di kamarnya --- peti antikkonon milik Aria Penangsang dulunya.
“Ana ning sajroning, ana ning sajroning langgeng. Ingsun dzating langgeng …………………………..”
Ambegan ditahan --- peti jati yang tebal itu tempat menyimpan pusaka-pusaka wingit.
Keris warangka dengan kayu hitam legam --- ukirnya juga kayu hitam legam. Keris itu ber-warangka Gayaman Surakarta.
Bejo jadi teringat janji mBah Lurah Ketandan, yang berjanji memberi mantera cara menghormati keris. Memang Bejo belum mempunyai mantra jenis itu.
Dia berniat saja --- “ Ya Allah, kerisku ini milik halalku, barang daganganku --- lariskanlah daganganku dengan harga yang bagus-bagus ya, Allah …………….. Ya Allah semua makhluk-mu tunduk pada Kuasamu --- Ya Maha Kudrat !”
Keris ditarik, Dapur Wilut !Ya Allah alangkah indah dan berwibawa keris ini.
“Ku hargai maharnya Rp. 15 juta dan Batu Lumut Rp. 1 juta --- uang korupsi itu harus dikuras !” , itu tekad Bejo.
(3)
Sudah 3 malam Mila di rumah mas Bejo --- mereka belum dapat kesempatan melakukan hubungan suami-istri.
“Mil, kamu masih capai enggak --- melu aku, ajudan Bupati akan menjeput.Capai enggak ?
2 jam perjalanan.”Bejo membisikkan sesuatu. Mila tertawa genit.
“Nanti kita menginap di wisma kabupaten, kalau enggak mau keluar uang”.
“Okay”.Milajuga sudah membayangkan, ia sudah ingin sekali menikmati coitus dengan Bejo.Rencananya sudah bulat mBah Lurah Ketandan telah mengatur “numpang nikah” di desanya.Semua beres.
“Capai enggak ? “.Milamengeleng-gelengkan kepalanya --- mereka berpagut di dalam rumpun gordyn.Mila merasakan nafsu mas Bejo meriang --- ia rasakan benda itu.
Ketika mas Bejo melepas pelukan --- kedua kekasih itu saling tersenyum.Mila selintas membayangkan kisah-kisah di Parangkusumo dan Parangtritis.
[MWA] (Buah Cinta dari Parangkusumo; novel bersambung -04/16)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H