Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Money

Impor Garam, Buah-buahan sampai Kentang --- adalah Instrumen Anti Inflasi?

20 Oktober 2011   23:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:42 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Uniknya di Indonesia --- setelah gegeran barang impor yang bisa diproduksi dan dikembangkan di Indonesia, tentu seperti tidak ada yang bertanggungjawab atas impor itu. Lantas ? Siapa importir Garam ? --- Adalah.  Siapa importir beras ? --- adalah; siapa pula yang mengimpor Kentang ? Tentu ada, entah importir entah penyelundupan.  Gula, Barang Kelontong, Barang Elektronik, Tekstil, macam-macam kebutuhan Pasar Indonesia.  Bagus untuk instrument Anti Inflasi. Tetapi siapa yang harus dikorbankan dalam fakta ekonomis ini ? Siapa yang bisa dirugikan ? Tentu Sektor Pertanian dan Sektor Industri yang bisa menghasilkan barang sejenis. Tetapi itu tadi, Indonesia mendapat Instrument Anti Inflasi. Lantas siapa yang dirugikan oleh Tindak Penyelundupan atau Kong kali Kong ?  Tentu Sumber Pendapatan Negara harus berkorban --- pajak, cukai dan bea mungkin tidak terpungut. Lantas ke mana  Capital Inflow dari importasi bisa dikembangkan ?   Tentu  masuk ke Pasar Modal Indonesia "yang terpelihara iklimnya " --- berbunga tinggi dan yield-nya juga tinggi.   Tinggal digoreng dan bumbui dengan rumor, karena dominant dan canggihnya para investor Internasional itu.  Lantas ?    Tunggu saja kalau ada pasar atau trend yang lebih menguntungkan --- namanya juga pengusaha-investor-spekulan Internasional.  Lantas ? Lantasnya --- kalau hot-money dan uang spekulasi itu masih dan makin tentram --- Indonesia untung lagi, Cadangan Devisa bisa mantap, kurs bisa dikendalikan.  Wah ?   Keserakahan mereka terpuaskan. Kan ada Sumber Devisa lain yang mantap --- murah, meriah dan mudah.  Ekspor TKW/TKI. Indonesia Hebat !   Makanya Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi harus stabil dan terkendali.  Lho ? Sampai kapan trik ini bisa bermanfaat bagi Indonesia ?   Selama Kekuatan Asing bisa  menguasai Sumber Daya Management Indonesia, Pasar Indonesia, dan Kebijakan yang selaras dengan Ideologi "Keserakahan Wallstreet" yang dimainkan oleh Kaum Neo apa pun --- karena keserakahan tidak mengenal Kemerdekaan,  Konstitusi, Batas Negara, Kebangsaan  maupun Jenis Mata Uang.   Maksudnya ? Keserakahan itu suatu filosofi " Melipat-gandakan  Kekayaan" --- hiruk pikuk pasar dan analisisnya, meninabobokkan Politisi, Buruh, Tani dan Nelayan serta Rakyat Kere dengan Utopia Keadilan dan Kemakmuran. Pemerintah dan DPR + DPD perlu memperhatikan Sumber Daya Pasar Domestik --- jangan dijajah Ideologi Asing !   Kasihan Proklamasi Kemerdekaan. [MWA] (EkonomiNet - 29)

[caption id="attachment_138428" align="aligncenter" width="250" caption="Dari Dataran Tinggi Dieng sampai BEI bermanfaat bagi Pengembangan Modal Asing. Waspadalah !"][/caption]

*)Foto ex Internet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun