Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Panik --- Bukan Produktivitas, Malah Inflasi Menelan BLT/BLSM – Aow !

16 Maret 2012   03:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:59 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang unik cara hitung-hitungan Orang Indonesia --- naikkan harga BBM, subsidi BBM dikurangi dan subsidi Pupuk untuk Pertanian dikurangi.

 

Dialihkan ke mana ? --- ke Anggaran untuk BLT yang dimistik menjadi Bantuan Langsung SementaraMasyarakat. Lha ?

 

Untuk apa ?Kata yang punya gawe --- untuk menunjang sebahagian Rakyat yang terkena dampak Kenaikan harga BBM. Lho ?

 

Para Buruh pergi kerja dengan kereta, motor, speda motor, bajaj, kereta roda 3 petani, ojek, mesin generator anti pemadaman PLN, pengusaha UKM industri rumahan, bagaimana ? --- pergi tanya sana, kamu masuk kategori enggak.

 

Ongkos dan biaya transport naik akibatnya --- gaji tetap, nilainya ditelan inflasi !

 

Ayo buruh pergi sana ke kantor pos (antri BLSM) atau tanya pak RT , “untuk kompensasi transport anak sekolah”, bilang.

 

Kamu buruh --- faktor produktif, menggerakkan mesin produksi.

Kamu petani--- faktor produktif

Kamu nelayan --- faktor produktif.

UKM bekerja produktif, daya produktivitasmu terancam diturunkan inflasi.

Dadine piye ? (panik)

 

BLT dan BLSMkonon untuk meningkatkan Daya Beli Rakyat, karena yang menggerakkan Pertumbuhan Perekonomian ini sebagian oleh Konsumsi Domestik, selama ini.

 

Memang iya !

 

Tetapi jangan panik ya --- BLT dan BLSM itu hanya menjadi mangsa Inflasi.

 

Habis dimakan Inflasi.Hasilnya hanya untuk membiayai Pencitraan melalui APBN !

 

Menyesalkah kamu ?

 

Kalaulah penghematan Subsidi BBM dialihkan pada Proyek Padat Karya membangun dan meningkatkan Infra Struktur Produktif --- itu baru cerdas.

 

Penghematan subsidi BBM dialihkan pada proyek Padat Karya perkotaan --- kotanya indah dan anti banjir.  Itu baru cerdas.

Roda perekonomian bergerak produktif.

 

Hitung-hitungan politikus dengan Rakyat cerdas, memang berlainan Ide-nya.

 

Produktivitas naik, produksi naik, sisi Penawaran meningkat --- Daya Beli Rakyat terpelihara, rasa Kemakmuran meningkat --- pendapatan meningkat, kesejahteraan meningkat.

Itu Ide cerdas --- Hitung-hitungan Negarawan : “ Idealisme melaksanakan Kesejahteraan Rakyat berdasarkan usaha dan upaya yang bermartabat ……………… “

Fenomena di Indonesia,  Politikus yang berkuasa : “Mental Maling sejak rancangan, ke program, sampai di APBN direkayasa untuk dikorupsi !”.

 

Betul juga si Kroco, tentara Kraton yang bergaji Rp. 15.000,--(Komitmen Pengabdian adalah Kehormatan yang bermartabat).

[MWA] (Ekonominet -47)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun