Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bersuami 2 di Jembatan Grogol

13 Maret 2012   21:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:06 4844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

 

Kisah Mirna memang menarik --- ketika SMA ia ikut kumpul-kumpul, nyanyi-nyanyi, ada sedikit ketrampilan menyanyi. Ia sempat mengikuti semacam pendidikan setelah tammat SMA.

 

Pekerjaan yang didapatnya semacam klerk di praktek dokter --- gaji Rp. 400.000 kerja dari sore sampai malam, seselesainya dokter.

 

Pagi diajak Agus mengamen di KA Bogor-Depok-Manggarai --- makan pagi dan siang lepas, dapat pula uang Rp 100.000,--

 

Malam minggu ia dipacari Agus --- cintakah Mirna, ternyata tidak, ia iseng ia ingin menikmati seks --- yang penting ia bertekad tidak akan mendekati narkoba.

 

Setelah putar-putar di mall, jajan dan makan malam, mengobrol-mengobrol di keramaian Depok --- bergabung dengan teman-teman pengamen, supir angkot, kenek dan timer.

 

Angkot berangkat, hujan grimis, Agus duduk dekat supir, Mirna duduk di jok belakang --- dalam keramaian lalu lintas mereka membelok sepertinya ke arah Bukit Cengkeh.

 

Pasangan itu melakukan necking dan petting --- sungguh mendebarkan, mendengardesah dan menyaksikan prilaku mereka --- jok diletakkan dilantai angkot. Pertunjukan itu tambah seru, untuk pertama sekali Mirna sangat terangsang.

 

Mobil telah mengarah ke Cibinong, mengisi bensin.Agus pindah ke belakang, dan mulai merayu Mirna. Lalu lintas dianggap biasa saja --- ada sedikit cahaya kadang-kadang.

 

Agus melakukan petting, Mirna senang jalan pintas --- dia sudah lama mendengar cerita bahwa, angkot atau mobil adalah kamar berjalan untuk melakukan seks.

 

Mereka melakukannya --- Mirna sempat orgasme.

 

Mereka menuju Depok baru untuk mengantar Mirna --- hampir subuh, sudah lama beredar bisik-bisik--- ini waktunya, bukan pacaran tetapi perkosaan.

 

Penumpang wanita yang baru tiba di terminal, dia pernah dengar biasa ditarik-tarik ke belakang kios atau WC umum. Itu pengalaman mereka --- enggak tahu apa polisi mengerti (?)

 

Hidup menggelandang, nyanyi-nyanyi di bawah Jembatan Grogol --- malam-malam si Abang menarik tangan, mengelusnya, mencium-ciumnya --- si Abang adalah raja bandit, tukang kompas --- banyak lapak yang harus setoran padanya. Tiap jengkal tanah mempunyai nilai setoran. Ia termasuk lelaki kaya di situ.

 

Asyik, abang pintar bermain cinta --- ada kamar kios di sekitar keramaian hotel, mall dan perguruan tinggi di situ --- pasangan pemuda dan remaja serta anak-anak kost-kost-an mempunyai suasana romantik dan sensual.

 

Mirna senang suasana jalan layang Grogol --- sepanjang hari romantis.Sekarang ia mempunyai kamar di belakang kios ---kios dan lapak di sana  24 jam menghasilkan uang. Dalam batas tertentu Mirna tidak kekurangan uang.

 

Pagi jajan, siang nyanyi dengan para pengamen --- tetapi ia tidak mau sembarang diajak-ajak pengamen atau anak punk, suaminya tetap si Agus --- Agus juga memberi nafkah lahir dan bathin.

 

Uang tunjangan hidup, tanpa diminta antara Rp. 50 sampai Rp 100 ribu selalu diberi Agus.

 

Si Abang juga rutin menyambangi kamar di belakang kios --- mereka bercinta di situ, kamar itu jaminan otoritas Si Abang --- teknik seks abang sangat memuaskan. Uang belanja juga teratur diberi si Abang.

 

“Abang kalau tidak ke mari, apakah abang pulang ke rumah abang ? Abang mempunyai istri ?”

 

Si Abang mengangguk dan tersenyum, “Ya, ada istri abang di Ciampea --- anak abang 2, tetapi di sini lahan abang yang harus abang jaga 24 jam”.

 

Lalu lintas di sekitar Grogol, padat merayap --- manusia siang malam berlalu lelang, sepanjang hari manusia mencari hidup di situ, macam-macam prilakunya, jalan hidupnya --- dari mahasiswa kaya yang tinggal di Apartemen sampai pengemis buta duduk sepanjang hari, tidak peduli grimis dan terik matahari.

 

Setiap jengkal tanah dan ruangan di Grogol memberinilai kehidupan bagi siapa pun yang berdiam atau melintas di sana.

 

[MWA] (Cermin Haiku - 26)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun