Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fatsun Politik dan Trend Kerusakan Karakter Bangsa

14 Maret 2012   06:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:04 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Ada 3 faktor yang saat ini potensial membentuk Karakter Negatif Bangsa Indonesia, yakni :

 

  1. Budaya Korupsi yang meraja-lela dari Birokrasi terendah sampai di  Departemen/Kementerian, dari Pusat sampai Daerah; suap-sogok, money-politics, korupsi ---- dipertontonkan bangsa ini kepada masyarakatnya --- generasi mendatang besar kemungkinan akan meneruskan Budaya Korupsi ini.
  2. Peredaran Narkotika --- zat yang berbahaya dipertontonkan, menjadi model masyarakat yang faktanya telah menjangkiti Ibukota NKRI sampai ke desa. Masyarakat lumpuh karena Aparat pun menjadi Bandar, pengedar dan Pemakai narkoba.
  3. Fatsun Politik --- India, klan Nehru suatu model Asia, melahirkan politisi, tetapi sampai Indira Gandhi, cukup sudah --- Ali Buttho sampai Benazir, cukup sudah. Kehebatan Generasi klan Kennedy atau Bush --- tumbuh dan terjamin di Negeri Demokrasi yang sudah mapan.

Di Indonesia tampak akan ditiru model demikian dengan latar Budaya --- politik dengan model Ken Arok atau Babad Tanah Jawa.   Tragedi sejarah, menghasilkan kekuasaan yang korup --- feodalisme yang menjadi alat penghisap kemakmuran Rakyat --- apakah ada jaminan praktek sekarang menjamin Kelanggengan NKRI ?

 

Jawaban hanya dua :

 

1.     Tetap menjadi Negara yang lemah IPOLEKSOSBUD HANKAM --- menjadi korban penghisapan anasir Neo Feodalisme di Dalam Negeri --- menjadi mangsa penghisapan NEKOLIM dan Neo Liberalisme Kekuatan Asing.

2.    Menjadi Negara Gagal di bawah Pengampuan PBB atau di Balkanisasi untuk menjadi semacam kerajaan lemah Masa Lalu--- di mana seperti Raja dan Bangsawan, juga menjadi Birokrat yang ditanggung hidupnya oleh Penguasa Asing.  

 

Periode setelah babak penyangga, Pemerintahan  Presiden Habibie dan Presiden Abdul Rahman Wahid --- dilanjutkan  Megawati, suksesi sesuai konstitusi, makin nyata secara Sistemik, kinerja Negara ini mengalami Budaya Retrogresif.

 

Bung Karno memberikan pola --- Ambeg Parama Arta, Nation and Character Building. Kini secara Sistematis akan terdapat Resultante juga. Retrogresif.

 

Sepertinya tidak cukup cerdas memilih alternatif "yang lebih baik, lebih urgent" --- dilepas seperti Pasar Bebas tanpa Kontrol. Diakali semua instrument menuju Kelanggengan Kekuasaan. 

 

Kini 3 generasi Indonesia :

1. Generasi Simbah menatap sedih menyaksikan Generasi Bapak memberikan teladan negatif dan retrogresif kepada Generasi Muda. Suap, sogok, money politics dipertontonkan seperti Road Map yang menjadi Acuan.

2.Generasi yang berkuasa mempraktekkan segala instrument politik, instrument kekuasaan dan pelanggaran wewenang secara sistematis --- seolah-olah menjalankan Visi dan Misi Pemerintahan itu tidak terkait dengan Amanat Konstitusi dan Falsafah Negara.  

3.Generasi Muda tinggal meneladani perangai dan trick Generasi si Bapak --- se-olah-olah tidak ada ikatan ke-sejarahan antara Cita-cita kemerdekaan – Praxis pemegang Kekuasaan- Masa lalu yang telah digelar Angkatan 08, Angkatan 28, Angkatan 45, Angkatan 66, dan Angkatan Reformasi 1998.

 

Seperti Bola Liar yang juga ada sasarannya.

 

Hari ini realitas di dalam Negara ini, di dalam Bangsa ini :

 

1.     Sebagian besar, oknum, organisasi, pejabat, birokrat; menjadi Koruptor terhadap APBN, Sumber Daya, Aset Bangsa dan Konstitusi Undang-undang Dasar 1945

2.    Semua Badan Organisasi, infra struktur politik penyangga negara --- entah Satgas; entah Tim,  yang bersifat temporer sampai Partai Politik --- adalah Alat penghisap yang retrogresif.

3.    Eksekutif, Legislatif, dan Judikatif, bahkan Masyarakat --- menghasilkan kinerja yang Retrogresif.

4.    Mental dan Paradigma di dalam Negara ini, yang menguasai komitmen bukan lagi Idealisme sebagaimana Preambule Undang-undang Dasar 1945 Amendemen. Tetapi Budaya Retrogresif --- Budi dan Daya yang menghasilkan Kinerja yang mundur dari Falsafah dan Konstitusi Negara.

 

 

Bangsa ini kehilangan Arah, kehilangan Orientasi, Kehilangan Lead-star --- Rancangan, Program, dan APBN bisa semena-mena dijadikan instrument kekuasaan untuk melaksanakan cita-cita pribadi, cita-cita primordial, cita-cita pencitraan untuk maksud tersembunyi.

 

 

Indonesia membutuhkan Negarawan --- apakah bisa yang minoritas melahirkannya ?

 

 

[MWA] (Polhankamnet - 43)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun