Dari laporan Bank Indonesia, Statisik Perbankan Indonesia per Desember 2011, dianalisa oleh Okezone.com, sebagai dikutip :
“………… Apakah semua kelompok bank telah memenuhinya? Oh, belum.Kelompok bank campuran merajai dengan LDR 108,03 persen yang disusul bank asing 96,47 persen,bank umum swasta nasional (BUSN) nondevisa 79,85 persen, dan BUSN devisa 78,16 persen. Anehnya, LDR kelompok bank BUMN baru 74,75 persen dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) 74,74 persen…………..”
Setelah BI Rate kian rendah --- Bank BUMN harus berusaha menurunkan bunga kredit komersialnya --- mereka kebingungan untuk menurunkan biayanya, apalagi tampaknya Menteri BUMN mengkritik biaya iklan plus hadiah yang bertahun-tahun jadi kebijakan handalan.
Mereka bingung untuk mempertahankan margin keuntungan --- terlihat kini mereka mencoba mengkoreti ‘pendapatan non bunga’.Semua transaksi mereka kenakan biaya kepada nasabah --- termasuk nasabah numpang lewat model transfer uang pensiun.
Membaca kutipan dari Okezone.Com demikian --- bahwa Bank BUMN bekerja sangat tidak efektif dibanding Bank Asing atau Bank Umum Swasta Nasional.
Menteri BUMN harus mengkritisi efisiensi ratio biaya operasional Bank BUMN terhadap Bench-mark yang berlaku di Bank Asing, BUSN dan Standar Internasional.
Konon, ada pula gagasan untuk menunda pembayaran Dividen untuk menjadi dana bagi penyaluran kredit infra-struktur (berjangka panjang) oleh Bank BUMN --- Ditukar dengan pembayaran bunga, lantas APBN bagaimana ? --- Utang Luar Negeri lagi ?
Bertindaklah sebelum terlambat, dibuai oleh angka keuntungan --- tetapi rentan terhadap “liquidity squeeze”.
[MWA] (Ekonominet -46)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H