Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bukan Hanya Proklamator --- tetapi Juga Inisiator Proklamasi Kemerdekaan

28 Februari 2012   16:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:47 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang hebat dalam Bangsa ini --- terutama di era Perintis Kemerdekaan sampai Angkatan 45. Mempunyai target yang satu dan jelas Mencapai Indonesia Merdeka.

Saat itu Indonesia seperti sekarang ini --- plural dan sukses me-manage pluralisme.

 

 

Pemimpin dan Leadership sangat ditentukan mutu kualifikasinya --- bagaimana ia mengelola “perubahan” pada saat-saat yang kritis, yang genting

 

 

Waktu itu, dalam suasana Perang Pasifik --- ada beberapa pemimpin Indonesia yang berperan sebagai Ideologist, seperti Bung Karno, Bung Hatta, Muhammad Yamin, dan beberapa lainnya yang berada di dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Cosakai); dan juga mereka-mereka yang bergerak dalam partai politik, organisasi keagamaan dan pendidikan, ataupun gerakan sosial-politik --- katakanlah sebagaimana hasil Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda 1928.

 

 

Di luar itu kegiatan politik menuju Indonesia Merdeka, ada tokoh sejarah, seorang Pemimpin yang kaya gagasan, taktik dan strategi --- ia meletakkan sasaran ideologis Menuju Indonesia Merdeka --- berpuluh tahun ia menjalani masa pembuangan di luar negeri Indonesia, tetapi ide dan gagasannya banyak mempengaruhi Orang Indonesia di segala lapisan. Dialah Tan Malaka yang meng-inspirasi.

 

 

Kelompok Anak-anak muda yang radikal dan cerdas , di saat genting (Dai Nippon kalah perang --- Indonesia seolah-olah vakum kekuasaan); informasi kekalahan Jepang yang disadap Sutan Sjahrir dalam gerakan bawah-tanah, dijadikan Pemuda untuk mendesak segera memproklamirkan Kemerdekaan.

 

Mereka itulah “initiator yang menggiring Soekarno-Hatta untuk mem-proklamirkan Kemerdekaan Indonesia”.

 

 

Proses inisiatif kelompok Pemuda itu --- dari sekian tokoh pemuda, ada seseorang yang banyak berperan dalam kegiatan proses proklamasi --- di Peristiwa Rengas Dengklok, sampai pula menyaksikan Ilyas Hussien adalah Tan Malaka yang asli, kembali dalam proses perjuangan bersama-sama mempertahankan Republik--- dialah Ahmad Subardjo Djojoadisuryo.

 

Majalah Pustaka,no.6 th. II Juli 1978, mengusung tema Indonesia Yang Kita Cita-citakan. Salah satu tokoh yang menyumbangkan tulisannya adalah Prof. Mr. Ahmad Subardjo Djojoadisuryo (82 tahun/1978) --- judul tulisannya Indonesia, Idaman Satu Generasi.

 

Setelah pada paragraph 1 dan 2 tulisan, beliau menggambarkan bahwa angkatan dia telah berumur sekitar 80 tahunan dan 70-an (1978), ia menuliskan, “……… Lepas dari makna Pancasila dan UUD ’45, yang jadi pertanyaan sekarang apakah generasi muda dan seterusnya dapat menerima warisan dari generasi tua yang berupa (berisi) Pancasila dan UUD ’45 itu ?..............”

 

“UUD “45 dan Mukadimahnya adalah jawaban atas tantangan zaman yang dihadapi oleh generasi kami – generasi tua ……………… usaha kami dalam menghadapi tantangan zaman (keadaan dunia), baik di dalam maupun luar negeri ……………”

 

“Setelah proklamasi, tidak berarti bahwa struktur politik, ekonomi dan sosial-budaya sekaligus berubah. Tidak ! ................ UUD ’45 mengandung ide-ide yang kami rumuskan sebagai landasan perjoangan generasi kami dalam menghadapi tantangan zaman untuk kemerdekaan kita, Ide-ide itu sekaligus merupakan pokok-pangkal untuk generasi selanjutnya dalam mengisi kemerdekaan ……………”.

 

“………… Pancasila adalah cara hidup bagi manusia Indonesia ……………… Sering dikatakan bahwa bangsa Indonesia adalah ‘a smiling nation’suatu bangsa yang senantiasa tersenyum.”

 

“……………… Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan : (a) rakyatlah yang berdaulat (b) rakyat bermusyawarah. (c) rakyatlah yang menentukan politik dalam dan luar negeri yang menjadi Haluan Negara.

 

“………….Apakah saya menghendaki keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia agar kekayaan alam Indonesia terbagi secara merata ? Ya atau tidak. ….“

 

“……………………. Berdasarkan Kepercayaan pada diri sendiri, pada kekuatan dan kemampuan yang ada pada diri pribadi dan dengan tujuan untuk menentukan nasib Bangsa sendiri, (self-reliance, self-help, self-determination) kami terjun dalam lapangan perjoangan untuk memerdekakan Tanah Air.”

 

“Pernah dikatakan oleh tokoh Pergerakan Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantoro, pendiri dari sekolah-sekolah Taman Siswa : ‘Wij hebben de Vrijheid wel geproklameerd, maar zijn wij rijp voor de Vrijheid ?’……… (‘Kami telah memproklamirkan kemerdekaan, namun apakah kita sudah matang buat kemerdekaan ?’)…………”

 

“…………………. , suatu masyarakatyang benar-benar bercorak nasional, menghapussisa-sisa tata hukum dan sistem perekonomian kolonial…………… “

 

 

“Inilah tantangan zaman yang harus dihadapi dengan tenang dan keberanian hidup dan dengan penuh kesadaran akan dasar dan tujuan Negara dan Bangsa kita. …………….. Mission generasi muda adalah mengisi Kemerdekaan berdasarkan Pancasila dan UUD ’45.”

 

 

Merenungkan bagaimana keadaan Negara --- Pemerintah, Rakyat Indonesia, Wilayah Indonesia, Kedaulatan Negara Indonesia, Kekuatan IPOLEKSOSBUD HANKAM,secara kontemporer dengan tantangan zaman saat ini --- tampaknya Indonesia telah memasuki “track yang keliru”.

 

 

Praxis dan Paradigma yang keliru !

 

 

[MWA] (Kesadaran Nasional -38)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun