Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ada Economics of Banggar, Ada Pula Calo Jabatan

18 Januari 2012   08:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:44 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah negeri yang sakit --- setengah mati dihisap Economics of Corruption, digergaji Mafia Hukum, ditusuk pula oleh Mafia Peradilan --- belum mati juga; cuma Aparat Penegak Hukumnya yang impoten.

Maka di-undang-undangkan Pendirian KPK.

Kisah sedih-pilunya, Penegakan Hukum di Indonesia dari Pengadilan sesat, kriminalisasi sasaran, sampai Pelanggaran HAM berat --- merampas hak perdata dan penghidupan Rakyat, kalau perlu‘tembak di tempat’, menembak mati Rakyat tanpa proses hukum.

Menonton sidang-sidang pengadilan para pemakan suap dan korupsi di Otoritas Moneter. Bank Indonesia

Siapa-siapa mereka itu ?Sejumlah anggota DPR RI memakan ‘uang suap haram’ untuk menyogok mereka --- memenangkan calon untuk Jabatan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia.

Itu skenario babak biasa.

Skenario semacam ‘Mafia-Calo Jabatan’ banyak bisik-bisik dan melobby bakal calon. Tetapi Siapa yang berkepentingan untuk Jabatan itu ?

1.Bakal Calon yang berambisi

2.Badan, Lembaga, Pengusaha --- yang berkepentingan ‘bertranskasi’ nantinya --- Sponsor ini bisa merupakan Penyandang Dana. Ini skenario lainnya.

Maka dalam proses penyelidikan dan penyidikansampai proses ‘menjaring saksi’ ini bisa dipenggal-penggal untuk : mengaburkan keterlibatan seseorang/badan, mengakhiri sampai batas tertentu --- agar kasus tidak tuntas terungkap.

Apalagi kalau telah terjadi transaksi yang sukses !

Indonesia memang baru mencapai tingkat budaya : meng-assembling dan mereka-yasa kasus untuk Industri suap dan korupsi.

Itulah Logika Budaya Korupsi !!!

[MWA] (Hello Hari Ini -36)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun