Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Segi Tiga --- Bulik, Bejo dan Mila (Novel 04/02)

21 Januari 2012   01:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:37 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa itu biasa-biasa saja --- sebahagian penduduknya merantau keJakarta atau kota lain, sebagai pedagang baso, warung nasi, penjual jamu gendong --- atau kerja serabutan. Menjelang tahun baru 2012, tidak terasa ada perubahan keramaian. Lain sekali kalau suasana menjelang Idul Fitri --- para perantau pada mudik, bahkan para TKW/TKI asal desa itu.

Mila mendengarkan lagu-lagu dari HP --- bulik telah berjanji akan menemani Mila ke Yogya besok-besok.

Rumah warisan itu hanya didiami bulik --- yang pasti rumah, karang dan sepetak huma peninggalan mBah Wiryo itu dimiliki 3 keluarga. 4 anak mendiang mbah Wiryo tidak pernah pulang --- Mereka; 2 cabang keluarga telah menjadi warga Propinsi Riau, mereka adalah transmigran yang sukses, 1 keluarga di Lampung, 1 keluarga di Sumatera Selatan --- mereka mendiami daerah subur di Sorek, Riau; Belitang di Sumatera bagian Selatan, sementarayang di Lampung berada di Panggungmulyo.

Bu Lik tetap tinggal di desa --- di pasar dia berdagang prabotan dapur, sehari-hari ia mengurus ayam dan bebeknya, selain itu ia mendapat uang sewa huma yang dikerjakan tetangga sebagai ladang palawija. Seperti juga ibu tiri Mila, ibu Lik langsing dan kulitnya putih kekuningan --- seperti ibu tiri Mila, cuma memang bu Hassan agak gemuk.

Bu Lik juga menyewakan 2 kamarnya untuk digunakan pedagang keliling. Kali ini ada Bejo di salah satu kamar, ia pedagang batu akik berasal dari Wates Prontaan Magelang. Ia langganan lama --- menjelang tahun baru ia rencana berdagang di Parangtritis. Satu kamar kini ditempati Mila.

Mila merasa mendapatkan semangat baru, ia senang udara di desa itu --- walaupun cuaca siang rada panas, tetapi di musim hujan sungguh segar, malam di sana terasa sejuk, ia tidur berselimut.

Malam, Mila terbangun, radio transistornya masih menyala, penyiar masih menyiarkan dagelan dan percakapan suasana di Malioboro --- acara tadi malam sebelum dia terlelap, sungguh menarik --- seorang dokter dengan 2 penyiar wanita yang genit membahas pertanyaan seputar seks. Seperti juga di radio-radio di Jakarta --- Mila selalu tertarik dengan pembahasan tentang masturbasi dan hubungan seks.

Di sela-sela lagu Mila mendengar suara sayup bu Lik, di tingkah suara Bejo --- Mila tidak mendengar suara Bejo pulang, tadi malam Bejo konon menggelar dagangannya di pertunjukkan Dangdut di desa tetangga, Bleberan. Suara dernyit kasur dan amben ditingkah suara nafas. menderu dan hilang-hilang timbul --- sepertinya nafas bu Lik.

Suara begituan bisa juga terdengar kadang-kadang di dalam kesunyian malam di Jakarta, maklum rumah di sana berdempetan --- bisa kamar antar tetangga berdempetan, begitulah kamar tetangga dengan kamar Mila dan Ratna. Mila ingin melihat jam, dinyalakannya HP --- jam 3,18. Sekilas sorot lampu HP melintas seperti kilat --- memang rumah gelap gulita, dinding kamar di sana tidak sampai menyentuh pian. Dinding rumah di sekeliling memang terbuat dari tembok dengan setengahnya papan, tetapi kamar-kamar hanya dibatasi dengan gribig saja.

Setelah kilat cahaya, suara desah tambah seru --- terdengar suara gesekan di kasur. Kamar-kamar di sana juga pintunya hanya ditutup dengan gordyn. Mila berdiri di sebalik gordynnya --- ia melihat samar-samar tubuh telanjang Bejo menyelinap ke kamarnya.

Mila balik ke dipannya, masuk ke dalam selimutnya --- ia terkenang tubuh telanjang Margo, pembantunya yang telah keluar, peristiwa itu terjadi tahun 2007. Umurnya sekitar 24-25 waktu itu; 5 tahun berselang --- rasanya ia telah makin tua. Tetapi ia meyakinkan dirinya, masih perawan.

Mila terbangun mendengar suara motor --- bu Lik dan Bejo berangkat ke pasar. Desa Nawungan telah meriah --- samar-samar ada rembang cahaya subuh, kian ramai suara orang desa telah mulai bekerja. Bejo telah berjanji akan mengantarkan Mila ke Wonosari --- ia ingin menarik uangnya dari ATM.

 

[MWA] (Buah Cinta dari Parangkusumo; novel, bersambung 04/03)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun